Liputan6.com, Paris - Emmanuel Macron diambil sumpahnya untuk masa kedua sebagai presiden Prancis pada Sabtu dalam upacara di Istana Elysee.
Di sebuah negara di mana presiden jarang terpilih kembali, Macron mengantongi 58,5 persen suara pada pemilihan putaran kedua melawan tokoh sayap kanan Marine Le Pen, meskipun mendapat tentangan kuat terhadap kebijakannya yang pro bisnis dan usulan menaikkan usia pensiun.
Baca Juga
Dalam pidato singkatnya, dia berbicara tentang perlunya inovasi di saat dunia dan Prancis menghadapi banyak tantangan baru, Reuters mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara, Minggu (8/5/2022).
Advertisement
Dia juga mengatakan bahwa masa jabatannya yang kedua adalah hal yang baru dan tidak semata-mata melanjutkan masa pertama.
"Kita perlu menemukan metode baru bersama, jauh dari tradisi dan rutinitas yang melelahkan, ketika kita mampu membangun kesepakatan baru yang produktif, sosial dan ekologis," katanya seraya menjanjikan tindakan dengan "rasa hormat" dan "pertimbangan".
Presiden Prancis itu menyoroti ancaman yang ditimbulkan oleh invasi Rusia di Ukraina dan kekhawatiran terhadap lingkungan global.
Di antara 500 tamu yang hadir adalah mantan presiden Francois Hollande dan Nicolas Sarkozy, mantan perdana menteri Edouard Philippe, Manuel Valls, Alain Juppe dan Jean-Pierre Raffarin, serta para pemimpin agama dan tokoh Prancis.
Pelantikan Macron menandai berakhirnya satu kampanye pemilihan dan dimulainya kampanye untuk pemilihan legislatif pada Juni.
Koalisi politik sayap kiri baru, yang dibentuk oleh La France Insoumise, Partai Sosialis, Partai Hijau dan Partai Komunis, berharap dapat mereduksi kekuatan Macron di parlemen.
Partai sayap kanan Les Republicains dijadwalkan menggelar pertemuan dewan nasional pada Sabtu.
Macron akan mengunjungi Parlemen Eropa di Strasbourg pada Senin untuk memperingati "Hari Eropa".
Kemudian pada pekan yang sama dalam kunjungan pertamanya sejak dilantik, dia akan bertolak ke Berlin untuk bertemu dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz.
Tanpa Pemerintahan Koalisi
Macron, 44 tahun, adalah presiden pertama tanpa pemerintahan koalisi yang terpilih kembali sejak pembentukan Republik Kelima --sebutan bagi sistem pemerintahan Prancis-- pada 1958.
Masa jabatan Macron yang baru secara formal akan dimulai pada 13 Mei malam dan perdana menteri Jean Castex masih tetap menjabat.
Sebelumnya, Dewan Konstitusi Prancis pada Rabu (27/4) mengesahkan hasil pemilihan presiden dan mengukuhkan Emmanuel Macron sebagai presiden terpilih.
Dari 48.752.339 pemilih terdaftar Prancis, 35.096.478 memberikan suara mereka, sehingga tingkat abstain menjadi 28,01 persen, kata Laurent Fabius, presiden dewan konstitusi.
Macron memenangkan putaran kedua pemilihan yang diadakan pada 24 April dengan mayoritas mutlak 18.768.638 suara (58,55 persen dari surat suara yang sah).
Menurut hukum, masa jabatan kedua Macron harus dimulai selambat-lambatnya 14 Mei 2022.
Saingan Macron, kandidat sayap kanan Marine Le Pen, menerima 13.288.686 suara atau 41,45 persen.
Advertisement
Vivle la Republique!
Presiden Emmanuel Macron memenangkan pilpres 2022 di Prancis. Capres petahana Prancis itu berhasil mengalahkan politikus sayap kanan Marion Anne Perrine Le Pen (Marine Le Pen) yang terkenal nasionalis, anti-Uni Eropa, dan anti-hijab.
Kemenangan Macron diumumkan pada Minggu malam (24/4) waktu setempat.
"Vivle la Republique! (Hidup Republik!)" ujar Presiden Macron dalam orasi kemenangan di Paris.
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri Prancis sejauh ini, Senin (25/4/2022), Emmanuel Macron meraih 17,3 juta suara dengan total 57,28 persen. Marine Le Pen mendapat 12,9 juta suara atau 42,72 persen.
Sampai perhitungan 78 persen suara di Paris, Emmanuel Macron tercatat menang besar di ibu kota. Ia telah meraih lebih dari 80 persen suara.
Kedua kandidat tercatat sama-sama kuat di departemen Alpes-Maritimes yang merupakan lokasi dari kota Cannes, lokasi festival film internasional di Prancis.