Liputan6.com, Brasilia - Warga Brasil akan kembali diminta pergi ke tempat pemungutan suara untuk memberikan suara mereka pada pemilu putaran kedua. Pemilu kali ini dianggap paling sengit, lantaran pada putaran sebelumnya jumlah partisipasi sangat tinggi, mencapai 99,29% pemilih.
Hal ini dilakukan setelah tak ada kandidat presiden yang mendapatkan suara yang cukup untuk menang langsung di pemilu Brasil itu.
Baca Juga
Mantan presiden Luiz Inacio Lula da Silva berhasil memimpin lebih dari 5% atas petahana Jair Bolsonaro, tetapi gagal mendapatkan lebih dari 50% suara, demikian dikutip dari laman Sky News, Senin (3/10/2022).
Advertisement
Karena tidak ada kandidat yang memenangkan mayoritas dukungan, persaingan akan dilanjutkan ke pemilihan putaran kedua pada 30 Oktober. Namun menyisakan dua nama teratas yaitu da Silva dan Bolsonaro.
Pemungutan suara di Brasil sangat terpolarisasi antara memilih pempimpin dari aliran kiri ke pucuk pimpinan demokrasi atau mempertahankan pemimpin sayap kanan selama empat tahun lagi.
Bisa dibilang ini adalah pemilu paling kritis di Brasil sejak akhir kediktatoran militer pada tahun 1985. Dimana da Silva dari Partai Buruh kiri memiliki 48,26% suara dari 99,29% dari total suara yang berpartisipasi.
Bolsonaro berada di urutan kedua, dengan dukungan 43,34%.
Berbicara setelah putaran pertama pemilihan, da Silva menyebut putaran kedua mendatang sebagai "waktu tambahan" dalam pertandingan sepak bola.
"Saya ingin memenangkan setiap pemilu di putaran pertama. Tapi itu tidak selalu mungkin," katanya.
Bolsonaro mengatakan kepada wartawan di ibu kota Brasilia bahwa dia memahami ada "keinginan untuk perubahan" di antara penduduk, tetapi "perubahan tertentu bisa menjadi lebih buruk".
Jajak pendapat terbaru telah menyebut da Silva memimpin dengan survei pada Sabtu kemarin.
"Terlalu dini untuk melangkah terlalu dalam, tetapi pemilihan ini menunjukkan kemenangan Bolsonaro pada 2018 bukanlah sebuah hambatan," ujar Carlos Melo, seorang profesor ilmu politik di Universitas Insper di Sao Paulo.
Jair Bolsonaro Resmi Mencalonkan Diri Jadi Presiden Brasil Periode Kedua
Petahana Presiden Brasil Jair Bolsonaro resmi mencalonkan diri dalam pemilihan presiden negara tersebut pada Juli lalu. Dengan demikian, ia punya waktu tiga bulan untuk mengejar ketertinggalannya untuk memenangkan pertarungan sebagai presiden Brasil.
Mengutip VOA Indonesia, Senin (25/7/2022), persetujuan resmi Partai Liberal atas pencalonan Bolsonaro diputuskan dalam konvensi pada Minggu 24 Juli di stadion Rio de Janeiro.
Dukungan dari partai itu bersifat simbolik, mengingat presiden berhaluan ekstrem kanan itu sebenarnya sudah berkampanye selama beberapa bulan, mengunjungi sejumlah wilayah di Brasil untuk menggalang dukungan dan mengingatkan para pemilih untuk mendukungnya dan bukan mantan Presiden Luiz InĂ¡cio Lula da Silva yang berhaluan kiri.
"Kita tidak perlu ideologi lain yang tidak berhasil di mana pun di dunia. Kita harus memperbaiki apa yang kita punya," kata Bolsonaro di panggung.
Jair Bolsonaro dikelilingi sejumlah menteri, mantan menteri, keluarga dan sekutu-sekutunya. "Hidup kita tidak mudah, tapi satu hal yang tidak saya inginkan adalah melihat seorang komunis duduk di kursi saya."
Beberapa pendukung presiden Brasil saat ini itu mengatakan kepada The Associated Press bahwa jika Bolsonaro tidak memenangkan masa jabatan kedua, Brasil akan mengikuti jejak Venezuela. Dan banyak yang berbicara tentang bagaimana mereka tidak mempercayai jajak pendapat yang menunjukkan Bolsonaro tertinggal, dan sepenuhnya berharap dia menang.
Advertisement
Tantangan Bolsonaro
Kendati demikian Bolsonaro menghadapi tantangan berat. Tingkat popularitasnya hanya naik sedikit sejak merosot tajam selama pandemi COVID-19 melanda.
Sebuah penyelidikan kongres tahun lalu merekomendasikan agar ia dan para pejabat pemerintahannya dikenai dakwaan kriminal, karena sikap mereka dalam menangani pandemi COVID-19 yang menyebabkan Brasil mengalami tingkat kematian tertinggi kedua di dunia terkait COVID.
Jajak pendapat terbaru oleh Datafolha yang dirilis pada Juni, mendapati lebih dari separuh responden mengatakan mereka tidak akan memilih Bolsonaro dalam keadaan apa pun. Dan 47 persen responden mengatakan berencana memilih da Silva, dibanding 28 persen responden yang menyatakan dukungan untuk Bolsonaro, menurut poling itu.
Para pengamat politik memperkirakan kontes itu akan berjalan semakin ketat dalam beberapa bulan mendatang.
Janji Kampanye Presiden
Mengutip VOA News, Pemerintahan Bolsonaro baru-baru ini membatasi pajak antarnegara bagian untuk mengurangi harga bensin bagi konsumen — upaya yang dibantu oleh penurunan harga minyak global — dan menyetujui peningkatan program kesejahteraan sosial yang akan dimulai bulan depan dan berlangsung hingga akhir tahun.
Bolsonaro mengumumkan pada hari Minggu bahwa jika terpilih, program tersebut akan diperpanjang hingga 2023.
Tingkat pengangguran juga turun di bawah dua digit untuk pertama kalinya sejak 2016, dan prospek ekonomi untuk tahun ini terus meningkat. Analis yang disurvei oleh bank sentral memperkirakan pertumbuhan 1,75%, lebih dari tiga kali lipat tingkat yang mereka perkirakan pada bulan April.
Program kesejahteraan akan memberikan dorongan terbatas bagi Bolsonaro karena manfaat kelas sosial lebih menguntungkan da Silva, menurut Esther Solano, sosiolog di Universitas Federal Sao Paulo yang telah melakukan jajak pendapat yang ditargetkan terhadap pemilih potensial Bolsonaro.
"Ada keterikatan yang sangat kuat dari basis populer ini dengan Lula. Dia diakui sebagai pemimpin politik yang benar-benar peduli dengan basis itu," kata Solano.
Advertisement