Liputan6.com, Jakarta - Junta militer Myanmar dituding melakukan serangan udara yang awalnya menewaskan 53 orang di Kanbalu, wilayah Sagaing. Serangan terjadi pada 11 April 2023 dan menuai kecaman dari PBB hingga Amnesty.
Belakangan juru bicara junta militer Myanmar Mayjen Zaw Min Tun mengonfirmasi serangan udara di Desa Pazigyi, Kanbalu, wilayah Sagaing. Dia mengatakan, jatuhnya korban sipil dikarenakan mereka dipaksa untuk membantu teroris.
Baca Juga
Junta militer Myanmar telah menetapkan NUG dan kelompok PDF sebagai teroris.Â
Advertisement
"Pada pukul 08.00... NUG dan PDF melakukan upacara pembukaan kantor administrasi publik di Desa Pazigyi. Kami telah meluncurkan serangan terhadap mereka. Kami diberi tahu bahwa PDF terbunuh dalam serangan itu. Mereka menentang pemerintah kita," ujar Zaw Min Tun.
Serangan itu dikecam dunia internasional. Pelapor khusus PBB untuk Situasi HAM di Myanmar Tom Andrews mengatakan, ketidakpedulian global terhadap situasi di Myanmar berkontribusi terhadap serangan itu.
Berdasarkan pernyataan Amnesty International, Kamis (13/4/2023), serangan udara disebutkan terjadi di Desa Kanbalu, kawasan Sagaing. Serangan itu ditujukan ke kelompok oposisi rezim militer di Myanmar.
Media lokal bahkan menyebut korban tewas mencapai 100 orang, namun pihak Amnesty belum bisa memverifikasi angka tersebut.
Pihak Amnesty pun mengkritik ASEAN yang dinilai kurang efektif dalam menyetop kekerasan di Myanmar. Five-Point Consensus (5PC) yang menjadi andalan Indonesia dan ASEAN di isu Myanmar juga dianggap gagal.
"Sungguh ironis bahwa serangan udara ini dilakukan menjelang peringatan dua tahun dikeluarkannya lima poin konsensus ASEAN atas Myanmar, yang nyatanya gagal menghentikan kekejaman militer di sana," ujar Deputi Direktur Amnesty International Indonesia Wirya Adiwena.
Amnesty juga menyorot ucapan Menlu RI Retno Marsudi yang berkata misi perdamaian di Myanmar sudah on the track, tetapi korban jiwa terus berjatuhan.
"Pekan lalu Menteri Luar Negeri Indonesia mengatakan bahwa 'everything is on the right track so far'Â terkait upaya-upaya yang dilakukan Indonesia sebagai Ketua ASEAN tahun ini, termasuk dalam menangani isu Myanmar. Namun serangan udara yang dilakukan militer Myanmar beberapa hari kemudian seakan menunjukkan bahwa mereka tidak mengindahkan upaya yang sedang dilakukan ASEAN dan Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023," ujar Wirya.
Pihak Amnesty lantas meminta Indonesia sebagai ketua ASEAN 2023 untuk lebih tegas menghentikan aksi kekerasan di Myanmar.
ASEAN juga diminta mencari ide baru ketimbang 5PC yang diabaikan junta militer Myanmar.
"Lima poin konsensus yang telah didorong selama ini jelas tidak dihiraukan oleh junta Myanmar. ASEAN harus segara mendorong upaya baru yang lebih tegas demi menghentikan krisis hak asasi manusia di Myanmar," tegas Wirya.
Junta Myanmar Akui Lakukan Serangan Udara
Sebelumnya dilaporkan, juru bicara junta militer Myanmar Mayjen Zaw Min Tun mengonfirmasi serangan udara di Desa Pazigyi. Dia mengatakan, jatuhnya korban sipil dikarenakan mereka dipaksa untuk membantu teroris.
Junta militer Myanmar telah menetapkan NUG dan kelompok PDF sebagai teroris.
"Pada pukul 08.00... NUG dan PDF melakukan upacara pembukaan kantor administrasi publik di Desa Pazigyi. Kami telah meluncurkan serangan terhadap mereka. Kami diberi tahu bahwa PDF terbunuh dalam serangan itu. Mereka menentang pemerintah kita," ujar Zaw Min Tun.
Serangan itu dikecam dunia internasional. Pelapor khusus PBB untuk Situasi HAM di Myanmar Tom Andrews mengatakan, ketidakpedulian global terhadap situasi di Myanmar berkontribusi terhadap serangan itu.
"Serangan militer Myanmar terhadap orang-orang tidak berdosa, termasuk serangan udara hari ini di Sagaing, dimungkinkan oleh ketidakpedulian dunia dan mereka yang memasok senjata," tutur Andrews.
"Berapa banyak anak-anak Myanmar yang harus mati sebelum para pemimpin dunia mengambil tindakan yang kuat dan terkoordinasi untuk menghentikan pembantaian ini?"
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Amerika Serikat (AS) mengatakan sangat prihatin dengan serangan udara militer Myanmar dan meminta rezim junta militer untuk menghentikan kekerasan yang mengerikan.
"Serangan kekerasan ini semakin menggarisbawahi pengabaian rezim terhadap kehidupan manusia dan tanggung jawabnya atas krisis politik dan kemanusiaan yang mengerikan di Myanmar pasca kudeta Februari 2021," kata Kemlu AS.
Advertisement
Korban Diduga Tembus 100
Korban tewas akibat serangan udara militer Myanmar di Kanbalu, wilayah Sagaing, pada Selasa (11/4/2023) dilaporkan meningkat menjadi sedikitnya 133 orang. Hal tersebut berdasarkan data dari pihak Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) Aung Myo Min.
NUG sendiri merupakan pemerintah bayangan Myanmar sebagai bagian dari perlawanan terhadap junta militer.
Menurut laporan CNN pada Rabu (12/4), tim penyelamat belum dapat kembali ke lokasi serangan udara karena pesawat militer terus terbang, meski tidak ada serangan lebih lanjut.
Kelompok aktivis Kyunhla yang berada di lokasi kejadian serangan udara mengklaim bahwa sedikitnya 20 anak tewas dalam serangan tersebut, sementara korban luka mencapai 50 orang.
Terdapat sekitar 300 orang berkumpul di Desa Pa Zi Gyi pada Selasa pagi untuk merayakan peresmian kantor administrasi lokal di bawah NUG - sebelumnya disebutkan pembukaan kantor pasukan pertahanan rakyat (PDF). Orang-orang dari desa-desa terdekat menempuh perjalanan untuk menghadiri acara tersebut, di mana teh dan makanan disajikan dan bertepatan dengan dimulainya perayaan Tahun Baru Thingyan.
"Kami tidak mendapat peringatan apapun," ungkap seorang saksi mata seperti dilansir CNN, Kamis (13/4). "Sebagian besar penduduk desa larut dalam acara, jadi mereka tidak memerhatikan keberadaan pesawat."
Situasi Kacau Balau
Saksi mata menuturkan bahwa tepat sebelum pukul 08.00 waktu setempat, sebuah pesawat militer Myanmar mengebom lokasi acara. Kemudian helikopter Mi35 berputar dan menembaki desa.
"Ketika saya tiba di lokasi, kami mencoba mencari orang-orang selamat," kata dia. "Semuanya mengerikan. Orang-orang sekarat saat diangkut dengan sepeda motor. Anak-anak dan wanita. Beberapa kehilangan kepala... Saya melihat 'daging' di jalanan."
Lebih lanjut saksi mata mengungkapkan bahwa dia melihat puluhan mayat pasca serangan, termasuk anak-anak usia lima tahun. Saksi mata kehilangan empat anggota keluarganya dalam serangan biadab tersebut.
"Saya melihat banyak orang datang ke tempat kejadian untuk mencari anak-anak mereka, mereka menangis dan menjerit," sebut dia.
Pada hari yang sama, sekitar pukul 17.30, jet militer Myanmar kembali dan menembaki tempat lokasi yang sama.
Advertisement