Liputan6.com, Amsterdam - Sekitar 2.000 demonstran di Belanda berunjuk rasa di pusat kota untuk memprotes pembatasan COVID-19 dan kebijakan pemerintah lainnya.
Petugas serta polisi anti huru hara bertindak setelah beberapa pengunjuk rasa menolak untuk pergi pada akhir demonstrasi.
Baca Juga
Mengutip dari BBC, Senin (15/3/2021), protes datang sehari sebelum pemungutan suara dimulai dalam pemilihan umum.
Advertisement
Pemungutan suara berlangsung selama tiga hari untuk menghindari hal yang berisiko menyebarkan virus corona di TPS.
Pihak berwenang telah menetapkan batas yaitu 200 orang untuk protes di daerah Malieveld dekat stasiun pusat kota yang tidak jauh dari gedung parlemen Belanda, tetapi polisi mengatakan jumlah itu telah terlampaui.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Juga Video Berikut Ini:
Jam malam diberlakukan selama COVID-19
Layanan kereta api ke kota dihentikan beberapa saat untuk mencegah lebih banyak orang bergabung dengan demonstrasi.
Menurut media lokal, polisi telah menangkap beberapa orang pada demonstrasi tersebut.
Satu video yang dibagikan secara luas di media sosial, menunjukkan petugas memukul seorang pria di tanah dengan tongkat mereka.
Polisi mengatakan orang tersebut telah menyerang mereka dengan tongkat.
Polisi Belanda kemudian mengatakan tembakan peringatan telah dilepaskan ketika petugas membersihkan lokasi dari para demonstran dan saat ini insiden itu sedang diselidiki.
"Mungkin ada virus, tapi penutupan seluruh masyarakat tidak proporsional," kata pengunjuk rasa Michel Koot, 68, kepada kantor berita AFP.
"Saya melihat bahwa banyak hak kami yang dengan mudah diambil dan mayoritas orang bahkan tidak menyadarinya, tetapi ada banyak hal yang terjadi. Jadi saya prihatin dengan cucu-cucu saya," tambahnya.
Jam malam - dari 21:00 (20:00 GMT) hingga 04:30 - diberlakukan pada bulan Januari menyebabkan kerusuhan di beberapa kota di Belanda.
Bar dan restoran tetap tutup, bersama dengan toko-toko yang tidak penting serta pertemuan lebih dari dua orang dilarang.
Belanda telah memiliki lebih dari 1,1 juta kasus COVID-19 yang dikonfirmasi sejak awal wabah, dengan lebih dari 16.000 kematian, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins di AS.
Reporter: Veronica Gita
Advertisement