Jajak Pendapat: Penduduk Afrika Memandang China Sebagai Kekuatan Positif

Sebuah jajak pendapat global baru yang melakukan survei orang-orang di 25 negara menunjukkan penurunan yang tajam atas dukungan terhadap China.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Nov 2022, 07:03 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2022, 07:03 WIB
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Liputan6.com, Beijing - Sebuah jajak pendapat global baru yang melakukan survei orang-orang di 25 negara menunjukkan penurunan yang tajam atas dukungan terhadap China, meskipun Beijing masih dipandang positif oleh banyak orang di Afrika, di mana negeri tirai bambu memang bersaing dengan Washington untuk menanamkan pengaruhnya di sana.

Survei yang dilakukan oleh YouGov-Cambridge Globalism Project yang bermarkas di Inggris itu dilakukan pada Agustus dan September 2022, dengan mensurvei sekitar 1.000 orang di masing-masing negara, termasuk tiga negara Afrika: Nigeria, Kenya dan Afrika Selatan. Survei itu menanyakan pendapat mereka tentang China, Amerika Serikat dan Taiwan.

Data menunjukkan, di negara-negara Barat dukungan bagi China anjlok selama empat tahun terakhir. Salah satu alasannya bisa jadi karena pandemi. Ketika responden ditanya tentang asal-muasal COVID-19, kebanyakan dari mereka menyalahkan perebakan penyakit itu kepada China, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (2/11/2022).

Saat ditanya apakah China memiliki “dampak positif atau negatif terhadap isu-isu internasional,” hanya 17% responden di Prancis yang menjawab positif, turun dari 36% pada survei pertama tahun 2019. Di Jerman, angkanya bahkan lebih rendah, yaitu 13% - turun dari 30% empat tahun lalu.

Banyak negara Barat lainnya mencerminkan hasil serupa. Akan tetapi, ceritanya agak berbeda di Afrika, di mana China menjadi mitra dagang terbesar benua itu. Meskipun peringkatnya sedikit turun dalam empat tahun terakhir di Nigeria dan Afrika Selatan, rata-rata benua itu masih memandang China sebagai kekuatan positif.

Di Afrika Selatan, 61% responden memandang pengaruh China di dunia bersifat positif, sementara di Kenya dukungan bagi China bahkan lebih tinggi, mencapai 82%. Nigeria mencatatkan dukungan terbesar bagi China, yaitu 83%.

Meski demikian, terlepas dari pinjaman tanpa syarat dan proyek-proyek infrastruktur besar China, yang merupakan bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative) Presiden Xi Jinping, dukungan Afrika bagi AS tetap sedikit lebih tinggi.

Di Afrika Selatan, 69% orang yang disurvei memandang AS sebagai kekuatan yang umumnya positif. Di Kenya dan Nigeria, angkanya lebih tinggi lagi, yaitu 88%.

 

Negara Adidaya yang Lebih Disukai

Bendera China
Ilustrasi (iStock)

Pada pernyataan terpisah mengenai negara mana, China atau AS, yang lebih disukai responden sebagai negara adidaya dunia, 20 dari 25 negara yang terlibat dalam jajak pendapat memilih AS, termasuk ketiga negara Afrika, dengan selisih yang besar.

Tujuh puluh tujuh persen responden Nigeria memilih AS sebagai negara adidaya yang lebih disukai, demikian juga 80% responden Kenya, dan – pada tingkat yang lebih rendah – 59% responden Afrika Selatan.

“Hasil dari negara-negara Afrika dalam penelitian ini menonjol karena mencerminkan pandangan positif terhadap Amerika maupun China sebagai aktor di panggung dunia,” kata Joel Rogers de Waal, direktur akademik di YouGov, kepada VOA.

“Meski demikian, pada saat yang sama, mereka juga menunjukkan keberpihakan terhadap Amerika, ketimbang China, sebagai negara adidaya yang berkuasa, yang mungkin menimbulkan beberapa pertanyaan menarik tentang kemajuan kekuatan diplomasi China di negara-negara Afrika ini.”

 

Lebih Menyalahkan AS

Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)

Pada pertanyaan lainnya yang lebih spesifik, AS tidak terlalu disukai. Misalnya, saat ditanya negara mana yang terlibat dalam perilaku “intimidasi” secara global, Washington mengalahkan Beijing di ketiga negara Afrika itu.

Demikian juga pada pertanyaan negara mana yang “memberikan dukungan militer ke salah satu pihak dalam perang saudara di negara asing, yang justru menimbulkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan bagi rakyat negara tersebut.”

Responden Afrika lebih menyalahkan AS ketimbang China. Dan dalam hal dicurigai ikut campur dalam pemilu nasional negara lain, AS kembali bernasib lebih buruk ketimbang China.

Dan meskipun Washington semakin memperingatkan Afrika dan dunia tentang ancaman mata-mata dan pengawasan China, responden di Afrika Selatan dan Nigeria justru menyalahkan AS atas serangan siber internasional.

Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya