WHO: Pandemi COVID-19 Masih Jauh dari Akhir

WHO mengakatakan pandemi COVID-19 yang dimulai akhir tahun 2019 masih jauh dari kata selesai.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Okt 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2021, 12:00 WIB
WHO Umumkan Virus Corona Pandemi Global
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, 11 Maret 2020. WHO menyatakan wabah COVID-19 dapat dikategorikan sebagai "pandemi" karena virus tersebut telah menyebar semakin luas ke seluruh dunia. (Xinhua/Chen Junxia)

Liputan6.com, Jenewa - Krisis COVID-19 masih jauh dari akhir (selesai), kata komite darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa 26 Oktober 2021, ketika menyerukan penelitian vaksin generasi berikutnya untuk pengendalian pandemi jangka panjang.

Komite WHO beranggotakan 19 orang itu bertemu setiap tiga bulan untuk membahas pandemi COVID-19 dan membuat rekomendasi, seperti dilansir dari Malay Mail, Rabu (27/10/2021).

“Sementara kemajuan telah dibuat melalui peningkatan penggunaan vaksin dan terapi COVID-19, analisis situasi saat ini dan model prakiraan menunjukkan bahwa pandemi masih jauh dari selesai,” kata WHO dalam sebuah pernyataan pada pertemuan virtual hari Jumat 22 Oktober.

Komite tersebut menyerukan penelitian lebih lanjut tentang masker dan respirator yang dapat digunakan kembali, dan vaksin, diagnostik, dan terapi generasi berikutnya untuk pengendalian pandemi jangka panjang.

“Penggunaan masker, jarak fisik, kebersihan tangan, dan peningkatan ventilasi ruang dalam ruangan tetap menjadi kunci untuk mengurangi penularan SARS CoV-2,” pernyataan itu menekankan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pandemi Picu Keadaan Darurat Kemanusiaan

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Liputan6/AFP)

Komite mengatakan pandemi COVID-19 yang berlarut-larut membuat keadaan darurat kemanusiaan, migrasi massal, dan krisis lainnya menjadi lebih kompleks. Oleh karena itu, negara-negara harus merevisi rencana kesiapsiagaan dan tanggapan mereka.

Ini menimbulkan kekhawatiran tentang tantangan Afrika dalam mengatasi pandemi, termasuk akses vaksin, tes dan perawatan, serta mengumpulkan dan menganalisis data untuk memantau evolusi pandemi COVID-19.

Hanya 14 dosis vaksin yang telah diberikan per 100 orang di Afrika, menurut perhitungan AFP

Angka itu mencapai 128 dosis di Amerika Serikat dan Kanada; 113 di Eropa; 106 di Amerika Latin dan Karibia; 103 di Oseania; 102 di Asia; dan 78 di Timur Tengah.


COVID-19 Menjadi Perhatian Internasional

Kelemahan Virus Corona
Ilustrasi Pandemi Covid-19 Credit: pexels.com/cottonbro

Komite WHO tersebut pertama kali menyatakan pada 30 Januari tahun lalu bahwa Virus Corona COVID-19 adalah darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC), alarm tertinggi yang dapat dibunyikan WHO. 

Komite itu mempertahankan desakannya bahwa bukti vaksinasi tidak boleh diperlukan untuk perjalanan internasional atau menjadi satu-satunya syarat untuk itu, mengingat akses global yang terbatas dan distribusi vaksin COVID-19 yang tidak merata.

Sebaliknya, negara-negara harus mempertimbangkan “pendekatan berbasis risiko untuk memfasilitasi perjalanan internasional dengan mencabut atau memodifikasi tindakan, seperti persyaratan pengujian dan/atau karantina, jika perlu”.

Komite juga meminta negara-negara untuk mengakui semua vaksin yang telah diberikan persetujuan penggunaan darurat oleh WHO. 

 

Reporter: Cindy Damara

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya