Liputan6.com, Naypyidaw - Pemimpin militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, akhirnya bicara ke publik setelah melakukan kudeta pada Aung San Suu Kyi. Ia meminta masyarakat agar tidak mengedepankan perasaan ketimbang fakta.
Ini adalah pernyataan perdana Jenderal Min setelah kudeta militer dan puluhan ribu warga Myanmar berdemo.
Advertisement
Baca Juga
"Ikut fakta-fakta sebenarnya, jangan mengikuti perasaan sendiri," ujarnya Jenderal Min seperti dikutip BBC, Selasa (9/2/2021).
Militer Myanmar melakukan kudeta pada 1 Februari 2021 karena merasa ada kecurangan. Namun, faktanya komite pemilu tidak menemukan bukti kecurangan.
Dalam pernyataannya, Jenderal Min tidak menyebut nama Aung San Suu Kyi yang kini masih ditahan bersama petinggi partai National League of Democracy (NLD).
Jenderal Min juga menyebut telah mengganti menteri-menteri dengan layak. Ia pun tetap mengajak agar negara-negara asing supaya investasi di Myanmar.
Suu Kyi ditahan atas dugaan impor walkie-talkie ilegal. Hingga kini, keberadaan Suu Kyi masih tidak diketahui.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Janji Ada Pemilu
Sebelumnya, militer berjanji hanya akan berkuasa selama setahun saja. Mereka lantas akan mengadakan pemilu ulang.
Jenderal Min kembali mengatakan hal serupa terkait adanya pemilu ulang.
"Kita akan memiliki pemilu multipartai dan kita akan memberikan kekuasaan kepada pihak yang memenankan pemilu, berdasarkan aturan-aturan demokrasi," kata Jenderal Min seperti dilansir Channel News Asia.
Terkait kekalahan tahun lalu, militer menyalahkan komite pemilu yang dituding memakai alasan pandemi COVID-19 sehingga aturan kampanye menjadi tidak adil.
Jenderal Min berkata pemerintahan militer kali ini berbeda seperti sebelum-sebelumnya, serta berjanji akan disiplin menjalankan demokrasi.
Â
Advertisement
Sempat Diputus, Sebagian Akses Internet di Myanmar Mulai Pulih
Akses internet di Myanmar sebagian mulai pulih pada Minggu 7 Februari 2021. Informasi ini diumumkan oleh NetBlocks, kelompok pemantauan internet.
"Pemulihan sebagian konektivitas internet dikonfirmasi di Myanmar, mulai pukul 14 waktu setempat (7 Februari 2021) di beberapa penyedia setelah terjadinya pemadaman," kata NetBlocks melalui Twitter, seperti dikutip Tekno Liputan6.com dari The Star, Senin (8/2).
Pada Sabtu, 6 Februari lalu, pemerintah militer baru Myanmar memerintahkan operator dan penyedia layanan internet untuk menghentikan sementara akses internet di negara tersebut.
Kendati sebagian akses internet telah dipulihkan menurut NetBlocks platform media sosial masih tetap dilarang alias diblokir pada Minggu malam waktu setempat.
Sebagaimana dilaporkan sebelumnya, pemerintah militer baru memerintahkan ke operator seluler dan penyedia layanan internet di Myanmar untuk memblokir akses atas Facebook, Twitter, dan Instagram hingga waktu yang belum ditentukan.Â
Infografis Kudeta Myanmar:
Advertisement