Jerman Diprediksi Akan Lolos dari Resesi Tahun 2023

Jerman diprediksi akan lolos dari resesi tahun ini, kata pemerintah pada Rabu (25/1). Setelah Berlin meluncurkan paket bantuan terbaru senilai 200 miliar euro, pelaku ekonomi melihat prospek yang lebih cerah.

diperbarui 10 Feb 2023, 19:55 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2023, 21:00 WIB
Beri Hormat ala Nazi, Turis Ini Ditangkap Saat Wisata di Jerman
Ilustrasi Bendera Jerman (pixabay.com)

Berlin - Jerman diprediksi akan lolos dari resesi tahun ini, kata pemerintah pada Rabu (25/1). Setelah Berlin meluncurkan paket bantuan terbaru senilai 200 miliar euro, pelaku ekonomi melihat prospek yang lebih cerah.

Perekonomian Jerman tahun 2023 akan lolos dari resesi dan tumbuh 0,2 persen pada 2023, kata kementerian ekonomi dalam proyeksi terbarunya. Padahal bulan Oktober lalu, pada puncak krisis energi karena perang di Ukraina, pemerintah di Berlin masih memprediksikan ekonomi akan melemah sampai 0,4 persen.

"Pemerintah telah berhasil menangkis krisis ekonomi," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz di hadapan anggota parlemen di Berlin. "Kami telah menunjukkan kemampuan kami," dikutip dari laman DW Indonesia, Sabtu (28/1/2023).

Intervensi besar-besaran dari pemerintah telah membantu menekan biaya energi untuk rumah tangga dan bisnis, setelah Rusia menghentikan pengiriman gas alam tahun lalu. Pemerintah Jerman meluncurkan paket dukungan krisis energi senilai 200 miliar euro bagi rumah tangga dan perusahaan untuk meredam krisis energi, termasuk membatasi kenaikan harga listrik dan gas. Selain itu, Jerman juga melakukan pembelian gas cair LNG secara besar-besaran dari Timur Tengah dan Afrika.

Krisis Belum Berakhir

Musim dingin yang relatif terlalu hangat juga menekan harga gas di pasaran, sehingga situasi tidak separah yang diperkirakan sebelumnya. Bahkan saat ini, ada kelebihan pasokan untuk gas di Jerman. "Krisis belum berakhir," Menteri Ekonomi Robert Habeck memperingatkan pada konferensi pers di Berlin hari Rabu.

"Tapi kami mampu menghindari skenario terburuk," katanya dan memuji "adaptasi ekstrem" yang dlakukan oleh banyak perusahaan Jerman untuk mengurangi konsumsi energi.

Robert Habeck mengatakan, Jerman dalam jangka pendek mungkin masih mengalami resesi secara teknis – yaitu kontraksi dua kuartal secara berturut-turut -- namun perekonomian akan meningkat seiring berjalannya tahun. Survei terbaru lembaga penelitian ekonomi Ifo menunjukkan peningkatan kepercayaan bisnis pada bulan Januari, peningkatan untuk bulan keempat secara berturut-turut sejak Oktober lalu.

Menurut data terakhir, perekonomian Jerman tahun 2022 secara keseluruhan menunjukkan pertumbuhan 1,9 persen, jauh lebih baik dari perkiraan para analis sebelumnya. Harga energi yang rendah juga telah membantu menurunkan inflasi, yang mencapai puncaknya Oktober lalu dengan kisaran 10,4 persen

 

Tantangan Besar: Kelangkaan Tenaga Kerja Terampil

Bendera Jerman (AFP PHOTO via capitalfm.co.ke)
Bendera Jerman (AFP PHOTO via capitalfm.co.ke)

Untuk tahun 2023, kenaikan harga konsumen diperkirakan mencapai enam persen, lebih sedikit daripada perkiraan sebelumnya.

"Ekonomi berorientasi ekspor Jerman juga kemungkinan akan mendapat manfaat dari pelonggaran pembatasan Covid di Cina. Sementara di dalam negeri belanja konsumen juga meningkat, kata ekonom bank ING", Carsten Brzeski.

"Tetapi produksi industri tetap masih berada di bawah tingkat pra-pandemi, dan ketidakpastian tentang ketahanan energi masih tetap ada selama musim dingin 2023-2024", ujar Carsten Brzeski lebih lanjut.

Di tahun-tahun mendatang, Jerman juga harus menemukan cara untuk mengatasi kelangkaan pekerja terampil. Saat ini, ada dua juta lowongan kerja yang tidak terisi, dan angka itu akan terus bertambah, kata Kamar Dagang dan Industri Jerman, DIHK.

Menteri ekonomi Robert Habeck mengakui hal itu dan mengatakan Jerman harus berbuat lebih banyak untuk menarik tenaga kerja terampil dari luar negeri.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Libas China hingga Jerman

Ilustrasi bendera Indonesia, Merah Putih.
Ilustrasi bendera Indonesia, Merah Putih. (Image by Mufid Majnun from Pixabay )

Laju pertumbuhan ekonomi nasional terus berlanjut dengan mendapatkan dukungan dari sejumlah sektor utama seperti kesehatan, telekomunikasi, perdagangan, pertanian, konstruksi, dan termasuk industri pengolahan.

Meski ikut terdampak pandemi Covid19, industri makanan dan minuman (mamin) mampu tumbuh 3,57 persen (yoy) dan mencatatkan diri sebagai subsektor dengan kontribusi terbesar terhadap PDB industri pengolahan non migas pada kuartal III tahun 2022, dengan sokongan sebesar 38,69 persen.  

“Indonesia memiliki landasan ekonomi yang kuat, dimana di kuartal ketiga kita tumbuh 5,72 persen. Dan ini lebih baik dari beberapa negara seperti Tiongkok, Singapura, Korsel, Jerman dan yang lain,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto secara virtual dalam kegiatan CEO Forum Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI), Kamis (1/12), seperti dikutip dari kanal Bisnis Liputan6.com.

Neraca perdagangan non migas juga mengalami surplus selama periode Januari hingga Oktober 2022. Surplus tersebut ditunjang dari nilai ekspor subsektor industri mamin, termasuk minyak sawit, yang bertumbuh sebesar 10,73 persen (yoy) atau senilai USD 37.6 miliar.

Hal tersebut merupakan indikator positif guna mempertahankan daya saing produk Indonesia di pasar global, ditengah kondisi ketidakpastian ekonomi dunia saat ini.

“Pertumbuhan industri makan dan minuman perlu terus dijaga, agar kita mampu tahan terhadap guncangan global, termasuk krisis pangan,” tegas Menko Airlangga.

Transformasi sistem pangan di masa post pandemic juga harus dilakukan agar dapat lebih inovatif dan mampu menjaga rantai pasok.

Seluruh stakeholder diharapkan dapat saling bekerja sama membangun ekosistem agar sistem ekonomi pangan bisa tahan terhadap guncangan maupun terhadap perubahan iklim.

Transformasi Sistem Pangan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto secara virtual dalam kegiatan CEO Forum Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI), Kamis (1/12). (Sumber: ekon.go.id)

Pemerintah juga terus melakukan berbagai upaya peningkatan koordinasi antara sektor pangan dan pertanian melalui sejumlah program untuk mencapai target pertumbuhan sektor pertanian.

Beberapa diantaranya yakni stabilisasi pasokan dan harga pangan, kemitraan berbasis closed loop hortikultura, serta pengembangan korporasi petani dan nelayan.

“Sinergi Pemerintah, dunia usaha, akademisi, serta seluruh komponen masyarakat merupakan persyaratan agar pemulihan sektor ekonomi dapat bersifat inklusif. Saya minta agar seluruh rantai pasok daripada industri pangan ini bisa dijaga dan balance antara supply dan demand terus terukur,” pungkas Menko Airlangga.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Menteri Perindustrian, Ketua Umum KADIN Indonesia, Ketua Umum GAPMMI, dan sejumlah CEO yang tergabung dalam GAPMMI.

Infografis Journal_ Kerugian Ekonomi Akibat Sampah Sisa Makanan Capai Rp 500 Triliun per tahun
Infografis Journal_ Kerugian Ekonomi Akibat Sampah Sisa Makanan Capai Rp 500 Triliun per tahun (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya