Liputan6.com, Ankara - Tahun lalu, Turki dipuji oleh WHO sebagai negara yang sigap dalam menangani COVID-19. Sekarang, warganya sibuk mempersiapkan diri untuk lockdown pertama kali negara tersebut.
Dikutip dari BBC, Kamis (29/4/2021), Turki adalah salah satu negara yang paling terdampak pandemi COVID-19 dengan tingkat infeksi tertinggi di Eropa.
Baca Juga
Walaupun pihak berwenang masih mengatakan bahwa pandemi masih terkendali karena jumlah total kematian yang relatif rendah, lonjakan jumlah kasus yang sedang terjadi adalah sesuatu yang mengkhawatirkan.
Advertisement
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
60.000 Kasus Setiap Harinya
Jumlah kasus harian sempat turun pada pertengahan Februari saat periode kedua pembatasan diberlakukan sejak November tahun lalu.
Namun, saat pemerintah mulai melonggakan pembatasan pada bulan Maret, Turki diserang oleh gelombang baru.
Pada puncak gelombang bulan ini, ada lebih dari 60.000 kasus baru setiap hari dan lebih dari 300 kematian.
Menurut para kritikus, pemerintah terlalu cepat mencabut pembatasan dengan laju proses vaksinasi yang belum cukup cepat.
Sejauh ini, lebih dari 22 juta warga dari 82 juta penduduk turki telah divaksinasi.
Peraturan lockdown yang diberlakukan adalah warga harus berada di rumah kecuali untuk belanja kebutuhan yang mendesak.
Bagi penduduk yang harus melakukan perjalanan antar kota, harus ada persetujuan resmi.
Sekolah juga akan ditutup kembali dan akan berlaku batasan kapasitas ketas untuk pengguna transportasi umum.
Selain itu, penjualan alkohol akan dibatasi. Walau begitu, beberapa bisnis akan tetap diperbolehkan beroperasi.
"Pada saat Eropa memasuki fase pembukaan kembali, kami harus segera mengurangi jumlah kasus kami menjadi kurang dari 5.000, jangan sampai ketinggalan," ujar Presiden Erdogan.
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement