Koki Vladimir Putin Mengaku Bentuk Tentara Bayaran Wagner, Anggotanya Ada Napi

Yevgeny Prigozhin yang menyangkal terkait Kelompok Wagner (tentara bayaran) kini mengakui ia terhubung. Aktivis HAM menduga kelompok itu melakukan kejahatan perang di Ukraina, Suriah, dan Libya.

oleh Anissa Rizky Alfiyyah diperbarui 27 Sep 2022, 18:35 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2022, 18:35 WIB
Yevgeny Prigozhin dan Vladimir Putin
Yevgeny Prigozhin dan Vladimir Putin. (AP)

Liputan6.com, Moskow- Seorang oligarki Rusia yang juga sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, Yevgeny Prigozhin, mengaku bahwa ia merupakan orang di balik kelompok paramiliter Wagner.

Vladimir Putin selalu membantah terkait hubungan antara Kremlin dan Wagner. Namun, pada pernyataan yang dirilis Senin, 26 September 2022, Yevgeny Prigozhin akhirnya mengaku bahwa keduanya terhubung—antara Wagner dan pemerintah Rusia.

Aktivis Hak Asasi Manusia menduga bahwa kelompok tersebut—kelompok tentara bayaran—telah melakukan kejahatan perang di Ukraina, Suriah, dan Libya, dikutip dari Euro News, Selasa (27/9/2022).

Dalam sebuah postingan di media sosial grup Concord, sebuah perusahaan latering yang sebagiannya dimiliki oleh Prigozhin, seorang oligarki Rusia mengatakan bahwa ia mendirikan grup Wagner untuk mengirim prajurit yang kompeten ke wilayah Donbas di Ukraina timur pada 2014, tahun yang sama saat Rusia mengambil alih Krimea.

Prigozhin, yang dikenal sebagai “koki Putin”, karena menjadi tuan rumah makan malam yang dihadiri oleh putin dan para pejabat Kremlin menyebut tentara bayaran Wagner sebagai “patriot”.

“Pengakuan saat ini… orang-orang, para pahlawan, membela rakyat Suriah, rakyat negara Arab lainnya, orang Afrika yang miskin, dan Amerika Latin. Mereka menjadi pilar bagi tanah air kita,” tulisnya, seraya mengakui bahwa kelompok Wagner terlibat dalam operasi mengerikan di Suriah, Mali, Libya, dan lainnya.

Uni Eropa menemukan bahwa kelompok Wagner melatih, merekrut, dan mengirim tentara bayaran untuk memicu kekerasan, merampas sumber daya alam, dan mengintimidasi warga sipil yang melanggar hukum internasional, termasuk hukum hak asasi manusia internasional. Hal tersebut dilakukan kelompok Wagner di negara-negara yang diduga ad aoperasi dari kelompok Wagner.

Meskipun pernyataan Prigozhin secara tidak langsung membuktikan kehadiran kelompok Wagner di Ukraina pada 2014, tapi tidak serta merta mengonfirmasi keberadaan mereka saat ini di negara-negara tersebut.

Namun, pada akhir Maret, kementerian pertahanan Inggris menyatakan dalam laporan terbaru intelijennya bahwa sekitar 1.000 tentara bayaran Wagner, termasuk juga para pemimpin senior, telah dikerahkan di Ukraina timur untuk bertempur mendukung pasukan Rusia.

Perekrutan Narapidana

Gambar yang diduga Yevgeny Prigozhin bersama narapidana.
Gambar yang diduga Yevgeny Prigozhin bersama narapidana. (Telegram)

Beberapa waktu lalu, mengutip NBC, sebuah video muncul dan menunjukkan adanya perekrutan kelompok Wagner. Dalam rekaman tersebut, Nampak Yevgeny Prigozhin yang sebelumnya menyangkal keterkaitannya dengan kelompok tersebut, berbicara dengan lantang di depan sekelompok orang. 

Akhir-akhir ini juga Rusia terlihat kekurangan tentara dan beralih untuk merekrut sejumlah narapidana untuk bertempur di Ukraina demi memperkuat Invasi Rusia yang sedang goyah.

Video yang diposting ke situs medis sosial Rusia itu menunjukkan ada seorang pria yang suaranya mirip dengan Prigozhin, berbicara kepada sekelompok tahanan yang semuanya mengenakan seragam biru tua dan berkumpul di sebuah halaman. Pria itu berbicara pada sekelompok orang terkait hukuman mereka yang akan diringankan jika mereka bertugas di Ukraina selama enam bulan, tetapi siapapun yang berubah pikiran akan ditembak.

“Kalian tidak berbeda dengan kami,” kata seorang pria kepada para tahanan dalam video itu.

Kementerian Pertahanan Inggris pada Jumat (16/9) mengatakan bahwa Wagner menawarkan pengurangan masa hukuman kepada para tahanan atau insentif uang tunai untuk pendaftaran berperang sejak Juli.

Kementerian Pertahanan Inggris juga mengatakan bahwa akademi militer Rusia memperpendek pelatihan, sehingga para kadet dapat dikerahkan lebih cepat ke medan perang.

Institute for the Study of War, sebuah lembaga think tank militer yang berbasis di Washington, mengatakan dalam sebuah briefing minggu ini bahwa video tersebut menunjukkan "Prigozhin ditunjuk sebagai pemimpin 'operasi militer khusus' Rusia di Ukraina."

 

Terlibat Dalam Sejumlah Serangan ke Ukraina

Yevgeny Prigozhin dan Vladimir Putin.
Yevgeny Prigozhin dan Vladimir Putin. (AP)

Pada minggu-minggu menjelang invasi Rusia ke Ukraina, mengutip BBC, tentara bayaran Wagner Group diperkirakan terlibat dalam sejumlah serangan yang disebut "false flag" di Ukraina timur yang dirancang sebagai dalih bagi Rusia untuk menyerang.

Wagner pertama kali masuk ke wilayah Ukraina timur pada 2014, kata Tracey German, profesor konflik dan keamanan di King's College London.

"Sekitar 1.000 tentara bayarannya memperkuat milisi pro-Rusia yang berjuang untuk menguasai wilayah Luhansk dan Donetsk," katanya Tracey.

Intelijen Jerman mencurigai tentara bayaran Wagner mungkin juga terlibat dalam pembunuhan warga sipil di Bucha, selama penarikan pasukan Rusia dari sekitar Kiev.

Dr Samuel Ramani, associate fellow di Royal United Services Institute mengatakan, kini, anggota Wagner Group bertempur bersama pasukan reguler di wilayah Donbas.

"Kelompok Wagner berperan aktif dalam perebutan kota-kota seperti Popasna dan Severodonetsk di Luhansk," kata Dr Samuel.

"Saat ini, mereka merupakan unit tentara Rusia yang tidak resmi," tambah Samuel.

Rusia Tambah Pasukan ke Perang Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin Hadiri Pembukaan Olimpiade Beijing
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2022 di Stadion Olimpiade, Beijing, Jumat (4/2/2022). Selain menghadiri pembukaan Olimpiade Musim Dingin, Putin juga melakukan pembicaraan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping. (AP Photo/Sue Ogrocki)

Berbicara terkait invasi Rusia ke Ukraina, adanya mobilisasi parsial yang diperintahkan oleh Presiden Vladimir Putin adalah tanda "kelemahan", kata duta besar Amerika Serikat di Ukraina pada Rabu (21 September).

"Referensi dan mobilisasi adalah tanda-tanda kelemahan, kegagalan Rusia," tulis Bridget Brink dalam cuitannya di Twitter.

"Amerika Serikat tidak akan pernah mengakui klaim Rusia yang konon mencaplok wilayah Ukraina, dan kami akan terus mendukung Ukraina selama yang diperlukan," katanya, demikian dikutip dari Channel News Asia, Rabu (21/9/2022).

Putin memerintahkan mobilisasi militer parsial pada Rabu dan bersumpah akan menggunakan "semua cara yang tersedia" untuk melindungi wilayah Rusia, setelah wilayah Ukraina yang dikuasai Moskow tiba-tiba mengumumkan referendum pencaplokan.

Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mykhaylo Podolyak, mengejek langkah terbaru Moskow dalam pesan Twitter.

"Semuanya masih sesuai rencana kan? Hidup punya selera humor yang tinggi," tulisnya.

Pada Selasa kemarin, para pejabat separatis di wilayah Ukraina yang dikuasai Moskow mengumumkan pemungutan suara mendesak tentang pencaplokan oleh Rusia.

Pihak berwenang pro-Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk timur, serta di wilayah Kherson dan Zaporizhzhia selatan, mengatakan mereka akan mengadakan pemungutan suara selama lima hari mulai Jumat pekan ini.

Washington, Berlin dan Paris mengecm pemungutan suara dan mengatakan masyarakat internasional tidak akan pernah mengakui hasil, sementara NATO mengatakan pemungutan suara menandai "eskalasi lebih lanjut" dari perang.

Putin "masih menolak untuk memahami Ukraina", kata duta besar Inggris di Kiev.

"Mobilisasi parsial dan referendum palsu tidak mengubah kelemahan esensial itu," tulis Melinda Simmons di Twitter.

Selengkapnya di sini...

Infografis Hasil Pertemuan Jokowi dengan Vladimir Putin di Kremlin. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Hasil Pertemuan Jokowi dengan Vladimir Putin di Kremlin. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya