Liputan6.com, Jakarta Sejumlah sumber lokal menyebut sebuah kelompok teroris yang kuat telah mengambil alih kota strategis di wilayah barat laut Suriah, setelah terlibat bentrokan selama beberapa hari dengan milisi yang menguasai wilayah tersebut.
Mengutip VOA Indonesia, Jumat (14/10/2022), Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang sebelumnya dikenal sebagai Front al-Nusra, memasuki Kota Afrin pada Kamis 13 Oktober 2022 setelah mantan penguasa kota tersebut menarik pasukan mereka, menurut warga setempat dan kelompok pemantau.
Baca Juga
Afrin, sebuah kota dengan mayoritas penduduk Kurdi, telah berada di bawah kendali kelompok bersenjata yang didukung Turki sejak 2018 setelah serangan militer Turki yang menggulingkan pasukan Kurdi Suriah yang oleh Ankara dianggap sebagai teroris.
Advertisement
Seorang warga di kota itu mengatakan kepada VOA bahwa dia menyaksikan “tank dan kendaraan militer milik (HTS) meluncur ke Afrin, setelah milisi lain yang sebelumnya berada di kota kami meninggalkan posisi mereka dan pergi dengan kendaraan dan peralatan mereka.”
Warga tersebut, yang menolak untuk mengungkapkan identitasnya karena alasan keamanan, menambahkan bahwa "dia mendengar pertempuran kecil antara kedua pihak di beberapa bagian kota, tetapi anggota milisi tidak benar-benar melawan militan yang datang."
HTS adalah kelompok Islamis yang telah menguasai sebagian besar Provinsi Idlib di barat laut Suriah, salah satu dari sedikit daerah yang berada di luar kendali pasukan pemerintah Suriah.
Dilabeli sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, kelompok tersebut merupakan afiliasi utama Al Qaeda di Suriah hingga 2018, ketika pihaknya secara resmi memutuskan hubungan dengan kelompok teror global tersebut. Namun, para ahli mengatakan kelompok militan itu telah mempertahankan ideologi yang diilhami oleh Al Qaeda.
ISIS Lakukan Pemerasan untuk Menggalang Dana di Suriah Timur
Bicara soal Suriah, sebelumnya sejumlah militan yang berafiliasi dengan kelompok teroris Negara Islam (ISIS) semakin mengandalkan uang yang dikumpulkan dari hasil pemerasan terhadap masyarakat lokal di Suriah timur untuk mendanai kegiatan teror mereka, kata pejabat setempat.
Praktik tersebut sebagian besar terjadi di provinsi Deir el-Zour, Suriah timur, menurut pejabat militer Pasukan Demokratik Suriah (SDF), aliansi militer yang telah menjadi mitra utama AS dalam perang melawan ISIS.
Sebagian besar Deir el-Zour telah berada di bawah kendali SDF sejak 2019 menyusul kampanye militer besar-besaran yang didukung AS yang menandai kekalahan teritorial ISIS, yang juga dikenal sebagai Daesh.
Kelompok teror itu telah mempertahankan jaringan sel-sel tidur, dan sesekali mereka telah melakukan serangan terhadap warga sipil dan pejuang SDF di seluruh wilayah itu.
“Daesh menggunakan beberapa cara untuk meminta uang dari pemilik toko,” kata Turki al-Dhari, seorang pejabat di Dewan Militer Deir el-Zour, sebuah kelompok yang berafiliasi dengan SDF. “Cara-cara tersebut termasuk dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap warga sipil untuk memeras uang.”
Pejabat militer itu mengatakan militan ISIS juga telah menggunakan metode ini untuk mengumpulkan uang dari orang-orang yang bekerja atau bekerja sama dengan SDF dan lembaga-lembaga sipilnya.
“Kami telah melihat Daesh melakukan aktivitas ini semakin banyak di pedesaan timur Deir el-Zour,” kata al-Dhari kepada VOA Indonesia, Kamis (12/10/2022).
“Mereka yang menolak membayar akan menghadapi hukuman – seringkali dengan mengebom toko, rumah, atau mobil mereka.”
Advertisement
Serangan Drone AS di Suriah Timur Laut Tewaskan Anggota ISIS
Sementara itu, belum lama ini ada serangan pesawat tak berawak yang diluncurkan oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat di wilayah timur laut Suriah pada Senin (10/10) menewaskan seorang militan kelompok Negara Islam (ISIS), kata seorang pejabat keamanan Kurdi-Suriah.
Berbicara dengan syarat anonim sesuai dengan peraturan yang berlaku, pejabat tersebut mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa serangan itu menarget anggota ISIS yang mengendarai sepeda motor di desa Hamam al-Turkman.
Desa itu dikendalikan oleh pasukan oposisi Suriah yang didukung Turki di dekat Tel Abyad. Tidak ada korban lain yang dilaporkan dalam serangan tersebut, dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (12/10/2022).
Foto-foto dari media lokal muncul di media sosial yang menunjukkan apa yang dilaporkan sebagai sisa-sisa tubuh militan di sebelah sebuah sepeda motor yang hancur.
Komando Pusat AS tidak segera mengeluarkan pernyataan tentang serangan pesawat tak berawak itu dan tidak segera menanggapi penyelidikan oleh Associated Press tentang masalah tersebut.
AS pekan lalu mengumumkan telah menewaskan tiga pemimpin ISIS dalam dua operasi terpisah, termasuk serangan darat yang jarang terjadi di bagian timur laut Suriah yang berada di bawah kendali pemerintah.
Terdapat sekitar 900 pasukan AS di Suriah yang mendukung Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi dalam perang melawan kelompok ISIS. Mereka sering menarget militan ISIS sebagian besar di bagian timur laut Suriah di bawah kendali Kurdi.
Terlepas dari kekalahan mereka di Suriah pada 2019, ketika ISIS kehilangan bagian terakhir tanah yang pernah dikuasainya, sel-sel tidur dari kelompok ekstremis tersebut terus melakukan serangan mematikan di Suriah dan Irak. ISIS pernah menguasai sebagian besar wilayah kedua negara itu.
Serangan Udara AS di Suriah Bunuh 2 Pemimpin Top ISIS
Pasukan AS dilaporkan membunuh dua pemimpin top ISIS dalam serangan udara di Suriah utara pada Kamis 6 Oktober 2022. Demikian menurut dua pejabat pertahanan AS, satu hari setelah serangan AS menewaskan seorang penyelundup ISIS.
"Serangan itu menewaskan Abu 'Ala, salah satu dari lima pemimpin ISIS teratas dan wakil pemimpin ISIS di Suriah, serta Abu Mu'Ad al-Qahtani, seorang pejabat ISIS yang bertanggung jawab atas urusan tahanan, kata para pejabat seperti dikutip dari CNN, Jumat (7/10/2022).
Serangan itu dilakukan pada pukul 18.23 waktu setempat di Suriah.
Tidak ada pasukan AS yang terluka atau tewas selama operasi tersebut, dan tidak ada kerusakan atau kehilangan peralatan AS karena serangan tersebut.
"Pasukan Komando Pusat AS (US Central Command/CENTCOM) di wilayah tersebut menghabiskan lebih dari 1.000 jam mengumpulkan informasi intelijen mengenai target untuk membatasi risiko kerusakan tambahan," kata para pejabat.
"dan menurut penilaian awal, tidak ada warga sipil yang tewas atau terluka."
Serangan udara itu terjadi setelah militer AS melakukan serangan terpisah di timur laut Suriah yang menewaskan seorang penyelundup senjata ISIS pada Rabu malam waktu setempat, Pentagon mengumumkan dalam sebuah pernyataan Kamis.
AS terus mengejar kepemimpinan ISIS di Suriah, bahkan ketika kelompok teror itu telah direduksi menjadi sebagian kecil dari dirinya yang dulu. Serangan back-to-back dan serangan udara dalam waktu yang singkat menunjukkan peningkatan intensitas operasi terhadap kelompok teror itu, dan menggarisbawahi fokus AS untuk memastikan kekuatan ISIS tidak meningkat.
“Tadi malam, pasukan Komando Pusat AS melakukan serangan helikopter di timur laut Suriah, dekat Desa Qamishli, menargetkan Rakkan Wahid al-Shammri, seorang pejabat ISIS yang dikenal memfasilitasi penyelundupan senjata dan pejuang untuk mendukung operasi ISIS."
"Selama operasi, orang yang menjadi sasaran terbunuh dan salah satu rekannya terluka," kata pernyataan tentang serangan dari CENTCOM AS.
CENTCOM menambahkan bahwa tidak ada pasukan AS atau warga sipil yang tewas atau terluka dalam operasi itu.
Advertisement