Liputan6.com, Wellington - Chris Hipkins (44), yang saat ini menjabat sebagai menteri kepolisian, pendidikan, dan layanan publik akan menggantikan Jacinda Ardern sebagai perdana menteri Selandia Baru. Hal ini disimpulkan setelah ia menjadi satu-satunya calon dalam kontes kepemimpinan Partai Buruh.
Dilansir BBC, Sabtu (21/1/2023), meski menjadi satu-satunya calon, Hipkins masih perlu mendapat dukungan resmi dari Partai Buruh di kongres. Jika Hipkins menerima dukungan itu, Jacinda Ardern akan secara formal mengajukan pengunduran dirinya ke Gubernur Jenderal Selandia Baru pada 7 Februari, yang kemudian atas nama Raja Charles III menunjuk Hipkins sebagai perdana menteri.
Baca Juga
Belum dapat diprediksi seberapa lama Hipkins, yang juga mantan menteri kesehatan, mampu menduduki kursi perdana menteri mengingat Selandia Baru akan menggelar pemilu pada Oktober 2023. Dan Partai Buruh menghadapi tantangan berat jika ingin tetap berkuasa.
Advertisement
Jika Partai Buruh kalah dalam pemilu, Hipkins hanya akan menghabiskan delapan bulan sebagai perdana menteri. Adapun masa jabatan terpendek perdana menteri Selandia Baru dipegang oleh Harry Atkinson pada tahun 1884, yang hanya berlangsung delapan hari.
Di lain sisi, penunjukan Hipkins menghilangkan kemungkinan Menteri Kehakiman Kiri Allan menjadi perdana menteri Maori pertama negara itu.
Popularitas Anjlok
Jajak pendapat mengungkapkan bahwa inflasi dan meningkatnya ketimpangan sosial telah membuat popularitas Jacinda Ardern merosot ke posisi terendahnya. Demikian pula dengan persetujuan publik terhadap Partai Buruh.
Reaksi publik terhadap pengunduran diri Jacinda Ardern pun beragam. Kritikus merayakannya, bahkan menuduhnya menggunakan lelah sebagai alasan untuk menyelamatkan reputasi politiknya. Ada pula yang mengatakan, "dia melarikan diri sebelum diusir".
Pemilik Shooters Saloon Bar & Hotel di Kingsland menuliskan di dinding gedungnya, "Ding dong the red witch bitch has gone."
Tulisan lainnya berbunyi, "Red witch leaving party."
Aktor top Selandia Baru Sam Neill mengklaim bahwa Jacinda Ardern mundur karena mendapat perlakuan memalukan dari para pegganggu dan misoginis.
Namun, langkah Jacinda Ardern mundur oleh sebagian kalangan dinilai sebagai keputusan cerdik untuk menyelamatkan partainya dan menghindari kekalahan yang memalukan secara pribadi dalam pemilu mendatang.
Advertisement