Liputan6.com, Abuja - Presiden Nigeria Muhammadu Buhari pada Selasa (25/1) menyatakan optimismenya bahwa Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 akan sukses.
"Dengan kayanya pengalaman China dalam menyelenggarakan event internasional, Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 dengan slogan 'Together For A Shared Future' akan dihadirkan sebagai ajang Olimpiade yang luar biasa, luar biasa, dan luar biasa bagi dunia," kata Buhari dalam keterangan resminya dikeluarkan oleh pihak istana negara.
Advertisement
Baca Juga
Dalam pernyataannya, pemimpin Nigeria memuji Beijing karena membuat sejarah sebagai "kota ganda Olimpiade" pertama dalam sejarah Olimpiade dunia, setelah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2008, demikian dikutip dari laman Xinhua, Rabu (26/1/2022).
"Sebagai negara yang bersahabat dan bersaudara dengan Nigeria, Presiden Buhari menegaskan dukungan pemerintah Nigeria dan rakyatnya kepada China," kata pernyataan itu, mengakui bahwa Olimpiade adalah platform untuk persahabatan dan kerja sama yang lebih erat antar negara.
Dia berharap atlet Nigeria yang berpartisipasi dalam berbagai acara akan unggul di kompetisi tersebut, melampaui rekor sebelumnya di PyeongChang, Korea Selatan, pada 2018, ketika negara itu berkompetisi untuk pertama kalinya.
Buhari berharap semua atlet, dalam mengejar impian Olimpiade mereka, akan mempromosikan nilai-nilai inti dari Olimpiade soal keunggulan, persahabatan, dan rasa hormat.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Boikot AS
Olimpiade Musim Dingin 2022 digelar di Beijing. Di tengah persiapan ajang olahraga 4 tahunan itu, gejolak politik China dengan negara barat kian meletup.
Dimulai oleh Amerika Serikat yang mengumumkan bahwa diplomatnya akan memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. Tak ada delegasi diplomatik resmi yang akan dikirim ke Beijing, hanya atlet yang akan bertanding saja.
Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, beralasan pihaknya memboikoit karena selama ini menyoroti masalah pelanggaran HAM yang dilakukan China, termasuk yang terjadi di Xinjiang, dan AS tidak akan mengabaikan apa yang terjadi. "Kami tidak bisa melakukan hal tersebut," ujar Psaki seperti dilansir BBC pada Selasa 7 Desember 2021.
Keputusan boikot diplomatik ini telah mendapatkan dukungan dari Partai Republik dan Demokrat.
"Walau kita harus mendukung dan merayakan atlet-atlet kita, Amerika dan dunia tidak bisa memberikan imprimatur ke pertandingan-pertandingan ini atau melanjutkan seakan-akan tidak ada yang salah mengadakan Olimpiade di sebuah negara yang melakukan genosida dan pelanggaran HAM massal," ungkap Ketua DPR AS Nancy Pelosi.
Sementara, Senator Tom Cotton dari Partai Republik justru meminta boikot yang lebih besar. Senator Cotton menyorot "penghilangan" atlet di China.
"Kita tidak boleh mengekspos Tim AS kepada bahaya-bahaya dari rezim busuk yang menghilangkan atlet-atletnya sendiri," kata Cotton.
Keputusan Amerika ini, tercatat diikuti 6 negara lainnya. Adalah Kanada, Inggris, Australia, Skotlandia, Selandia Baru, Lithuania.
Advertisement