20-3-1345: Wabah Kutu Tikus Serang Manusia Tewaskan 25 Juta Jiwa

Menurut para sarjana di Universitas Paris, wabah ini terjadi pada 20 Maret 1345 dan menewaskan 25 juta jiwa.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mar 2021, 06:00 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2021, 06:00 WIB
Ilustrasi wabah maut hitam atau Black Death
Ilustrasi wabah maut hitam atau Black Death (Wikipedia)

Liputan6.com, Paris - Kematian Hitam melanda Eropa, Timur Tengah, dan Asia selama abad ke-14 dan memakan korban sekitar 25 juta orang. Menurut para sarjana di Universitas Paris, wabah ini terjadi pada 20 Maret 1345.

Dikutip dari History, Jumat (19/3/2021), para sarjana menyebutnya sebagai "konjungsi tiga kali lipat Saturnus, Jupiter, dan Mars di derajat ke-40 Aquarius, yang terjadi pada tanggal 20 Maret 1345."

Terlepas dari apa yang dikatakan oleh para sarjana di abad ke-14, penyakit paling umum yang dikenal sebagai Kematian Hitam disebabkan oleh bakteria yersinia pestis. Sebuah wabah yang dibawa oleh kutu yang biasanya menyerang tikus tetapi melompat ke mamalia lain saat tikus tersebut mati.

Kasus pertama wabah ini muncul pada manusia di Mongolia sekitar 1320. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa Kematian Hitam mungkin sudah ada ribuan tahun sebelumnya di Eropa.

Biasanya, orang yang terserang wabah ini pertama kali akan mengeluh sakit kepala, demam, dan menggigil. Lidah mereka juga sering berwarna keputihan sebelum terjadi pembengkakan yang parah pada kelenjar getah bening. Bintik hitam dan ungu juga muncul di kulit yang terserang dan pada akhirnya, kematian bisa datang dalam waktu seminggu.

Setelah munculnya wabah ini, ada bentuk wabah penyakit pneumonia yang berkembang. Walaupun kurang umum, wabah ini menewaskan 95% orang yang tertular.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Menewaskan Sepertiga Populasi Eropa

Ilustrasi Kematian Hitam di London
Ilustrasi Kematian Hitam di London (Wikipedia)

Wabah tersebut kemudian pindah ke China dan India setelah menghancurkan suku nomaden Mongolia. Dimanapun wabah itu berada, jumlah korban yang tewas selalu tinggi.

Pada 1346, wabah ini diperkirakan menyebar di Eropa. Dalam satu insiden terkenal, Tatar -- sekelompok orang Turki, sedang memerangi orang Italia dai Genoa di Timur Tengah ketika tiba-tiba Tatar terjebak oleh wabah tersebut. Kabarnya, mereka mulai melontarkan mayat di atas tembok Genoa ke arah musuh mereka yang kemudian melarikan diri ke Italia dengan penyakit tersebut.

Walaupun insiden tersebut belum dinyatakan sebagai fakta, dapat dipastikan bahwa tikus yang membawa wabah menumpang kapal dari Asia dan Timur Tengah ke Eropa dan kota-kota pelabuhan mulai terserang Kematian Hitam.

Di Vanesia, tercatat ada 100.000 orang yang meninggal dengan sebanyak 600 orang meninggal setiap hari pada puncak wabah.

Pada 1347, Kematian Hitam menyebar ke Prancis. Korban di Paris mencapai sekitar 50.000 orang dan tahun berikutnya, Inggris juga terkena oleh dampak wabah ini.

Saat puncak terburuknya berakhir, pada 1352, sepertiga dari populasi benua tersebut telah tewas akibat wabah ini.

Seringkali, buakn pergerakan bintang yang disalahkan atas penyakit tersebut, tetapi minoritas di masyarakat. Penyihir dan gipsi menjadi sasaran dan orang-orang Yahudi disiksa dan dibakar sampai mati oleh ribuan orang karena diduga menyebabkan Kematian Hitam.

Para petinggi agama mengatakan bahwa penyakit tersebut adalah hukuman Tuhan atas amoralitas dan banyak yang beralih ke doa untuk diselamatkan dari Kematian Hitam. Bagi yang menganggap keberuntungan mereka berasal dari pengabdian, sekte-sekte mulai muncul setelah wabah berakhir.

Sebagai alternatif, beberapa orang bahkan menggunakan pengobatan rumahan yang tidak berguna untuk mencoba menghindari penyakit ini seperti mandi dengan air seni atau bahkan darah menstruasi.

 

Reporter: Paquita Gadin

Infografis 10 Tips Sehat dan Sembuh dari Covid-19

Infografis 10 Tips Sehat dan Sembuh dari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 10 Tips Sehat dan Sembuh dari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya