Liputan6.com, Jakarta - Arsa Wening Arrosyad, remaja 15 tahun dari Perkumpulan Panahan Berkuda Indonesia (KPBI), sukses membawa Indonesia meraih medali perak pada ajang kejuaraan panahan berkuda (Horseback Archery) paling bergengsi di Eropa, “11th International Mounted Archery Games Grunwald 2022 – European Grand Prix Series 1st Stage. Grunwald Battle Field Poland”.
Kejuaraan yang ke-11 di Benua Biru ini diikuti oleh 11 negara dan 55 kompetitor: Polandia, Finlandia, Swedia, Hungaria, Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Spanyol, Turki, dan Indonesia. Tim Indonesia diwakili oleh Arsa Wening Arrosyad, Arum Nazlus Shobah, dan Muhammad Yahya Ayyash.
Advertisement
Baca Juga
Pada kompetisi yang berlangsung sangat ketat ini, dipertandingkan 4 kategori pertandingan, yaitu Polish Track, Tower, Qabak, dan Raid Korea. Adapun Arsa Wening berhasil meraih perak pada kategori Raid Korea. Juara I dan III diraih oleh Turki.
Sedangkan akumulasi final ranking dari 4 kategori yang dipertandingkan, Arsa Wening berada di peringkat III, di bawah Prancis dan Turki. Adapun juara umum diraih oleh tuan rumah Polandia, disusul Finlandia, dan Hungaria.
Bagi Indonesia, prestasi ini sebuah pencapaian luar biasa bagi penggiat panahan berkuda di Indonesia yang baru pertama kali mengikuti kompetisi elite di eropa.
Sebagai satu-satunya wakil Asia, Tim Indonesia menjalani 4 hari kompetisi yang panjang dan melelahkan dengan tetap menjalankan puasa Ramadhan yang harus ditempuh 17 jam waktu puasa di Polandia.
Pertandingan berlangsung sejak 30 April sampai 1-3 Mei. Setiap hari ada satu kategori yang dipertandingkan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kemenangan Atlet Indonesia
Ketua Umum KPBI, Alda F Amtha mengatakan, prestasi yang diraih Indonesia di Eropa ini, menjadi pelajaran penting bagi perkembangan horseback archery di Indonesia, mengingat Eropa telah memulai sejak 20 tahun lalu dan memiliki standar kualitas yang sangat tinggi.
“Kami sekarang bisa belajar, Eropa terutama Polandia, Finlandia dan Hungaria, punya kualitas memanah berkuda yang sangat tinggi. Akurasi panahannya mumpuni dan riding berkuda yang mempesona. Kita akan dimanjakan melihat pertunjukan panahan berkuda yang memukau," terang Alda.
Tak lupa, Alda F Amtha juga berterima kasih pada pemerintah Republik Indonesia, melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang telah mendukung dan membina KPBI sebagai penggiat panahan berkuda berbasis budaya dan seni ketangkasan tradisional ethnosport.
Dukungan pemerintah Indonesia juga diberikan oleh KBRI di Polandia yang hadir langsung ke lokasi pertandingan.
Di akhir acara, Minister Counsellor perwakilan KBRI Warsawa, Basana Sidabutar, diberi kehormatan oleh panitia untuk memberikan medali kepada para juara.
Advertisement
Kemenangan Arsa Wening
Sementara itu, Arsa Wening yang saat ini duduk di kelas 9 SMP Maghfirah Islamic Leadership Boarding School (MilBos) mencatatkan prestasi internasional untuk kedua kalinya bagi panahan berkuda Indonesia. Pada 2021, ia Juara I di Turki dan 2022 ini Juara II di Eropa.
Setelah European Grand Prix Series 1st Stage di Polandia ini, Arsa Wening dan tim akan mempersiapkan untuk pertandingan babak kualifikasi kejuaraan dunia horseback archery yang akan digelar di Korea pada Oktober mendatang.
Jika Indonesia lolos kualifikasi, maka akan masuk ke partai final yang akan digelar di Khazakstan pada 2023.
Atlet Panahan Berkuda Indonesia
Selain Arsa Wening, Muhammad Yahya Ayyas sukses mengharumkan nama Indonesia di kejuaraan dunia panahan berkuda, The 2nd Silk Road Cup & The 16th World Horseback Archery Championship yang berlangsung di Tehran, Iran, pada 18-21 September 2021. Yahya berhasil menyabet juara tiga di kategori Qabaq atau Turkish Style, dan kemudian meraih nomor tujuh untuk kategori umum.
"Kemenangan ini saya persembahkan pertama karena saya bawa nama bangsa Indonesia, untuk Indonesia, kemudian teman-teman dari komunitas saya, dari kementerian, dari temen-teman semua yang membantu di situ, untuk orang tua saya yang mendukung saya," ujar Muhammad Yahya Ayyas dalam keterangan tertulis.
Pada Kejuaraan dunia di Iran ini, digelar tiga kategori, yakni Korean Style, Qabaq / Kabak style atau Turkish Style dan Kassai Track. Pemuda berusia 20 tahun asal Karangnongko, Klaten, Jawa Tengah, itu, merebut juara tiga di Qabaq / Kabak style atau Turkish Style.
Muhammad Yahya Ayyas yang menunggangi kuda bernama Khorramshahr, berhasil melepaskan anak panah pada dua target yang ditentukan. Kedua target itu berada di sisi bawah dan atas dengan posisi atlet menunggangi kuda di lintasi track sepanjang 99 meter. Total poin yang dikumpulkan 17,870 sehingga menempatkannya berada di posisi ketiga.
Di perlombaan tersebut, atlet harus selalu menggunakan busana yang mewakili budaya kampung halaman atlet. Muhammad Yahya Ayyas saat di Iran memilih memakai seragam barisan Pinilih Kasatriyan Dalem Suryenglaga, pakaian salah satu pasukannya Pangeran Diponegoro.
Advertisement