Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri RI merespons kabar perihal rencana kedatangan Utusan Khusus AS untuk Hak LGBT yang menuai polemik dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kendati demikian sejauh ini pihak AS belum memberikan rincian soal agenda kedatangan.
Utusan AS itu yang menjabat di pemerintahan Joe Biden itu adalah Jessica Stern. Ia merupakan aktivis HAM yang punya pengalaman di Human Rights Watch (HRW), Amnesty International, dan OutRight Action International.
Advertisement
Baca Juga
Jessica Stern berfokus kepada represi, diskriminasi, dan kekerasan yang menimpa kelompok LGBTQI+.
Juru bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah mengaku pihaknya masih mengikuti perkembangan ini lewat media. AS belum memberikan konfirmasi kedatangan, maupun siapa saja yang akan ditemui oleh utusan tersebut.
"Konfirmasi kedatangannya kita belum bisa pastikan. Jadi pertama-tama tolong dicek dengan pihak Kedubes AS sendiri apakah sudah confirm atau tidak," ujar Teuku Faizasyah di Jakarta pada Jumat (12/2/2022).
Liputan6.com sudah meminta konfirmasi kepada jubir Kedubes AS Michael Quinlan, namun belum mendapat balasan.
Ketika ditanya apakah ada kemungkinan Jessica Stern akan ditolak, Faiza berkata itu urusan imigrasi.
"Saya enggak tahu," ujar Faiza, "Saya enggak bisa berbicara atas nama Imigrasi."
Faiza tidak secara eksplisit membahas isu LGBT, namun ia memberikan analogi bahwa sebagai sahabat harusnya menanyakan dulu jadwal yang tepat, serta akan bertemu siapa, dan membawa sesuatu yang berkenan.
"Sebagai teman yang baik tentunya kita tak membawa suatu yang tidak berkenan," ucapnya.
Berdasarkan rilis situs State Department AS, Jessica Stern akan berkunjung ke Filipina, Vietnam, dan Indonesia. Jadwalnya ke Indonesia adalah 7-9 September 2022. Rencananya, ia akan bertemu dengan perwakilan pemerintah dan aktivis HAM.
Penolakan MUI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan menolak kedatangan utusan khusus Amerika Serikat Jessica Stern ke Indonesia pada 7 hingga 9 Desember 2022 mendatang. Apalagi, kedatangan Jessica dalam rangka memajukan hak asasi manusia (HAM) Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Questioning, and Intersex LGBTQI+.
"Sehubungan dengan akan datangnya Jessica Stern utusan khusus Amerika Serikat untuk memajukan hak asasi manusia (HAM) LGBTQI+ tanggal 7-9 Desember ke Indonesia, maka MUI menyatakan menolak dengan tegas kehadiran dari utusan khusus tersebut," ujar Sekjen MUI Anwar Abbas dalam keterangannya, Kamis (1/12/2022).
Anwar Abbas memahami terkait istilah tamu adalah raja. Namun menurut dia, kedatangan Jessica hanya akan merusak agama dan budaya yang dianut bangsa Indonesia. Maka menurut dia menolak tamu lebih baik daripada menerima.
"Sebagai bangsa yang beragama dan beradab kita disuruh untuk menghormati tamu. Tapi kita juga tidak bisa menerima tamu yang tujuannya datang ke sini adalah untuk merusak dan mengacak-acak nilai-nilai luhur dari agama dan budaya bangsa kita," kata dia.
Advertisement
Tak Mentolerir Praktik LGBTQI+
Menurut Anwar, dari enam agama yang diakui oleh Negara Indonesia, tak ada satu pun yang mentolerir praktek LGBTQI+ tersebut. Lagipula, menurut Anwar, perilaku LGBTQI+ sangat berbahaya dan akan membuat umat manusia punah.
"Jika perilaku tersebut dibiarkan, maka dia bisa membuat umat manusia punah di muka bumi ini karena sudah merupakan fithrah laki-laki kalau kawin dengan laki-laki dan atau perempuan kawin dengan perempuan maka dia sudah pasti tidak akan bisa melahirkan keturunan," kata dia.
"Sehingga kalau praktek tersebut dibiarkan berkembang, maka dia akan bisa membuat manusia punah di atas bumi ini dan kita tentu saja tidak mau hal demikian terjadi," pungkas Anwar Abbas.
Kepala Komite Piala Dunia 2022 Pastikan Qatar Aman Bagi Kaum LGBT
Sementara itu, Piala Dunia Qatar 2022 telah diselimuti kontroversi sejak FIFA menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 pada 2010.
Namun, salah satu kontroversi terbesar yang paling bergema akhir-akhir ini mengenai perlakuan Qatar terhadap orang-orang dari komunitas LGBT. Hal ini telah menjadi topik hangat selama turnamen Piala Dunia 2022.
Terlebih saat Inggris dan tujuh negara Eropa lainnya diberitahu untuk tidak mengenakan ban lengan 'OneLove' selama pertandingan, beberapa hari sebelum Piala Dunia 2022 dimulai.
Penyerang andalan sekaligus kapten Inggris, Harry Kane akhirnya memilih untuk tidak mengenakan ban lengan tersebut. Apabila masih kekeuh mengenakannya, akan diberi sanksi dengan kartu kuning dan kemungkinan hukuman lainnya.
Kepala Komite Piala Dunia Qatar 2022, Hassan Al-Thawadi, telah berbicara mengenai masalah ban 'OneLove'.
"Jika itu dilakukan secara khusus untuk Qatar, saya punya masalah dengan itu. Jika itu adalah sesuatu yang akan dilakukan dan negara-negara Eropa akan memakainya terus-menerus maka itu terserah mereka," kata Al-Thawadi dalam wawancaranya bersama Piers Morgan untuk Talk TV dikutip dari Talk Sport pada Rabu, 30 November 2022.
Mengenai kartu kuning bagi mereka yang mengenakan ban lengan 'OneLove', Al-Thawadi, mengatakan,"Ini adalah keputusan yang dibuat FIFA antara mereka dan negara-negara Eropa dan itu menjadi pertentangan. Itu adalah diskusi di antara mereka.".
Advertisement