Liputan6.com, Leipzig - Dalam perkembangan yang mengejutkan terkait Afghanistan terkini, seorang mantan menteri Afghanistan terlihat mengantar pizza di Jerman setahun setelah ia meninggalkan posisinya di negara tersebut. Jauh sebelum Taliban berkuasa atas negara tersebut.
Syed Ahmad Shah Saadat, mantan menteri informasi Afghanistan, terlihat mengenakan pakaian berwarna oranye dengan tas tergantung di punggungnya di Leipzig, India Today yang dikutip Kamis (26/8/2021) melaporkan.
Baca Juga
Foto-foto Saadat yang diambil oleh seorang jurnalis Jerman kemudian menjadi viral di media sosial. Wartawan itu mengklaim bahwa dia telah melihat Saadat di jalan-jalan Leipzig saat dia mengantarkan pizza menggunakan sepeda.
Advertisement
"Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan seorang pria yang mengaku sebagai menteri komunikasi Afghanistan selama dua tahun lalu. Saya bertanya apa yang dia lakukan di Leipzig. "Saya akan menuju Essen untuk Lieferando (pria itu mengatakan kepada wartawan)"," tulis jurnalis tersebut di situs mikroblogging, Twitter.
Vor ein paar Tagen lernte ich einen Mann kennen, der behauptete, vor zwei Jahren afghanischer Kommunikationsminister gewesen zu sein. Ich fragte, was er in #Leipzig mache. „Ich fahre für Lieferando Essen aus.“ pic.twitter.com/nafutTTXqP
— Josa Mania-Schlegel (@JosaMania) August 21, 2021
Laporan tersebut menyatakan bahwa Lieferando menyediakan layanan pengiriman makanan di Jerman.
Kabarnya, Saadat saat berbicara kepada Sky News Arabia dan membenarkan bahwa foto-foto yang beredar memang dirinya.
Syed Ahmad Shah Saadat bergabung dengan pemerintah Afghanistan yang dipimpin Ashraf Ghani sebagai menteri kabinet pada tahun 2018. Dia menjabat selama dua tahun sebagai menteri informasi dan teknologi Afghanistan dan kemudian mengundurkan diri pada tahun 2020. Lalu dilaporkan tiba di Jerman pada bulan Desember tahun 2020 lalu.
Menariknya, Saadat juga memegang dua gelar master dalam bidang komunikasi dan teknik elektronik dari Universitas Oxford, Hindustan Times melaporkan.
Foto-foto mantan menteri Afghanistan itu beredar di saat negaranya telah dikuasai oleh Taliban. Sementara pasukan asing berjibaku dengan waktu mengevakuasi orang-orang dari berbagai negara.
Konon pengambilalihan Afghanistan yang menakjubkan dan cepat oleh Taliban adalah hasil tidak hanya dari kekuatan medan perang mereka, tetapi juga dorongan berkelanjutan untuk memaksa menyerah dan memotong kesepakatan.
Kelompok tersebut mencampuradukkan ancaman dan iming-iming dengan propaganda dan perang psikologis saat mereka merebut kota demi kota – beberapa dengan nyaris tanpa tembakan – akhirnya merebut ibu kota Kabul pada 15 Agustus.
Ketika ditanya tentang perkembangan di Afghanistan, Saadat mengatakan kepada media, "Jatuhnya pemerintahan Ashraf Ghani begitu cepat, tidak diharapkan."
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gerak Cepat Taliban
Mengutip Tribune.pk, ketika pasukan asing memulai penarikan terakhir mereka pada bulan Mei, Washington dan Kabul yakin militer Afghanistan akan melakukan perlawanan yang kuat terhadap Taliban.
Dengan lebih dari 300.000 personel dan peralatan bernilai miliaran dolar yang lebih canggih daripada persenjataan Taliban, pasukan Afghanistan sangat tangguh—di atas kertas.
Pada kenyataannya, mereka terganggu oleh korupsi, kepemimpinan yang buruk, kurangnya pelatihan dan moral yang anjlok selama bertahun-tahun. Desersi adalah hal biasa dan inspektur pemerintah AS telah lama memperingatkan bahwa kekuatan itu tidak dapat dipertahankan.
Pasukan Afghanistan melakukan perlawanan kuat musim panas ini di beberapa daerah seperti Lashkar Gah di selatan, tetapi mereka sekarang menghadapi Taliban tanpa serangan udara reguler AS dan dukungan militer.
Dihadapkan dengan musuh yang lebih kecil tetapi bermotivasi tinggi dan kohesif, banyak tentara dan bahkan seluruh unit pergi begitu saja atau menyerah, meninggalkan Taliban untuk merebut kota demi kota.
Â
Advertisement