Liputan6.com, Monroe County - Seorang profesor Universitas Florida rela menghabiskan waktu 100 hari hidup di bawah air demi lakukan penelitiannya.
Profesor Universitas South Florida Joseph Dituri berencana melakukan eksperimen ilmiah untuk efek tekanan tinggi pada tubuh dan pikiran manusia.
Mengutip dari situs Oddity Central, Minggu (26/3/2023), dikatakan bahwa Profesor Dituri akan tinggal di suatu penginapan bawah air dengan kedalaman 30 kaki di bawah permukaan laut selama 100 hari.
Advertisement
Untuk saat ini, rekor dunia waktu terlama hidup di bawah air ditetapkan pada tahun 2014. Rekor tersebut milik dua ahli biologi Tennessee yang berhasil hidup terendam selama total 73 hari.
Namun, jika Dituri berhasil melakukan eksperimen ilmiahnya dan mencapai target yang ditetapkannya itu, ia akan mengalahkan rekor dunia tersebut dengan selisih 27 hari.
Di awal Maret ini, Dituri, yang juga akrab disapa Dr. Deepsea, memulai eksperimennya dengan pindah ke Key Largo, Monroe County, Florida, dan tinggal di Jules Undersea Lodge, sebuah hotel dengan kedalaman 30 kaki di bawah permukaan laut.
Advertisement
Baca Juga
Untuk memenuhi target 100 harinya, ia berencana untuk menetap di hotel tersebut hingga tanggal 9 Juni 2023.
Dalam menjalankan eksperimennya, Dituri tidak sendirian, ia akan dibantu oleh tim dokter dan ilmuwan yang nantinya akan melakukan serangkaian tes untuk melihat bagaimana hidup di bawah air dengan tekanan yang secara konstan meningkat dapat mempengaruhi tubuh dan pikiran manusia.
Perkiraan Efek Tekanan Tinggi pada Tubuh dan Pikiran Manusia
“Tubuh manusia belum pernah berada di bawah air selama itu, jadi saya akan diawasi secara ketat,” kata Prof Dituri dalam keterangannya.
“Hipotesis nol saya adalah bahwa akan ada peningkatan pada kesehatan pada tubuh saya karena tekanan yang meningkat.”
Dituri mendasarkan hipotesisnya pada temuan penelitian di mana sel-sel yang terpapar tekanan tinggi menjadi dua kali lipat lebih banyak dalam waktu lima hari.
Dia dan rekannya di University of South Florida saat ini mempercayai bahwa tekanan yang meningkat dapat memperpanjang umur dan mencegah penyakit yang terkait dengan penuaan.
Agar air tidak masuk ke ruangan hotelnya, udara harus terus-menerus dipompa ke dalamnya, hal tersebut akan menciptakan tekanan sekitar menjadi 1,6 kali lipat lebih tinggi dari tekanan di permukaan bumi.
Selama 100 hari, profesor universitas berusia 55 tahun itu akan rutin dikunjungi oleh tim medis yang akan menjalankan serangkaian tes untuk mengetahui perubahan pada tubuh dan pikirannya.
Rangkaian tes tersebut termasuk panel darah, ultrasound, dan elektrokardiogram. Selain itu, Dituri juga akan menjalani tes psikososial dan psikologis untuk memahami efek mental dari terjebak sendirian di bawah air untuk jangka waktu yang lama.
Advertisement
Mengejutkan, Ini Hasil Eksperimen Setelah Pakai Pengering Tangan di Toilet
Eksperimen unik lainnya adalah terkait penggunaan pengering tangan di toilet. Hasilnya mengejutkan! Simak penjelasan berikut ini.
Biasanya, orang akan mencuci tangan setelah keluar dari toilet. Hal ini karena toilet merupakan salah satu tempat yang paling banyak mengandung kuman, serta dapat menyebabkan penyakit. Ada banyak lokasi di dalam toilet yang menjadi tempat berkembang biaknya kuman.
Di antaranya, pelapis dudukan toilet, penarik pompa, kepala kran, gagang pintu, wastafel dan lain sebagainya. Setelah mencuci tangan, kebanyakan orang cenderung menggunakan pengering tangan. Namun, bagaimana status udara panas yang dikeluarkan oleh pengering? Apakah udaranya benar-benar bersih dan sehat?
Laman TikTok bernama Phone Soap mencoba melakukan eksperimen pada hand dryer. Pemilik akun itu memang kerap melakukan percobaan terhadap bakteri dan jamur yang terdapat pada peralatan sehari-hari yang sering digunakan.
"Anda tidak akan menggunakan pengering tangan setelah menonton ini," tulisnya pada keterangan unggahan.
Dalam percobaan ini, akun tersebut melakukan eksperimen terhadap dua jenis pengering tangan secara acak. Bagaimana hasilnya? Berikut ini Liputan6.com telah melansir dari Siakap Keli, eksperimen bakteri dan jamur usai pakai pengering tangan, Senin (5/12/2022).
Eksperimen Sains Gagal, 11 Siswa SD di Sydney Kena Luka Bakar
Tidak semua eksperimen berakhir mulus, seperti eksperimen yang dilakukan di Sydney ini.
Sedikitnya 11 siswa di sebuah sekolah dasar di Kota Sydney, Australia, terluka setelah percobaan sains di kelas gagal.
Laporan mengatakan setidaknya dua siswa dibawa melalui ambulans ke rumah sakit dengan luka bakar serius. Sembilan lainnya diyakini menderita luka bakar ringan.
Mengutip BBC News, Selasa (22/11/2022), eksperimen yang melibatkan natrium bikarbonat dan alkohol termetilasi dilaporkan dipengaruhi oleh hembusan angin.
Helikopter, paramedis, dan mobil pemadam kebakaran dikirim ke lokasi.
Insiden itu terjadi di Manly West Public School pada Senin 21 November 2022 sekitar pukul 13:00 (02:00 GMT).
Penjabat Inspektur Ambulans New South Wales Phil Templemen mengatakan angin bertiup di sekitar beberapa bahan kimia yang digunakan.
Anak-anak -- diyakini berusia antara 10 dan 11 tahun -- menderita luka bakar di tubuh mereka, termasuk di wajah, dada, perut bagian bawah, dan kaki, menurut Sydney Morning Herald (SMH).
Seorang guru juga dirawat karena luka ringan.
Advertisement