, Auckland - Penanganan pandemi COVID-19 di Selandia Baru telah mendorong Auckland ke peringkat teratas tahunan Economist Intelligence Unit (EIU) tentang kota-kota paling layak huni di dunia.
Beberapa kota di Eropa mengalami penurunan ranking secara signifikan karena dampak lockdown yang berkepanjangan, demikian dikutip dari laman DW Indonesia, Rabu (9/6/2021).
Empat kota di kawasan Asia-Pasifik lainnya, seperti Osaka, Adelaide, Tokyo, dan Wellington, menempati posisi lima besar dalam Peringkat Kemampuan Hidup Global edisi 2021 yang diterbitkan oleh EIU.
Advertisement
"Dampak lockdown ketat di Selandia Baru memungkinkan warga kota seperti Auckland dan Wellington dapat menikmati gaya hidup yang mirip dengan kehidupan pra-pandemi," kata EIU dalam sebuah pernyataan.
Adelaide, Perth, Melbourne, dan Brisbane juga berhasil masuk peringkat 10 besar, terutama karena respons Australia terhadap pandemi Virus Corona COVID-19.
Australia dan Selandia Baru telah melakukan penanganan pandemi sejak dini, sehingga mampu menghambat penyebaran infeksi corona. Australia mencatat kurang dari 1.000 kasus kematian akibat COVID-19, sedangkan Selandia Baru hanya 26 kasus kematian, menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins.
Dampak Pandemi di Kota-Kota Eropa
Sebelumnya, Wina menjadi kota paling layak huni di dunia. Namun, kini kota di Austria itu terhempas dari peringkat 10 besar tahun ini dan menempati ranking 12. Penurunan itu disebabkan oleh dampak virus corona di sejumlah kota di Eropa.
"Pandemi COVID-19 telah berdampak besar pada kelayakan hidup global," kata EIU. "Kota-kota di seluruh dunia sekarang jauh lebih tidak layak huni daripada sebelum pandemi dimulai, dan kami telah melihat bahwa wilayah seperti Eropa telah terpukul sangat keras."
Dengan delapan dari 10 penurunan terbesar dalam peringkat yang berasal dari kota-kota Eropa, kota pelabuhan utara Jerman, Hamburg, mencatat penurunan paling signifikan, tergelincir 34 peringkat ke peringkat 47.
Tren penurunan peringkat di kota-kota Eropa terkait dengan pembatasan yang diberlakukan selama berbulan-bulan, ditambah tekanan besar pada sistem perawatan kesehatan di wilayah tersebut.
Tekanan yang meningkat juga berdampak pada budaya dan keseluruhan kehidupan kota-kota Eropa.
Ibu kota Suriah, Damaskus, tetap menjadi kota paling tidak layak huni di dunia, menurut EIU, "karena dampak perang saudara di Suriah terus memakan korban."
Advertisement