Kuda Bisik, Permainan Tradisional ala Anak-Anak Betawi Tempo Dulu

Sebelum berkembangnya teknologi seperti saat ini, permainan tradisional menjadi satu-satunya pilihan hiburan untuk anak-anak zaman dahulu. Tak heran, banyak permainan tradisional tempo dulu yang berkembang di setiap daerah di Indonesia.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 21 Mar 2025, 02:00 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2025, 02:00 WIB
Haji Entong Gendut, Pendekar Betawi dari Condet
Ilustrasi pendekar Betawi (Deisy Rika/Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Kuda bisik merupakan salah satu permainan tradisional yang berkembang di masyarakat Betawi. Permainan lawas ini banyak dimainkan oleh anak-anak zaman dahulu.

Sebelum berkembangnya teknologi seperti saat ini, permainan tradisional menjadi satu-satunya pilihan hiburan untuk anak-anak zaman dahulu. Tak heran, banyak permainan tradisional tempo dulu yang berkembang di setiap daerah di Indonesia.

Salah satu permainan tradisional tersebut adalah kuda bisik yang dimainkan dengan cara berbisik-bisik. Permainan ini cukup populer di zaman dahulu karena mudah dimainkan tanpa bantuan alat tertentu.

Mengutip dari senibudayabetawi.com, kuda bisik sejenis dengan permainan tradisional lain yang tak membutuhkan alat apapun, seperti galasin (gobak sodor), petak jongkok, petak umpet, dan nenek gerondong. Permainan ini kerap dimainkan oleh anak-anak sebaya yang sedang berkumpul, baik itu tetangga, teman, maupun saudara.

Permainan kuda bisik umumnya dimainkan saat momen santai, termasuk saat malam takbiran. Bukan hanya sebagai hiburan di waktu senggang, kuda bisik juga dapat menambah kekompakan dan meningkatkan keakraban.

Permainan yang membutuhkan banyak pemain ini harus dimainkan oleh sedikitnya tujuh orang. Jumlahnya pun harus ganjil karena satu orang akan bertindak sebagai wasit, sedangkan sisanya dibagi ke dalam dua kelompok. Wasit bertugas sebagai pemerima bisikan dari kedua kelompok.

Untuk memainkan kuda bisik, kedua kelompok berdiri saling berhadapan. Wasit yang berada di tengah disusul perwakilan kelompok akan melakukan suten (suit) untuk menentukan kelompok mana yang akan memulai terlebih dahulu.

Begitu permainan dimulai, satu anggota dari tim yang menang suten harus menghampiri wasit dan membisikkan nama salah satu anggota dari tim lawan mereka. Selanjutnya, giliran tim lawan yang menghampiri wasit dan membisikkan nama salah satu anggota dari tim lawan. Bisa dikatakan, setiap pemain berusaha menebak siapa pemain lawan yang akan membisikkan nama ke wasit selanjutnya.

Jika salah satu anggota yang menghampiri wasit adalah orang yang namanya dibisikkan ke telinga wasit oleh tim lawan, maka tim tersebut harus mendapat hukuman dengan menggendong lawannya.

Uniknya, cara menggendongnya adalah dengan gendong kuda. Namun, jika tak bisa gendong kuda, maka tim yang kalah harus dihukum dengan cara lain sesuai kesepakatan. Setelah hukuman selesai, permainan pun dilanjutkan dengan cara yang sama.

Nama kuda bisik merujuk pada cara memainkan permainan ini dan hukuman yang didapat oleh tim kalah. Meski eksistensinya tak sepopuler dulu, permainan yang mengandalkan kekompakan dan insting ini masih dimainkan hingga kini.

Penulis: Resla

Promosi 1

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya