Iran Bebaskan Kapal Tanker Korea Selatan yang Disita Sejak Januari 2021

Iran merebut kapal tanker Korea Selatan Hankuk Chemi di dekat Selat Hormuz yang strategis, menuduhnya melanggar aturan polusi.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 09 Apr 2021, 15:02 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2021, 15:02 WIB
Ilustrasi bendera Korea Selatan (AP/Chung Sung-Jun)
Ilustrasi bendera Korea Selatan (AP/Chung Sung-Jun)

Liputan6.com, Seoul - Sebuah kapal tanker berbendera Korea Selatan dan kaptennya yang ditahan di Iran pada Januari 2021 telah dibebaskan, kata kementerian luar negeri di Seoul.

Iran merebut kapal Korea Selatan Hankuk Chemi di dekat Selat Hormuz yang strategis, menuduhnya melanggar aturan polusi, demikian dikutip dari laman BBC, Jumat (9/4/2021).

Semua 20 anggota awak dibebaskan pada bulan Februari, selain kapten.

Insiden itu terjadi di tengah ketegangan atas dana Iran yang dibekukan di bank-bank Korea Selatan karena sanksi Amerika Serikat.

Meski demikian, Iran mengatakan kasus itu tidak terkait.

 

Simak video pilihan di bawah ini:

Semua dalam Kondisi Baik

Kapal Tanker
Kapal tanker berbendera Panama, KOTI di perairan Pelabuhan Pyeongtaek, Korea Selatan, (1/1). Penahanan kapal tanker yang mengirim minyak ke Korut bukan kali ini saja dilakukan oleh Korea Selatan. (AFP Photo/Yonhap)

Pembebasan kapal dan kaptennya dilakukan di tengah laporan Seoul dan Teheran telah membuat beberapa kemajuan dalam membuka kerja sama yang berjumlah US$ 7 miliar.

"Kapten dan pelaut dalam keadaan sehat, dan telah dipastikan bahwa kapal dan muatannya tidak bermasalah," kata kementerian itu.

"Kapal itu berangkat dari Iran setelah menyelesaikan prosedur administratif."

Operator kapal tanker itu, yang membawa bahan kimia, membantah tuduhan tersebut.

Ke-20 awak itu termasuk 11 warga negara Myanmar, lima warga Korea Selatan, dua Vietnam, dan dua warga Indonesia.

Iran bersikeras bahwa penyitaan itu tidak terkait dengan perselisihan mengenai dana Iran, yang telah dibekukan sejak AS mengembalikan sanksi ekonomi terhadap Iran pada 2018 setelah meninggalkan kesepakatan nuklir.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya