Gaji Pemetik Buah di Australia Rp 250 Ribu per Jam, Apa Dampaknya?

Kabar gembira bagi para pemetik buah di Australia.

diperbarui 06 Nov 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2021, 12:00 WIB
Benarkah Memegang Buah dan Sayuran Sembarangan Dapat Terinfeksi COVID-19?
Ilustrasi pasar swalayan yang menjual buah-buahan. (dok. Rob Maxwell/Unsplash.com)

Canberra - Kabar gembira datang bagi para pemetik buah di Australia. Mereka kini harus digaji minimal 25 dolar Australia (sekitar Rp 250 ribu). 

Berdasarkan laporan ABC Australia, Jumat (5/11/2021), hal itu berdasarkan keputusan lembaga Fair Work Commission yang bertugas agar tenaga kerja mendapatkan hak dengan adil. 

Lembaga tersebut menetapkan agar para pemetik buah tidak lagi dibayar dengan sistem 'a piece rate' atau diberi upah sesuai dengan berapa jumlah buah yang dipetik. 

Upah seperti ini tergantung pada kemampuan individu pemetik buah, yakni semakin cepat dia memetik atau memanen buah dan sayuran, maka pendapatannya pun akan makin tinggi.

Bulan Desember 2020 lalu, serikat pekerja Australian Workers Union (AWU) mengajukan keberata kepada Fair Work Commission soal sistem upah sepeti itu.

Mereka mendesak agar setiap pemetik buah harus mendapat bayaran minimum untuk pekerja kasual, yakni $25,41, atau lebih dari Rp 250 ribu, per jam.

Setelah melakukan kajiannya, Rabu kemarin Fair Work Commission berkesimpulan aturan sistem pembayaran saat ini, yang mengikuti Sistem Pengupahan di Bidang Holtikultur, sudah tidak cocok lagi.

"Sistem itu tidak memberikan keamanan pembayaran upah yang relevan dan adil yang diamanatkan oleh Undang-undang," kata lembaga tersebut.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Lawan Eksploitasi

Bendera negara Australia - AFP
Bendera negara Australia - AFP

Sekretaris Nasional AWU, Dan Walton menggambarkan keputusan Fair Work Commission sebagai salah satu keputusan paling penting dalam sejarah ketenagakerjaan di Australia.

"Saya yakin keputusan ini merupakan yang paling penting dalam sejarah 135 tahun keberadaan serikat pekerja ini," kata Walton.

"Para pemetik buah di Australia sudah lama dan secara sistematis dieksploitasi dan dibayar rendah.

"Terlalu banyak petani yang bisa memanipulasi sistem a piece rate sehingga bayaran yang mereka berikan di bawah standar di Australia.

"Sekarang akan mudah bagi para pekerja, bahkan bila mereka tidak bisa berbahasa Inggris sekalipun, untuk mengerti apakah mereka mendapat upah rendah atau tidak.

"Mulai dari sekarang, kalau anda mendapat lebih sedikit dari $25 per jam sebagai pemetik buah di Australia, artinya bos Anda melanggar hukum dan mencuri uang anda."

Potensi Harga Naik

ilustrasi buah beri mencegah jantung/pexels
ilustrasi buah beri mencegah jantung/pexels

Federasi Petani Nasional Australia sebelumnya menentang perubahan aturan upah, dengan mengatakan sistem 'a piece rate' justru membantu produksi. 

Mereka merasa perubahan apa pun soal upah akan membuat banyak petani bangkrut.

Menteri Pertanian Australia, David Littleproud mengatakan mencoba memahami soal perubahan sistem upah tersebut.

"Fair Work Commission adalah juri yang independen. Otoritasnya independen yang terpisah dari Pemerintah Federal," katanya.

Menurutnya perubahan sistem upah nantinya akan membuat warga di Australia  harus membayar lebih mahal untuk produk yang mereka beli di supermarket.

"Petani harus membayar lebih untuk produksi dan biaya produksi itu dibebankan di harga pasaran," katanya lagi. 

"Kita bisa menyimpulkan, bahwa di satu saat nanti, walau saya belum membaca keputusan sepenuhnya, akan ada kenaikan harga di supermarket."Mereka yang menentang keputusan terbaru Fair Work Commission bisa mengajukan banding sebelum akhir tahun 2021.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya