Pantau dari Pemburu Liar, Jerapah Putih Terakhir di Bumi Dipasang Alat Pelacak

Jerapah putih yang diketahui tinggal satu-satunya di dunia kini hidup sendiri dan terancam punah. Kendati demikian alat pelacak telah dipasangkan untuk memantau kondisinya dari para pemburu liar.

oleh Tanti YulianingsihLiputan6.com diperbarui 19 Nov 2020, 12:52 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2020, 12:52 WIB
Ilustrasi Jerapah
Via : Pixabay / Chraecker

Liputan6.com, Garissa - Jerapah putih yang diketahui hanya satu-satunya di dunia kini telah dilengkapi dengan alat pelacak GPS. Hal ini untuk mencegah adanya pemburu liar di teluk timur laut Kenya, kata ahli konservasi.

Sebuah kelompok konservasi mengatakan alat tersebut untuk penjaga agar dapat memantau pergerakan dari jerapah jantan real-time atau secara langsung.

Jerapah unik Kenya ini memiliki kondisi genetika yang langka disebut sebagai leucisme. Hal yang menyebabkan hilangnya pigmentasi pada kulit individu atau satwa. Spesies ini dianggap sebagai yang terakhir dari jenisnya, setelah pemburu membunuh dua anggota keluarganya pada Maret lalu.

Penjaga hutan khawatir jika jerapah tersebut akan mengalami nasib serupa seperti kerabatnya, yaitu seekor betina dan anaknya yang berusia tujuh bulan serta berkulit putih. Bangkainya ditemukan di kawasan konservasi di timur laut Garissa County, Kenya, tempat si jerapah jantan putih itu kini tinggal sendirian.

Seperti dilansir dari BBC, Kamis (19/11/2020), The Ishaqbini Hirola Community Conservancy, yang merupakan pengawas satwa liar di daerah tersebut mengatakan bahwa alat pelacak dipasangkan di salah satu tanduk jerapah pada 8 November.

Kemudian dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Selasa 17 November, kelompok nirlaba itu mengatakan bahwa perangkat pelacak tersebut akan memberikan update setiap jamnya mengenai keberadaan hewan tersebut.

Hal ini memungkinkan penjaga untuk menjaga hewan unik tersebut dari pemburu liar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pemburuan Liar Mengakibatkah Jerapah Tersebut Hampir Punah

ilustrasi Jerapah
Via : Pixabay / griti

Mohammed Ahmednoor selaku manager grup, berterimakasih kepada konservasionis atas bantuan mereka dalam melindungi jerapah dan satwa liar lainnya.

“Tempat penggembalaan jerapah telah diberkati dengan hujan lebat di masa lalu, dan vegetasinya yang melimpah merupakan pertanda baik bagi masa depan jantan kulit putih,” ungkapnya.

Kenya Wildlife Society, badan konservasi utama di negara Afrika timur, mengatakan bahwa pihaknya senang untuk memberikan upaya melindungi satwa liar unik, seperti jerapah putih yang diketahui tinggal satu-satunya di Bumi.

Jerapah putih tersebut pertama kali dilihat di Kenya pada Maret 2016, setelah dua bulan telihat penampakannya di negara tetangganya, Tanzania.

Setahun kemudian, jerapah putih itu kembali menjadi berita utama, setelah keluargnya yaitu induk dan anaknya dari tempat perlindungan di Garissa County, Kenya tertangkap kamera.

Jerapah berasal lebih dari 15 negara Afrika dan merupakan mamalia tertinggi di dunia, mereka diburu oleh pemburu untuk diambil kulit, daging dan bagian tubuhnya.

Menurut Africa Wildlige Foundation (AWF), sekitar 40% populasi mamalia tersebut menghilang sejak 30 tahun terakhir ini. Pemburuan dan perdagangan satwa liar berkontribusi pada penurunan jumlah spesies tersebut.

Oleh sebab itu, jerapah telah ditetapkan sebagai spesies rentan dalam The International Union for Conservation of Nature's (IUCN) Red List. Saat ini diperkirakan pupulasinya hanya sekitar 68.293 secara global.

Reporter: Romanauli Debora

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya