5 Istilah Pelecehan Seksual di Internet yang Perlu Dipahami Agar Tak Jadi Korban

Ketahui istilah pelecehan seks ini agar tidak tanpa sadar ikut terjebak.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 17 Okt 2021, 19:36 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2021, 20:00 WIB
Ilustrasi pelecehan seksual
Ilustrasi pelecehan seksual Foto oleh RODNAE Productions dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta - Kekerasan seksual (sexual abuse) di internet merupakan hal yang nyata. Hal ini sebenarnya sudah terjadi lama, namun kesadaran di Indonesia harus terus dibangun.

Pandemi COVID-19 yang mendorong aktivitas digital turut berdampak pada meningkatnnya kekerasan seksual berbasis digital, seperti revenge porn. Situs Psychology Today yang dikutip Jumat (15/10/2021) menyebut laporan kasus-kasus itu meningkat di AS.

Kasus tersebarnya video syur terjadi tak hanya ke orang terkenal, penyanyi, atau atlet, melainkan juga warga biasa. Sudah jelas terbukti bahwa internet bukanlah ruang yang aman, sehingga penting bagi semua orang untuk melindungi diri dan privasinya dari penjahat seks di internet.

Agar memahami tindakan seksual tersebut, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui apa nama-nama kejahatan tersebut. 

Berikut lima istilah pelecehan seksual di internet dalam Bahasa Inggris:

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Revenge Porn

Pelecehan Seksual
Ilustrasi/copyright shutterstock

Sesuai namanya, revenge porn adalah konten porno balas dendam. Maksudnya adalah ketika seseorang (seperti mantan kekasih) menyebarkan foto atau video panas seseorang karena masalah pribadi. 

Hindari mengirim konten seksual yang eksplisit kepada pacar, atau orang yang belum dapat dipercaya. Apabila terjadi pemaksaan, lebih baik tinggalkan orang tersebut. 

Berdasarkan tips Gets Safe Online, jangan merespons atau memberikan reaksi kepada pelaku.

Jika konten sudah disebar di internet, langsung report kontennya ke media sosial tersebut. Untuk pendampingan, cek situs https://awaskbgo.id/layanan.


2. Bait

Kasus Pelecehan Seksual Pegawai KPI Jadi Alarm RUU PKS Harus Segera Disahkan
Kasus dugaan pelecehan seksual yang menimpa pegawai KPI menjadi alarm RUU PKS harus segera disahkan. (unsplash/nik shuliahin).

Yang tak kalah berbahaya adalah bait (umpan), kadang disebut prank. Efeknya mirip dengan revenge porn, tetapi bait dilakukan oleh orang asing.

Caranya adalah seseorang menyamar menjadi laki-laki atau perempuan yang lebih tampan atau cantik di internet, lalu mengajak target untuk merekam aktivitas seksual. 

Jika konten sudah didapat, otomatis bisa disebar, atau bahkan dijual di media sosial. Korbannya bisa siapa saja.

Solusinya sama dengan revenge porn, hindari mengirimkan konten eksplisit ke orang-orang tak jelas di internet.


3. Grooming

[Bintang] Ilustrasi ponsel
Ilustrasi pengguna smartphone. (Sumber Foto: Pexels)

Grooming dalam konteks ini berarti tindakan seseorang yang sudah berumur yang memangsa anak-anak di bawah umur. 

Mengapa grooming sangat berbahaya? The Psychology Today menyebut pelaku grooming tidaklah agresif. Mereka awalnya bertingkah peduli kepada mangsanya. Alhasil, mungkin mereka tidak mencurigakan.

Para groomer akan bersikap seperti penjaga bagi anak yang ia target, sebelum akhirnya beraksi dengan tindakan seksual.  

Hal ini tidak hanya terjadi di dunia nyata. Ada pula yang disebut online grooming ketika orang dewasa melakukan upaya agar korban usia remaja mengirim konten-konten intim. Modusnya pun serupa, yakni awalnya berteman dulu.

 


4. Slut-shaming

Ilustrasi wanita duduk sendirian, menatap ke luar jendela.
Ilustrasi wanita duduk sendirian, menatap ke luar jendela. Dok: Pixabay

Aktivitas seksual tentunya menjadi hak setiap orang dewasa. Kuncinya adalah hubungan yang sehat dan konsensual. 

Namun, ada yang slut-shaming ketika seorang wanita dicap negatif karena aktif secara seksual dan bergonta-ganti pasangan.

Istilah slut-shaming juga bias gender, sebab laki-laki yang melakukan hal serupa hanya disebut playboy (atau dengan bangga disebut buaya).

Situs Very Well Family berkata slut-shaming adalah bagian dari bullying. Selain itu, ada kasus-kasus gadis yang bunuh diri setelah mengalami slut-shaming. 

Pernah membaca novel 13 Reasons Why? Salah satu alasan Hannah bunuh diri karena disebut "slut" oleh temannya.


5. Catcalling

Alasan Pelaku Pelecehan Seksual Berani Meluncurkan Aksinya di Tempat Umum
Menurut studi dan psikolog, ini alasan mengapa pelaku pelecehan berani meluncurkan aksinya di ruang publik. (FOTO: pexels/andrea piacquadio

Salah satu pelecehan yang sering terjadi dan dianggap lumrah adalah catcalling. 

Catcalling adalah ketika seseorang menggunakan panggilan yang bernuansa seksual kepada orang lain. Korbannya biasanya adalah wanita. 

Kadang, catcalling malah dianggap "bercanda" meski itu membuat tersinggung wanita tersebut. 

Catcalling secara online pun bisa terjadi kepada perempuan ketika konten-konten mereka dibanjiri oleh komentar-komentar tidak senonoh.


Infografis Pelecehan Seksual:

INFOGRAFIS: 6 Tips Lindungi Diri dari Pelecehan Seksual (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 6 Tips Lindungi Diri dari Pelecehan Seksual (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya