Liputan6.com, Vatikan - Paus Fransiskus mengirimkan pesan kepada otoritas di Myanmar agar segera menghentikan kekerasan, serta membebaskan para tahanan politik (tapol). Pesan ini disampaikan Vatikan setelah peristiwa Rabu berdarah di Yangon pada 3 Maret 2021.Â
Lebih dari 30 orang tewas pada aksi pro-demokrasi pada Rabu kemarin. Salah satu yang tewas adalah mahasiswi berusia 19 tahun.
Advertisement
Baca Juga
Vatikan meminta agar junta militer menyetop kekerasan dan mengambil jalan dialog tetap dibuka.
"Saya ingin menarik perhatian kepada otoritas-otoritas yang terlibat pada fakta bahwa dialog berada di atas represidan harmoni di atas perpecahan," ujar Paus Fransiskus seperti dilaporkan Vatican News, Kamis (4/3/2021).
Permintaan membebaskan tahanan politik juga disampaikan Vatikan. Pada Febrari lalu, Paus Fransiskus juga memberikan permintaan serupa.
"Jalan demokrasi yang diambil Myanmar selama beberapa tahun terakhir dapat dilanjutkan melalui tindakan konkrit dengan melepaskan berbagai tahanan politik yang dipenjara," ujar Paus Fransiskus.
Â
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Dukungan ke Generasi Muda Myanmar
Protes anti-kudeta militer di Myanmar diikuti berbagai generasi, termasuk generasi Z yang saat ini sudah ada yang masuk kuliah. Mereka menuntut demokrasi, bukan rezim militer.
Paus Frasiskus berharap para pemuda Myanmar mendapatkan rekonsiliasi di negeri mereka. Selain itu, Paus juga berharap supaya komunitas internasional ikut memastikan agar aspirasi rakyat Myanmar terpenuhi.
Perwakilan PBB juga sudah sempat berbicara dengan militer Myanmar tentang sanksi, namun militer Myanmar mengaku sudah biasa mendapat sanksi.
Militer Myanmar juga tidak takut jika posisi mereka terisolasi. Mereka berkata siap belajar memiliki sedikit teman.
Advertisement