, Berlin - Selasa 30 Agustus 2022 lalu Mikhail Gorbachev meninggal dunia.
Pemimpin terakhir Uni Soviet yang membantu mengakhiri Perang Dingin tanpa pertumpahan darah, meninggal di rumah sakit dalam usia 91 tahun.
Baca Juga
Staf di Rumah Sakit Klinik Pusat di Moskow mengatakan negarawan itu meninggal pada Selasa malam, "setelah mengidap penyakit yang serius dan berkepanjangan." Tidak ada rincian lain yang diberikan.
Advertisement
Dunia Bereaksi, Mulai dari Pengubah Arah SejarahÂ
Mengutip DW Indonesia, Jumat (2/9/2022), Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan simpati yang mendalam atas kematian Mikhail Gorbachev, kata seorang juru bicara Kremlin.
Juru bicara itu menambahkan bahwa Putin, mantan agen KGB yang memiliki hubungan ambigu dengan Gorbachev, mengirim telegram belasungkawa kepada keluarga dan teman mendiang pada Rabu pagi.
Kantor berita resmi TASS melaporkan Gorbachev akan dimakamkan di Pemakaman Novodevichy Moskow di sebelah istrinya.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan Gorbachev adalah "seorang negarawan yang mengubah arah sejarah." Guterres menyebut mantan pemimpin Soviet itu melakukan lebih dari individu lain untuk mengakhiri Perang Dingin secara damai.
Mikhail Gorbachev, yang berkuasa antara 1985 dan 1991, memainkan peran kunci dalam mengakhiri Perang Dingin, tetapi gagal mencegah runtuhnya Uni Soviet.Â
Â
Â
Pemimpin Langka
Presiden Amerika Serikat Joe Biden memuji Gorbachev sebagai "pemimpin langka" yang membuat dunia lebih aman. Sementara, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga memuji Gorbachev sebagai pemimpin "terpercaya dan dihormati" yang membantu meruntuhkan Tirai Besi.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, "komitmen Gorbachev terhadap perdamaian di Eropa mengubah sejarah kita bersama."
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan dia mengagumi "keberanian dan integritas" Gorbachev saat Perang Dingin hampir berakhir. "Dalam masa agresi Putin di Ukraina, komitmennya yang tak kenal lelah untuk membuka masyarakat Soviet tetap menjadi contoh bagi kita semua," tambah Johnson.
James Baker III, Menteri Luar Negeri AS mengatakan pada Rabu (30/08) bahwa "sejarah akan mengingat Mikhail Gorbachev sebagai raksasa yang mengarahkan bangsanya yang besar menuju demokrasi."
Â
Advertisement
Warisan Abadi
Dari 1985 hingga runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Gorbachev mengawasi perombakan besar-besaran terhadap kebijakan ekonomi dan politik negara tersebut.
Kebijakannya tentang glasnost atau keterbukaan, memungkinkan kritik yang sebelumnya tidak terpikirkan terhadap Partai Komunis dan negara, tetapi juga mendorong seruan untuk kemerdekaan di republik-republik konstituen Uni Soviet yang dimulai pertama di negara-negara Baltik Latvia, Lituania, Estonia, dan kemudian di wilayah lain.
Sebagai pemimpin terakhir Soviet, Gorbachev menjalin kesepakatan pengurangan senjata dengan Amerika Serikat dan kemitraan dengan Barat untuk menghapus Tirai Besi yang telah membagi Eropa sejak Perang Dunia II.
Pada tahun 1990, dia dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian "untuk peran utama yang dia mainkan dalam perubahan radikal dalam hubungan Timur-Barat."
"Era Gorbachev adalah era perestroika, era harapan, era masuknya kita ke dunia bebas rudal," kata Vladimir Shevchenko, yang mengepalai kantor protokol Gorbachev ketika dia menjadi pemimpin Soviet.
"Tapi ada satu kesalahan perhitungan, kami tidak mengenal negara kami dengan baik. Persatuan kami berantakan, itu adalah tragedi dan tragedi Gorbachev."
Â
Penting di Barat, Tapi Bagi Rusia Sebaliknya
Meskipun ia dianggap penting di Barat, banyak orang Rusia tidak pernah memaafkan Gorbachev atas gejolak yang ditimbulkan oleh reformasinya, mengingat penurunan standar hidup berikutnya menjadi harga yang terlalu tinggi untuk dibayar bagi demokrasi.
Setelah mengunjungi Gorbachev di rumah sakit pada 30 Juni, ekonom liberal Ruslan Grinberg mengatakan kepada outlet berita angkatan bersenjata Zvezda, "dia (Gorbachev) memberi kita semua kebebasan, tetapi kita tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan itu."
Â
Advertisement