Serangan oleh Pemberontak Terjadi di Afrika Tengah, 7 Orang Tewas

Serangan oleh kelompok pemberontak terjadi di Afrika Tengah hingga mengakibatkan 7 orang tewas.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 01 Jul 2021, 09:15 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2021, 07:29 WIB
Pada foto tertanggal Mei 2010 ini, seorang personel Pasukan Khusus AS atau US Special Forces - Green Berets (di atas mobil) tengah memberikan arahan kepada tentara Mali. Pasukan AS dikerahkan untuk membantu tentara setempat menumpas teroris di Afrika (AP)
Pada foto tertanggal Mei 2010 ini, seorang personel Pasukan Khusus AS atau US Special Forces - Green Berets (di atas mobil) tengah memberikan arahan kepada tentara Mali. Pasukan AS dikerahkan untuk membantu tentara setempat menumpas teroris di Afrika (AP)

Liputan6.com, Jakarta - Pemberontak menewaskan tujuh orang dalam serangan terkoordinasi terhadap posisi tentara di timur Republik Afrika Tengah, kata pasukan penjaga perdamaian PBB di negara yang dilanda konflik itu.

Mengutip AFP, Kamis (1/7/2021), para pejuang dari kelompok pemberontak Persatuan untuk Perdamaian di Afrika Tengah (UPC) melancarkan serangan serentak terhadap "pos pemeriksaan dan kamp" tentara di kota timur Alindao, juru bicara MUNISCA Abdoulaziz Fall mengatakan kepada AFP, menambahkan bahwa "bentrokan itu menewaskan tujuh orang".

Pasukan penjaga perdamaian memaksa mundur para pemberontak, yang mundur tiga kilometer (dua mil) dari keduanya, Fall menambahkan.

"Saat ini angkatan bersenjata Afrika Tengah berada di kota bersama kami," katanya. Sekitar 60 penjaga perdamaian Nepal telah dikirim ke kota itu sebagai bala bantuan, tambahnya.

UPC adalah salah satu kelompok pemberontak terbesar dan paling lengkap yang beroperasi di negara itu, anggotanya mengendalikan banyak ranjau yang beroperasi. Kelompok ini terutama beroperasi di timur negara itu.

Central African Republic (CAR) adalah negara terbelakang kedua di dunia menurut PBB dan menderita akibat konflik sipil brutal yang meletus pada 2013.

Kelompok Bersenjata

Aksi Serangan Teroris
Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Presiden Faustin Archange Touadera terpilih kembali pada bulan Desember dengan jumlah pemilih kurang dari satu dari tiga pemilih.

Pemungutan suara terhambat oleh kelompok-kelompok bersenjata yang pada saat itu menguasai sekitar dua pertiga negara, dan pemberontak melancarkan serangan menjelang hari pemungutan suara.

Sejak itu, tentara yang didukung oleh pasukan penjaga perdamaian PBB, pasukan khusus Rwanda dan paramiliter Rusia, telah merebut sebagian besar wilayah dari kendali pemberontak.

Republik Afrika Tengah pada hari Rabu menepis tuduhan "fitnah" oleh para ahli PBB yang mengatakan pasukan pemerintah dan personel militer Rusia telah melakukan pelanggaran hak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya