26 Juli 1956: Aksi Mesir Menasionalisasi Terusan Suez Picu Tensi dengan Inggris, Prancis

Pada 26 Juli 1956, Presiden Mesir, Kolonel Gamal Abdel Nasser, mengumumkan nasionalisasi Perusahaan Terusan Suez untuk memberikan pendanaan untuk pembangunan Bendungan Tinggi Aswan.

oleh Hariz Barak diperbarui 26 Jul 2021, 06:01 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2021, 06:01 WIB
Kontainer di Kanal Suez
Sebuah kapal kontainer raksasa dengan panjang empat lapangan sepak bola terjepit di Terusan Suez Mesir. Foto: AFP

Liputan6.com, Kairo - Pada 26 Juli 1956, Presiden Mesir, Kolonel Gamal Abdel Nasser, mengumumkan nasionalisasi Perusahaan Terusan Suez untuk memberikan pendanaan untuk pembangunan Bendungan Tinggi Aswan.

Pemerintah Inggris dan pemegang saham Prancis yang memiliki saham di Perusahaan Terusan Suez kaget terhadap berita tersebut pada saat itu, demikian seperti dikutip dari 

Dalam pidato dua setengah jam yang disampaikan kepada pertemuan massa di Alexandria, Presiden Nasser mengatakan Undang-Undang Nasionalisasi sudah diterbitkan dalam lembaran resmi.

Dia mengatakan semua aset perusahaan dari kedua negara tersebut di Mesir telah dibekukan dan pemegang saham akan dibayar harga saham mereka sesuai dengan harga penutupan di Bursa Efek Paris.

Dua belas orang Mesir telah ditunjuk sebagai anggota dewan khusus yang akan mengelola perusahaan yang baru dinasionalisasi.

Terusan Suez adalah jalur air utama untuk perdagangan dunia dan sumber pendapatan penting bagi Inggris.

Perusahaan Terusan Suez, yang mengelola saluran air, secara hukum dikelola Mesir tetapi, pada tahun 1869, Inggris diberikan konsesi 99 tahun.

Kontrak menjadwalkan terusan itu kembali ke tangan Pemerintah Mesir pada 16 November 1968. Namun, Kairo tak sabar.

Presiden Nasser, yang mengambil alih Mesir setelah Kudeta empat tahun sebelumnya, telah menerapkan program nasionalisasi di negara itu, menebalkan kritiknya terhadap Barat.

Dia mengatakan 120.000 orang Mesir telah meninggal membangun kanal tetapi Mesir hanya menerima sebagian kecil dari penghasilan tahunan 35 juta lira dari perusahaan tersebut.

Keputusan Presiden Nasser untuk menaungi perusahaan Terusan Suez datang menyusul penarikan bantuan keuangan Inggris dan Amerika Serikat terhadap Bendungan Aswan yang diinginkan Mesir.

Dipahami bahwa Uni Soviet justru setuju pada Juni 1956 untuk memberikan pinjaman tanpa syarat terhadap proyek Mesir.

 

Dalam Konteks

FOTO: Kapal Kargo Ever Given Berhasil Dievakuasi dari Terusan Suez
Kapal kargo Ever Given ditemani kapal tunda saat melaju di Terusan Suez, Mesir, Senin (29/3/2021). Ini adalah salah satu rute perdagangan tersibuk di dunia. (Suez Canal Authority via AP)

Selain menasionalisasi Perusahaan Terusan Suez, Nasser juga memblokade Selat Tiran - satu-satunya perlintasan Israel ke Laut Merah.

Inggris dan Prancis bergabung dengan Israel, meskipun aliansi ini ditolak selama bertahun-tahun setelahnya.

Pada 29 Oktober 1956, pasukan Israel menyerbu Semenanjung Sinai Mesir.

Dua hari kemudian, pasukan militer Inggris dan Prancis menyerang dan menyerbu zona kanal Mesir setelah Presiden Nasser menolak tawaran mereka untuk menciptakan zona penyangga antara Israel dan Mesir.

Uni Soviet mengancam akan mengintervensi untuk membela Mesir.

Presiden Eisenhower dari Amerika Serikat dan PBB, khawatir Uni Eropa akan menggunakan krisis sebagai cara untuk mendapatkan kekuasaan di Timur Tengah, menekan Inggris, Prancis dan Israel untuk menyetujui gencatan senjata dan akhirnya penarikan diri dari Mesir pada November 1956.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya