Pasar Ramadhan Sydney Dibuka Lagi, Martabak Telur hingga Burger Unta Diburu

Acara Ramadhan Nights Lakemba di Australia digelar kembali, setelah sempat dihentikan selama dua tahun karena awal pandemi COVID-19. Banyak warga asal Indonesia yang datang.

diperbarui 12 Apr 2022, 02:00 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2022, 02:00 WIB
Ilustrasi Sydney, Australia
Ilustrasi Sydney, AustraliaIlustrasi Sydney, Australia (Sumber: Pixabay/pattyjansen)

, Sydney - Setelah sempat dihentikan selama dua tahun karena awal pandemi COVID-19, acara Ramadhan Nights Lakemba di Australia digelar kembali.

Menurut wali kota setempat, diperkirakan ada 1 juta pengunjung yang akan datang ke pasar Ramadhan tersebut.

"Dari awalnya cuma satu jalan yang menjual makanan, Lakemba sekarang sudah menjadi tempat yang dikunjungi banyak orang sebagai tempat terbaik di Australia untuk merayakan dan merasakan suasana Ramadhan," kata Khal Asfour, wali kota Canterbury-Bankstown, yang membawahi kawasan Lakemba seperti dikutip dari ABC Australia, Selasa (12/4/2022).

Pasar Malam Ramadan yang digelar selama sebulan penuh ini merupakan salah satu kegiatan terbesar di Australia, yang berlangsung di kawasan Lakemba.

Lakemba adalah kawasan yang letaknya tidak jauh dari Sydney, ibu kota New South Wales. Kawasan ini dikenal dengan penduduknya memiliki latar belakang sangat beragam.

Pemilik akun Instagram @masak2dengannick yang banyak berbagi cerita soal makanan dan jajanan mengatakan kalau pasar malam di Lakemba menunjukkan keberagaman masyarakatnya.

"Pasar Ramadhan ini juga bagus untuk komunitas Islam, karena orang dari latar belakang yang berbeda-beda bisa mencicipi  makanan khas daerah lain di pasar tersebut," ujar content creator bernama Nick Molodysky yang tinggal di Sydney dan fasih berbahasa Indonesia.

"Contohnya, orang Islam dari Pakistan mungkin jarang makan martabak telur, atau orang Islam dari Indonesia juga bisa mencicipi makanan khas Pakistan," jelas Nick kepada Sastra Wijaya dari ABC Indonesia.

Sementara bagi warga yang bukan beragama Islam, menurut Nick menjadi kesempatan untuk merasakan suasana Ramadhan, sekaligus mengenal kuliner halal dari berbagai negara.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Martabak Telur hingga Burger Unta Jadi Buruan

Ilustrasi burger
Ilustrasi burger (Photo by Anthony Espinosa on Unsplash)

Dari pengamatannya, Nick mengatakan martabak telur adalah salah satu yang paling diincar oleh pengunjung asal Indonesia. 

Martabak Telur memang dicari oleh Fery Ripai, warga Indonesia yang sedang sekolah dan juga bekerja tidak jauh dari Lakemba.

"Namun saya lihat yang jualan martabak telur ini bukan orang Indonesia tapi orang Burma," katanya kepada ABC.

Fery mengaku jika ia benar-benar merasakan suasana Ramadhan di kawasan Lakemba, meski umat Muslim adalah minoritas di Australia.

Mencicipi Burger Unta

Seorang warga asal Indonesia lainnya, Hafiz Lidinillah, sudah hampir empat tahun tinggal di Lakemba. 

Ia sedang menempuh studi doktoral di bidang hukum di Western Sydney University.

"Selama masa Ramadhan, saya beberapa kali dalam seminggu ke sana untuk beli makanan.  Dari tempat tinggal saya jalan kaki sekitar 10 menit," katanya. 

Seperti kebanyakan warga lainnya, Hafiz juga menanti-nantikan pasar malam Ramadhan karena bisa menemukan banyak ragam makanan.

Salah satu makanan yang disukainya dari pasar malam Ramadhan adalah hidangan burger unta.

"Itu kan kita tidak menemukannya di Indonesia. Dan juga saya suka spinning potato (kentang yang digoreng ditusuk seperti sate."

Hafiz mengatakan apa yang dilihat dan dialaminya di Lakemba mengingatkan dirinya dengan pasar Bendungan Hilir di Jakarta.

