Liputan6.com, Jakarta - Seorang gadis asal China yang berusia 13 tahun di diagnosis dengan penyakit sendi serius, yang disebabkan oleh paksaan ibunya untuk lompat tali sebanyak 3.000 kali sehari. Ibunya memaksa untuk memakai cara ini dengan tujuan agar tumbuh lebih tinggi.
Dilansir dari Oddity Central, Selasa (14/9/2021), media China baru-baru ini melaporkan kasus seorang gadis berusia 13 tahun di Hangzhou, Provinsi Zhejiang yang mengalami traksi apophysitis dari tuberkulum tibialis setelah dipaksa ibunya untuk melakukan lompat tali sebanyak 3.000 kali per hari agar menjadi lebih tinggi. Yuanyuan, anak dari ibu tersebut sempat mengeluh kepada ibunya karena merasakan sakit pada lututnya, tetapi awalnya sang ibu menganggap keluhan tersebut sebagai alasan untuk tidak melakukan lompat tali.
Namun setelah gejalanya memburuk, gadis itu pun dibawa ke dokter untuk melakukan pemeriksaan fisik. Dokter mengesampingkan cedera lutut, tetapi memperingat kan sang ibu bahwa olahraga berlebihan dapat menyebabkan cedera serius pada anak.
Advertisement
Ibu yang tinggal di Hangzhou mengatakan kepada dokter bahwa ia khawatir jika putrinya tidak akan tumbuh cukup tinggi, sehingga ia memutuskan untuk membantunya dengan membuat lompat tali 1.000 kali setiap hari. Ibunya berpikir bahwa Yuanyuan tetap bisa melakukan latihan ini, namun Yuanyuan yang memiliki tinggi 158 sentimeter dengan bobot hampir 120 kilogram malah dapat memperburuk persendian gadis itu karena berat badannya yang berlebihan.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mengalami Cedera Serius
Sang ibu percaya bahwa pada usia anak gadis itu masih memiliki kesempatan untuk tumbuh setidaknya dua sentimeter lagi, bahkan ia mengaku bahwa dirinya telah mendengar jika melompat dapat membantu anak-anak bertambah tinggi.
"Jika dia bisa memanfaatkan kesempatan ini pada tahun lalu, dia masih bisa tumbuh setidaknya 160 sentimeter. Selain itu, lebih banyak olahraga juga dapat membantunya menurunkan berat badan. Saya ingin dia lebih tinggi dan lebih kurus, jadi dia terlihat lebih cantik,” kata sang ibu.
Waktu pun berlalu dan sang ibu tidak dapat melihat hasil apa pun dalam hal penambahan tinggi badan. Wanita itu akhirnya meningkatkan rutinitas lompat tali harian gadis itu dari 1.000 menjadi 3.000 sehari sejak awal liburan musim panas.
Gadis berusia 13 tahun itu diharuskan melakukan 1.000 lompatan di pagi hari, 1.000 lompatan lagi di siang hari, dan 1.000 lompatan di malam hari. Hingga tiga bulan berlalu, lompatan yang berlebihan itu mulai membebani lutut Yuanyuan, akhirnya sang ibu membawanya ke ahli ortopedi. Namun, kisah Yuanyuan ini tidak pernah terdengar lagi.
Baru-baru ini Departemen Traumatologi di Rumah Sakit Ortopedi Pengobatan Tradisional Tiongkok Hangzhou Fuyang melaporkan kasus serupa. Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dirawat karena mengalami nyeri tumit akut, setelah dipaksa oleh orang tuanya untuk lompat tali 2.000 hingga 3.000 kali sehari selama tiga bulan terakhir. Sama seperti kasus Yuanyuan, anak laki-laki itu mulai mengeluh kesakitan dan memegangi kakinya saat sedang lompat tali, tetapi ibunya membawa anak tersebut ke dokter setelah beberapa hari, karena sang ibu menganggap keluhan tersebut sebagai alasan anaknya saja.
Pada akhirnya, dokter mendiagnosis anak itu dengan calcaneal apophysitis. Dokter juga memperingatkan orang tua bahwa pertumbuhan tinggi dan perkembangan anak tidak hanya dengan lompat tali, melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti olahraga teratur, tidur yang cukup, nutrisi, suasana hati, genetika, dan lain-lain.
Penulis : Vania Dinda Marella
Advertisement