Liputan6.com, Yangon - Sebuah aksi demonstrasi terjadi di depan KBRI Yangon Myanmar terkait kudeta militer yang masih berlangsung di negara tersebut.Â
Ramai diberitakan, bahwa insiden demonstrasi di depan gedung perwakilan RI terjadi lantaran Indonesia sedang berkampanye di antara anggota ASEAN "untuk mendukung pemilihan baru yang diminta oleh dewan militer ilegal."
Terkait hal tersebut, Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah pun dengan tegas membantah pernyataan tersebut.Â
Advertisement
"Posisi Indonesia tidak pernah berubah, posisi Indonesia tetap sama," tegas Teuku Faizasyah.Â
Ia juga menambahkan bahwa Indonesia sudah mengeluarkan satu statement yang sangat jelas terkait perkembangan politik di Myanmar dan penggunaan prinsip-prinsip yang terkandung dalam piagam ASEAN, diantaranya komitmen pada hukum pemerintahan yang baik serta prinsip-prinsip demokrasi dan pemerintahan yang konstitusional.
"Indonesia juga menggarisbawahi bahwa perselisihan tentang hasil pemilihan umum kiranya dapat diselesaikan dengan mekanisme hukum yang tersedia untuk mengedepankan pendekatan dialog dalam mencari jalan keluar dari berbagai tantangan dan permasalahan yang ada sehingga tidak semakin memperburuk situasi di Myanmar jadi yang ingin kami garis bawahi telah kita mengeluarkan statement terhadap perkembangan politik Myanmar," jelas Faizasyah lebih lanjut lagi.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Terjadi Kesalahpahaman
Pertemuan antara Presiden Jokowi dengan PM Malaysia pun menegaskan posisi nasional Indonesia yang tidak berubah terkait hal ini.
Keduanya sepakat agar ada pertemuan antara Menlu dari negara-negara ASEAN. Hal ini juga sedang diupayakan oleh Menlu Retno Marsudi yang terus menjalin komunikasi dengan Ketua ASEAN saat ini yakni Brunei, sekaligus kunjungannya ke negara-negara Asia Tenggara termasuk Singapura dan tengah merencanakan perjalanan lain dalam dua hari mendatang.
"Jadi apa yang dituliskan sebagai satu plan of action, dalam kesempatan ini saya secara tegas bisa membantah adanya plan of action tersebut. Karena faktanya sekarang adalah kesempatan untuk Menteri Luar Negeri menyamakan persepsi, mengumpulkan pandangan dari Menlu lainnya sebelum satu pertemuan spesial dari para menteri ASEAN dapat dilaksanakan," sambung Faizasyah.
Faizasyah pun menyimpulkan bahwa demonstrasi yang terjadi di depan KBRI Yangon akibat dari adanya kesalahpahaman dari pemberitaan yang beredar.
Advertisement