"Asal saya dari Jakarta, saya lahir di Karet Tengsin Jakarta Pusat. Pasar Ramadhan di Lakemba mirip sekali dengan kondisi pasar Ramadhan di Pasar Benhil," katanya.

Penasaran Setelah Lihat di TikTok

Ilustrasi pasar selama bulan Ramadan (AFP)
Ilustrasi pasar selama bulan Ramadan (AFP)

Wendi Wijarwadi dan keluarganya baru tiba di Sydney sebulan yang lalu.

Wendi sedang melanjutkan pendidikan doktoralnya di bidang pendidikan di University of New South Wales (UNSW).

"Pertama datang ke Sydney, saya langsung ke Lakemba karena kebetulan ada kawan yang melanjutkan PhD di Western Sydney Uni," ujarnya.

"Juga temen-teman NU Australia banyak bermukim di sana. Dari mereka-lah saya tahu bahwa akan ada Ramadhan Nights Lakemba."

"Infonya juga kebetulan banyak muncul di Tiktok. Jadi saya semakin penasaran dengan kemeriahan Lakemba Night."

Menurut Wendi, akses ke Lakemba dengan transportasi umum dari Sydney juga mudah.

"Dari kampus saya akses melalui tram ke Central Stasiun dan lanjut kereta menuju Lakemba. Perjalanan sekitar 1 jam," kata Wendi.

Wendi mengatakan makanan yang dijual sangat istimewa dan enak, kebanyakan tidak bisa ditemukannya di Indonesia. Ia menjelaskan kebanyakan jajanan yang dijual memang berasal dari Timur Tengah, seperti kopir pasir dari Yordania atau Kunefa dari Palestina.

Tapi ada juga masakan dari negara lain, seperti India, yang menawarkan hidangan kari atau masala.

Soal harga, Wendi mengatakan jika makanan dan minuman yang ditawarkan terjangkau.

"Harganya juga murah. Minuman kisaran AU$5 [lebih dari Rp 50 ribu] dan makanan antara AU$8-10 [lebih dari Rp80-100 ribu."

Sejak tiba di Australia, Wendi mengaku lebih dari sekali datang ke pasar malam Lakemba dan rencananya ia akan kembali lagi.

"Masih banyak makanan yang  belum dicicipi," kata Wendi.

Kisah Sekolah di Australia Sediakan Ruang Ibadah untuk Murid Muslim Sholat

Masjid Turki di Dandenong, Melbourne, Australia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)
Masjid Turki di Dandenong, Melbourne, Australia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Australia kerap dikenal sebagai negara multietnis. Salah satunya di Melbourne. Di kota itu para penduduknya tercatat berasal dari sekitar 150 negara berbeda.

Populasi penduduk yang beragam menimbulkan agama yang bervariasi pula. Mayoritas warga di sana merupakan penganut agama Kristen.

Informasi yang diperoleh Liputan6.com saat berkunjung ke Melbourne, penganut agama lain seperti Islam prosentasenya sedikit. Meski menjadi kaum minoritas, keberadaannya tetap dihormati warga di Australia.

Berikut ini salah satu kisah dukungan untuk warga minoritas, umat Muslim di sebuah sekolah dasar di Queensland, dikutip dari ABC Australia, Senin (11/4/2022):

Adalah Filza Afandi dan Kaisara Zafirah yang tampak membuka pintu salah satu ruangan di sekolah, tatkala hiruk-pikuk murid-murid bermain saat jam istirahat makan siang.

Kedua murid sekolah dasar Balaclava State School di Far North Queensland itu ingin melaksanakan salat zuhur sebelum bermain bersama teman-temannya.

Ruang ibadah yang terletak di lantai dasar sekolah itu sudah dilengkapi tempat berwudhu dan dibuka secara resmi pada tahun 2020 oleh perwakilan dari agama Buddha, Kristen, dan Islam.

"Kami memiliki murid dari 26 latar belakang kebangsaan di sekolah ini. Ada sekitar 330 murid dari beragam agama, bahasa, dan budaya," ujar Kepala Sekolah Cindy Freier kepada ABC.

"Yang kami lakukan adalah berusaha menormalkan keragaman dan perbedaan, untuk memastikan semua murid dan keluarganya merasa sangat diterima di sini," kata Cindy.

Selengkapnya di sini...

INFOGRAFIS: Beda Durasi Waktu Puasa Negara-Negara di Dunia (Liputan6.com / Triyasni)
INFOGRAFIS: Beda Durasi Waktu Puasa Negara-Negara di Dunia (Liputan6.com / Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya