Paus Fransiskus Serukan Solidaritas Terhadap Rakyat Myanmar Hadapi Kudeta Militer

Paus Fransiskus berbicara soal puluhan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan Yangon dalam unjuk rasa terbesar yang menentang kudeta militer Myanmar.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 08 Feb 2021, 13:33 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2021, 13:33 WIB
Paus Fransiskus Bertemu Suu Kyi di Myanmar
Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi menyambut kunjungan Paus Fransiskus dalam pertemuan mereka di Naypyitaw, Selasa (28/11). Pertemuan Paus Fransiskus dengan Suu Kyi merupakan ajang yang paling dinanti. (AP Photo/Aung Shine Oo)

Liputan6.com, Vatikan - Paus Fransiskus menyatakan "solidaritas terhadap rakyat Myanmar" menyusul kudeta yang dilakukan militer pada pekan lalu.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (8/2/2021) ia mendesak tentara untuk bekerja menuju arah yang baik "hidup berdampingan secara demokratis".

Paus Fransiskus berbicara ketika puluhan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan Yangon dalam unjuk rasa terbesar yang menentang kudeta militer Myanmar.

"Saya berdoa agar mereka yang berkuasa di negara ini akan bekerja menuju kebaikan bersama," katanya dari balkon yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus setelah pembacaan doa Angelus Minggu.

Paus Fransiskus, yang mengunjungi Myanmar pada 2017, menyerukan "keadilan sosial, stabilitas nasional, dan koeksistensi demokrasi yang harmonis".

 

Simak video pilihan di bawah ini:

Pukul Panci

FOTO: Protes Kudeta Militer, Warga Myanmar Pukul-Pukul Kaleng dan Panci
Warga memukul kaleng, panci, dan wajan untuk membuat keributan memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar, 2 Februari 202. Militer Myanmar menolak kemenangan telak NLD dalam pemilihan umum pada 8 November lalu dengan tuduhan penipuan yang tidak berdasar. (STR/AFP)

Beberapa perkiraan menyebutkan jumlah pengunjuk rasa di Yangon mencapai 100.000 dan ada laporan demonstrasi besar-besaran di kota-kota lain.

Lonjakan perbedaan pendapat populer selama akhir pekan mengatasi blokade Internet nasional.

Hal ini serupa besarnya dengan penutupan sebelumnya yang bertepatan dengan penangkapan Aung San Suu Kyi dan para pemimpin senior lainnya.

Seruan secara online untuk memprotes kudeta telah memicu pemberontakan yang berani, termasuk keributan yang memekakkan telinga dari orang-orang yang memukul panci dan wajan.

Hal ini merupakan sebuah praktik yang secara tradisional dikaitkan dengan mengusir roh jahat.

Dalam protesnya, mereka meminta pegawai negeri dan orang-orang yang bekerja di industri lain untuk tidak pergi bekerja dan bergabung dengan protes.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya