2 Anggota Relawan Hilang dalam Serangan Maut Militer Myanmar yang Tewaskan 30 Orang

Dua anggota Save the Children hilang dalam sebuah serangan di Myanmar yang menewaskan sedikitnya 30 orang, termasuk perempuan dan anak-anak.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Des 2021, 18:35 WIB
Diterbitkan 26 Des 2021, 18:35 WIB
Puluhan Pengunjuk Rasa Tewas dalam Bentrokan di Myanmar
Para pengunjuk rasa, seperti yang terlihat melalui jendela, mengambil bagian dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon 28/2/2021). Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara merebut kekuasaan dan menahan pemimpin pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. (AFP/ Ye Aung Thu)

Liputan6.com, Naypyidaw - Dua anggota Save the Children hilang dalam sebuah serangan di Myanmar yang menewaskan sedikitnya 30 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, dan banyak di antaranya ditemukan dalam kondisi hangus terbakar.

Kelompok bantuan itu mengatakan mereka menanggguhkan kegiatan di negara bagian Kayah menyusul insiden tersebut, Reuters mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara, Senin (27/12/2021).

Kedua staf tersebut tengah dalam perjalanan ke kampung halaman mereka untuk liburan akhir tahun ketika terjebak dalam insiden kekerasan di Kayah, kata Save the Children dalam pernyataannya, Sabtu (25/12) malam.

"Kami telah memastikan bahwa kendaraan pribadi mereka diserang dan dibakar," tulis pernyataan itu.

Kelompok-kelompok oposisi pada Sabtu menuding pihak militer, yang mengambil alih kekuasaan dari tangan pemerintah sipil pada Februari, berada di balik peristiwa yang terjadi pada Sabtu di dekat kampung Mo So di kota Hpruso itu.

Juru bicara junta militer Jenderal Zaw Mun Tun tidak menjawab panggilan telepon pada Minggu.

Reuters tidak bisa memverifikasi secara independen laporan dari penduduk lokal, laporan media dan kelompok hak asasi manusia (HAM) setempat tentang peristiwa itu.

Media pemerintah melaporkan tentara angkatan darat Myanmar telah menembak dan menewaskan sejumlah "teroris bersenjata" dari pasukan oposisi yang memerangi junta.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Laporan Jenazah yang Dibakar

Jemuran Kain Penahan Serangan dari Aparat Myanmar
Perempuan menggantung pakaian tradisional Myanmar, longyi, di seberang jalan selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Senin (8/3/2021). Jemuran kain itu untuk membatasi gerak polisi dan tentara karena berjalan di bawah jemuran pakaian ini dianggap akan membawa sial bagi pria. (STR/AFP)

Foto-foto yang dibagikan oleh Kelompok HAM Karenni dan media lokal memperlihatkan sisa-sisa tubuh yang hangus di atas bak truk yang terbakar.

Seorang warga kampung mengatakan pada Sabtu dia telah melihat 32 jenazah, sementara Save the Children mengatakan sedikitnya 38 orang terbunuh.

Kelompok amal yang berbasis di London itu mengatakan mereka telah menangguhkan kegiatan di Kayah, di beberapa daerah di negara bagian tetangga Karen dan di wilayah Magway.

"Kami ngeri dengan kekerasan yang dilakukan terhadap warga sipil tak bersalah dan staf kami, yang berdedikasi pada kemanusiaan, mendukung jutaan anak yang memerlukan bantuan di seluruh Myanmar," kata kepala pelaksana Save the Children Inger Ashing.

Myanmar telah jatuh ke dalam konflik sejak militer pada 1 Februari menyingkirkan pemerintahan terpilih yang dipimpin Aung San Suu Kyi.

Peraih Hadiah Nobel itu dijatuhi hukuman penjara empat tahun dan menghadapi sejumlah tuduhan kriminal lain.

Sedikitnya 1.375 orang telah terbunuh dan lebih dari 8.000 lainnya dipenjara selama tindakan keras junta terhadap aksi protes dan kelompok oposisi bersenjata sejak kudeta, menurut data Asosiasi Pendampingan Tahanan Politik.

Pemerintah militer membantah data itu dan mengatakan prajurit mereka juga telah terbunuh dalam konflik.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya