Angela Merkel Dianugerahi Penghargaan Perdamaian UNESCO, Ini Alasannya

UNESCO pada hari Selasa (23/8) memberikan Penghargaan Perdamaian UNESCO 2022 kepada mantan Kanselir Jerman Angela Merkel.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Agu 2022, 15:55 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2022, 15:55 WIB
Angela Merkel, Kanselir Jerman Calon Peraih Nobel Perdamaian
Kanselir Jerman Angela Merkel menjadi calon kuat peraih Nobel Perdamaian tahun ini. Intip Instagramnya yuk, guys.

Liputan6.com, Jakarta - UNESCO pada hari Selasa (23/8) memberikan Penghargaan Perdamaian UNESCO 2022 kepada mantan Kanselir Jerman Angela Merkel, “sebagai pengakuan atas jasa-jasanya menerima para pengungsi.”

Menurut akun Twitter dan situs web Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB itu, dewan juri Penghargaan Perdamaian Félix Houphouët-Boigny-UNESCO menganugerahkan penghargaan itu kepada Merkel berkat keputusan ‘beraninya’ pada tahun 2015 untuk menerima lebih dari 1,2 juta pengungsi, terutama dari Suriah, Irak, Afghanistan dan Eritrea.

Merkel melepaskan jabatan kanselirnya pada tahun 2021 setelah 16 tahun memimpin Jerman. Isu krisis pengungsi mendominasi periode ketiga jabatannya, di mana sebagian menyambut baik, sementara lainnya menentang kebijakan tersebut. Masalah pengungsi pun masih terus berdampak hingga sekarang, seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (24/8/2022).

Pada 2015, akibat peperangan di Timur Tengah, khususnya di Suriah, Afghanistan dan Irak, gelombang pengungsi yang melarikan diri dari negara mereka masing-masing berkumpul di perbatasan Eropa.

Dalam momen penting itu, Merkel membuka perbatasan Jerman dan mengatakan kepada rakyatnya bahwa “kita bisa melakukannya,” ketika negara itu menerima ratusan ribu pencari suaka – ucapannya yang kemudian menjadi terkenal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Butuh Pemeriksaan Identitas yang Layak

Ilustrasi bendera Uni Eropa di kantor pusatnya di Brussels (AP Photo)
Ilustrasi bendera Uni Eropa di kantor pusatnya di Brussels (AP Photo)

Pada akhir 2015, 890.000 pencari suaka telah berada di Jerman, di mana banyak dari mereka masuk tanpa melalui pemeriksaan identitas yang layak. Mereka membanjiri komunitas lokal, memicu kerusuhan yang dilakukan beberapa kalangan masyarakat setempat dan menyebabkan lonjakan dukungan bagi partai Alternatif Jerman (AfD), yang berhaluan ekstrem kanan dan antiimigrasi.

Pada tahun 2015, AfD menjadi partai oposisi terkuat di Jerman, sebelum akhirnya kembali melemah berkat penanganan COVID-19 oleh Merkel yang kembali mendulang simpati publik.

Pada 2022, kanselir baru yang berhaluan kiri-tengah, Olaf Scholz, kembali membuka perbatasan Jerman untuk menerima ratusan ribu perempuan dan anak-anak Ukraina setelah Rusia menyerang Ukraina Februari lalu.

Menurut UNESCO, penghargaan itu dibuat pada tahun 1989 untuk menghormati individu, institusi maupun lembaga swasta atau negeri yang banyak berkontribusi pada promosi, penelitian, penjagaan atau pemeliharaan perdamaian, sesuai dengan Piagam PBB atau Konstitusi UNESCO.

Penghargaan itu dianugerahkan setiap tahun.

Menurut situsnya, para penerima penghargaan itu di antaranya Nelson Mandela, Frederik W. De Klerk, dan mantan Presiden AS Jimmy Carter.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Belasan Orang Tewas dalam Insiden Melintasnya Imigran ke Perbatasan Spanyol

Pantai di Valencia Dipenuhi Ribuan Bendera Spanyol
Ribuan bendera Spanyol yang mewakili korban COVID-19 di negara itu dipasang di pantai Patacona, Valencia, Minggu (4/10/2020). Virus corona di Spanyol sejauh ini telah merenggut lebih dari 32.000 nyawa dan 790.000 kasus terkonfirmasi dengan tingkat infeksi tertinggi di Uni Eropa. (Jose Jordan/AFP)

Puluhan orang tampak terbaring di tanah, beberapa terlihat berdarah dan lainnya tidak bergerak, dalam video yang diklaim sebagai akibat penyeberangan massal imigran Maroko pada Jumat (24/6) ke sebuah daerah otonomi Spanyol.

Dalam peristiwa itu, sedikitnya 18 orang disebutkan tewas.

Rekaman itu, yang belum dapat diverifikasi kebenarannya oleh Reuters, dibagikan oleh AMDH, kelompok hak asasi Maroko yang bekerja bersama migran di beberapa wilayah Maroko utara, termasuk daerah-daerah di sekitar Melilla, daerah otonomi Spanyol itu.

Otoritas Maroko mengatakan Jumat malam bahwa 18 migran telah tewas, beberapa karena terjatuh dari pagar yang tinggi, sedangkan lainnya akibat terinjak-injak.

Kantor AMDH setempat mencatat jumlah korban tewas mencapai 27 orang, tanpa memerinci informasi tersebut --Reuters mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara, Minggu (26/6/2022).

Sekitar 2.000 migran berupaya menerobos pagar daerah otonomi itu untuk menyeberang ke wilayah Spanyol.

Tindakan mereka memicu bentrokan fisik selama dua jam dengan pasukan keamanan dan penjaga perbatasan, kata otoritas Spanyol dan Maroko.

Banyak migran yang juga terluka dalam insiden itu.


Terbaring Menumpuk

Pantai di Valencia Dipenuhi Ribuan Bendera Spanyol
Ribuan bendera Spanyol yang mewakili korban COVID-19 di negara itu dipasang di pantai Patacona, Valencia, Minggu (4/10/2020). Virus corona di Spanyol sejauh ini telah merenggut lebih dari 32.000 nyawa dan 790.000 kasus terkonfirmasi dengan tingkat infeksi tertinggi di Uni Eropa. (Jose Jordan/AFP)

Sebuah klip video yang dibagikan AMDH memperlihatkan sejumlah besar migran Afrika terbaring menumpuk.

Tubuh mereka terlihat tumpang tindih, banyak yang tidak bergerak dan beberapa di antaranya bergerak lemah, sementara pasukan keamanan Maroko dengan perlengkapan huru-hara berdiri di sekitar mereka.

Video yang sama menunjukkan pasukan keamanan menarik dua migran berdarah dan tampak kebingungan melewati migran-migran lain yang terbaring di tanah.

Sebuah klip video lain yang dibagikan AMDH memperlihatkan seorang petugas keamanan Maroko memukul salah satu dari sejumlah migran yang tergeletak di samping pagar besi.

Otoritas Maroko mengatakan 140 anggota pasukan keamanan Maroko juga terluka, lima di antaranya mengalami luka serius, meskipun tak ada yang tewas.

Seorang juru bicara pemerintah Spanyol di Melilla mengatakan tak seorang pun tewas di wilayah Spanyol di perbatasan itu. Di lokasi itu, 57 migran dan 49 petugas terluka.


Tentara Lebanon Selamatkan 45 Imigran di Laut Tripoli, 8 Orang Ditemukan Tewas

Imigran Libya
Pengungsi dan migran menunggu untuk diselamatkan oleh LSM Spanyol Proactiva Open Arms di atas sebuah kapal karet, 60 mil sebelah utara Al -Khum, Libya (18/2). Para pengungsi dan migran ini meninggalkan Libya untuk ke Eropa. (AP Photo/Olmo Calvo)

Tentara Lebanon pada Minggu (24/4) menyelamatkan 45 orang dan menemukan delapan jenazah setelah sebuah kapal migran tenggelam di perairan lepas kota utara Tripoli.

Tentara Lebanon mengatakan pada konferensi pers bahwa gelombang tinggi menenggelamkan kapal yang kelebihan muatan, yang membawa lebih dari 50 orang.

Beberapa orang yang diselamatkan dirawat di lapangan, sementara yang lain dipindahkan ke rumah sakit terdekat untuk menerima perawatan medis darurat, demikian dikutip dari laman Xinhua, Senin (25/4/2022).

Operasi pencarian dimulai Sabtu (23/4) malam tak lama setelah kapal yang meninggalkan kota pesisir Qalamoun tenggelam di laut.

Tentara Lebanon, pasukan keamanan dan Palang Merah dikerahkan di pelabuhan Tripoli untuk bergabung dalam proses penyelamatan.

Presiden Lebanon Michel Aoun pada hari Minggu meminta otoritas peradilan dan militer untuk memulai penyelidikan atas insiden tersebut. 

infografis kebijakan anti-imigran Trump
Kebijakan Anti-Imigran Donald Trump
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya