Kisruh Kudeta Militer, 2 Warga Australia Dibebaskan dari Penahanan di Myanmar

Australia mengatakan bahwa dua warganya telah dibebaskan dari penahanan di Myanmar, yang terjadi akibat kisruh dan kudeta militer di negara itu.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 05 Apr 2021, 13:01 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2021, 13:01 WIB
FOTO: Demonstran Myanmar Lakukan Aksi Mogok, Kota Yangon Sunyi Sepi
Suasana jalanan yang kosong di samping Pagoda Shwedagon, Yangon, Myanmar, Rabu (24/3/2021). Demonstran menyerukan "silent strike" sebagai protes terhadap kudeta militer di Myanmar. (AFPTV/AFP)

Liputan6.com, Sydney - Dua warga Australia yang ditahan di Myanmar pada akhir Februari lalu, telah dibebaskan dan telah meninggalkan Yangon.

Hal itu diumumkan oleh Departemen Luar Negeri Canberra pada Senin (5/4).

Konsultan bisnis Departemen Luar Negeri Canberra, Matthew O'Kane dan Christa Avery, yang memegang kewarganegaraan negara ganda, Kanada-Australia, menjadi tahanan rumah setelah mencoba meninggalkan Myanmar dengan penerbangan bantuan pada Maret 2021.

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan bahwa para pejabat pemerintah telah "memberikan bantuan konsuler" kepada keduanya selama penahanan dan proses pembebasan mereka.

"Kami memberikan dukungan untuk keberangkatan mereka dari Yangon pada 4 April," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Canberra dalam pernyataannya, seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (5/4/2021).

"Kami menyambut baik pembebasan mereka," tambah pernyataan itu.

Pasangan warga Australia tersebut, diketahui tengah menjalankan bisnis konsultasi di Yangon.

"Saya, tentu saja, sangat lega telah dibebaskan dan dalam perjalanan pulang bersama suami saya, Matt," ungkap Avery.

"Meskipun saya tahu bahwa saya tidak melakukan kesalahan, sangat menegangkan karena ditahan dalam tahanan rumah selama dua minggu," terangnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Berikut Ini:


Satu Warga Australia Masih Dalam Penahanan

Demi Lindungi Demonstran, Biarawati Myanmar Berlutut di Depan Polisi Bersenjata
Para pengunjuk rasa mengambil bagian dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Myitkyina di negara bagian Kachin Myanmar (8/3/2021). Bentrokan warga anti kudeta militer dengan aparat keamanan Myanmar masih terus berlangsung. (AFP/STR)

Seorang warga Australia lainnya, Sean Turnell, penasehat pemimpin sipil Myanmar, ditangkap seminggu setelah Aung San Suu Kyi ditahan.

Pria yang berprofesi sebagai seorang ekonom dan profesor universitas itu adalah warga negara asing pertama yang ditangkap setelah kudeta pada 1 Februari yang menggulingkan Aung San Suu Kyi.

Turnell kini tengah menjalani penyelidikan oleh junta militer Myanmar atas dugaan pelanggaran imigrasi dan rahasia negara.

“Saya berharap bahwa meskipun Sean tidak dapat segera dibebaskan, setidaknya dia dapat dipindahkan ke tahanan rumah untuk kesehatan fisik, mental dan emosionalnya," kata Avery.

Australia telah menangguhkan kerja sama militer dengan Myanmar, dan telah menyarankan warganya untuk meninggalkan negara tersebut jika memungkinkan.


Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar

Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya