Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memegang keketuaan ASEAN pada tahun 2023, dengan berbagai tantangan dan isu global yang harus ditangani.
Menlu Retno Marsudi sendiri memaparkan sejumlah tantangan dunia di tahun 2023.
Baca Juga
"Ketidakpastian global dan situasi geopolitik yang sangat dinamis masih akan menjadi karakteristik dunia," ujar Menlu Retno dalam pidatonya di PPTM 2023, Rabu (11/1/2023).
Advertisement
Ia juga mengatakan bahwa rivalitas antar-kekuatan besar terus menajam.
Sebagai gambaran, IMF memprediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi 3,2% pada 2022 dan 2,7% pada 2023. Bahkan, Managing Director IMF menyampaikan pandangan bahwa sepertiga ekonomi dunia diprediksi akan mengalami resesi tahun ini, bahkan di negara yang tidak mengalami resesi, ratusan juta penduduknya akan merasa berada dalam resesi.
Selain itu, masalah krisis pangan juga menjadi salah satu masalah utama di tahun 2023. Ditambah lagi, isu perubahan iklim tetap menjadi fokus dunia.
"Di tengah tantangan dunia yang semakin sulit ini, cara pandang positif, kerja sama, dan optimisme justru semakin diperlukan," ujarnya.
Ia pun mengatakan bahwa cara pandang tersebut digunakan Indonesia dalam menjalankan keketuaan di ASEAN.
Menlu Retno menyatakan Indonesia ingin ASEAN resilient dan menjadi barometer kerja sama yang dapat berkontribusi bagi perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan kawasan dan dunia.
ASEAN Matters
Tema keketuaan ASEAN 2023 tahun ini mengambil tema "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth."
"Dengan ASEAN Matters, Indonesia bertekad menjadikan ASEAN tetap penting dan relevan bagi rakyat ASEAN and beyond," tambah Menlu Retno.
Terkait hal ini, masa depan ASEAN mulai harus disiapkan untuk menyongsong ASEAN 2045.
Maka dari itu, sentralitas ASEAN harus diperkuat agar mampu menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Asia Tenggara dan Indo Pasifik.
Advertisement
Jadikan Asia Tenggara sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi
Menlu Retno juga menambahkan bahwa lewat sub tema Epicentrum of Growth, Indonesia bertekad untuk menjadikan Asia Tenggara sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
"The history and story of ASEAN is always related to economy," tambah Menlu Retno.
Lantaran, di tengah ancaman resesi, ekonomi Asia Tenggara diperkirakan masih lebih baik dari rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia.
Epicentrum of Growth
Dalam hal ini, di bawah sub tema Epicentrum of Growth, beberapa kerja sama yang akan diperkuat antara lain ketahanan pangan, ketahanan energi, kesehatan dan kerja sama keuangan.
"Kawasan Indo-Pasifik yang damai, stabil menghormati hukum internasional dan mengedepankan kerja sama yang inklusif merupakan kunci bagi ASEAN untuk menjadi Epicentrum of Growth kawasan dan dunia," tambah Menlu lagi.
Advertisement