Kisah Penjelajah yang Melihat Titik Paling Dalam di Bumi

Astronot sekaligus penjelajah Richard Garriott berhasil mencapai titik terdalam di bumi. Ini kisahnya.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 05 Mar 2021, 19:25 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2021, 19:25 WIB
Ilustrasi gelombang laut
Ilustrasi gelombang laut (Sumber: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Titik terdalam di planet Bumi berada di Mariana Trench (Palung Mariana). Lokasinya berada di Samudera Pasifik, dan tak jauh dari Indonesia, yakni di sisi selatan Jepang dan sebelah barat Filipina.

Mariana Trench memiliki estimasi kedalaman hingga 10.984 meter. Kedalaman palung tersebut diperkirakan bisa menenggelamkan Gunung Everest.

Bagian terdalam dari Mariana adalah Challenger Deep yang berhasil dicapai oleh dua manusia, salah satunya penjelajah bernama Richard Garriott yang punya rekam jejak hingga ke luar angkasa.

"Saya adalah orang pertama yang mengungi dari kutub ke kutub, luar angkasa, dan manusia kedua - pria pertama - yang pergi ke angkasa dalam," ujar Garriott dalam wawancara dengan collectSPACE.com, dilansir Jumat (5/3/2021).

Pebisnis berusia 59 tahun itu mencapai Challenger Deep pada 1 Maret 2021 lalu dengan menaiki Limiting Factor yang merupakan kapal selam full-ocean-depth pertama yang digunakan secara komersial.

"Rencana penyelaman kita adalah langsung ke bagian terdalam di kolam sebelah timur, yang merupakan bagian terdalam Palung Mariana supaya dapat mencatat bahwa kita pernah mencapai titik terendah dan meninggalkan sebuah geocache," ucapnya.

Gariott pun menggambarkan kondisi di bagian terdalam Bumi yang ia sebut abyssal plain. Garriot berkata wilayah itu seperti padang pasir yang berlumpur, dan dihujani sisa kehidupan di perairan bagian atas.

"Di situ bekas-bekas kehidupan dari tujuh mil di lapisan air atas, baik itu sisik atau kotoran atau debu atau mayat-mayat busuk dari ikan di atas - mereka seakan secara perlahan menghujani dan mendekam di bagian bawah," ujarnya.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Masih Ada Kehidupan

Ilustrasi dasar laut
Ilustrasi dasar laut (iStock)

Mencapai bagian terdalam lautan tentunya tidak mudah dan perlu peralatan yang sangat canggih. Tekanan air pada kedalaman laut juga berbahaya.

Garriot berkata densitas air semakin besar pada kedalaman Mariana. Awalnya, tim Garriott menyelam dengan jarak beberapa meter per detik, tetapi ketika mulai sampai bawah, airnya menjadi lebih rapat sehingga kecepatan diturunkan menjadi setengah meter per detik.

Ketika sampai ke bagian bawah Mariana, Garriott menyaksikan masih ada kehidupan di sana.

"Ada sedikit kehidupan di bawah situ. Kita melihat di setiap jarak beberapa kaki, atau setidaknya setiap 12 kaki, ada salah satu krustasea yang tembus cahaya (transculent)," ujarnya.

"Ukurannya beberapa inci yang bergerak ke sana-sini di bawah sana untuk tetap bertahan hidup dari bahan organik yang di bawah sana dijadikan makanan," lanjutnya.

Garriott rencananya ingin membawa batuan dari bawah Mariana, namun ukuran batunya tidak ada yang pas sehingga teknologi yang dibawa tidak mumpuni. Ia lantas meminta penjelajah di masa yang akan datang untuk melakukan hal itu.

"Ini adalah tugas yang akan kami tinggalkan untuk penjelajah-penjelajah selanjutnya," ujar Garriott.

Mana yang Lebih Dahsyat? Angkasa atau Samudera?

Ilustrasi Galaksi Bima Sakti
Ilustrasi Galaksi Bima Sakti (NASA)

Richard Garriott adalah manusia kedua yang mencapai dasar Palung Mariana. Pada Agustus 2020, seorang mantan astronot NASA, Kathy Sullivan, juga berhasil melakukannya.

Garriott tidak berkarier sebagai astronot NASA, ia merupakan seorang game developer, meski bapaknya adalah astronot NASA. Ketika ditanya mana yang lebih menantang antara angkasa atau lautan, ini jawaban pria itu:

"Angkasa akan sulit ditaklukan, jadi angkasa masih menang," ucapnya.

Meski demikian, Garriott berkata setiap lokasi ekstrem memiliki situasi menantang masing-masing, misalnya di angkasa tidak ada gravitasi, sementara di Antartika juga memberikan kesan tersendiri karena tidak ada jalan apapun. Garriott berkatas situasi di Antartika memberikan sebuah perspektif.

"Satu hal yang mirip di lokasi-lokasi tersebut adalah jika kamu pergi ke suatu tempat yang seekstrem ini, maka hukum fisika benar-benar berubah secara mendalam," ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya