Liputan6.com, Mariupol - Kota Mariupol yang berada di tenggara Ukraina memiliki posisi geografis yang rentan apabila pecah perang melawan Rusia. Akan tetapi, emak-emak di Mariupol mengaku siap melawan jika Presiden Rusia Vladimir Putin menyerang.
"Saya mencintai kota saya, saya tidak akan pergi. Putin tidak bisa menakuti kita. Ya, hal ini menyeramkan, tetapi kita akan berdiri untuk Ukraina hingga saat akhir," ujar Valentyna Konstantinovska (79), dilaporkan Al Jazeera, Selasa (15/2/2022).
Advertisement
Baca Juga
Konstantinovska merupakan salah satu peserta latihan militer yang digelar gerakan Azov. Kelompok ini tidak populer di ibu kota Ukraina, Kiev karena dituding radikal, ultranasionalis, bahkan menjunjung supremasi kulit putih.
Namun, Konstantinovska mengaku tidak simpati terhadap Azov. Ia ingin latihan karena ingin melindungi tanah airnya. Ia berlaih menembak, penyelamatan, dan pertolongan pertama. Pasukan mereka dikenal sebagai "babushka."
Wanita lansia mereka, Liudmyla Halbay (72), mengaku merasa lebih aman dengan mengikuti pelatihan ini. Namun, ia tetap berharap masyarakat internasional bisa membantu mencegah perang.
"Kita haruslah bertahan dan ini membantu mengurangi rasa takut. Kami juga berharap seluruh dunia akan membantu kami dan perang tidak terjadi," ucapnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prajurit Bagai Anak Sendiri
Peserta latihan lainnya, Liudmyla Smahlenko (65), berkata sudah menganggap para prajurit bagaikan anak-anaknya sendiri. Ia sendiri telah menjadi anggota pasukan babushka sejak 2014.
Waktu itu, ia ikut mendonasi bantal, selimut, dan barang-barang keperluan lainnya untuk para prajurit. Wanita itu ingin membantu karena ingat ketika para prajurit juga menolongnya.
"Kamu mencoba menolong para tentara dan mereka menjadi anak-anakmu. Lalu salah satu mereka meninggal, dan banyak dari mereka yang sekarang meninggal, dan setiap kali itu terjadi, itu bagaikan anak-anakmu yang meninggal," ujarnya.
"Saya siap untuk bertarung jika Rusia menginvasi, bahkan jika harus bertarung dengan tangan kosong melawan mereka. Mereka bukan saudara kita," ia menambahkan.
Advertisement