Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pasangan lanjut usia (lansia) telah meninggal setelah makan ikan buntal beracun di Malaysia.
Hal itu mendorong permohonan dari putri mereka aturan kesadaran lebih tinggi guna mencegah orang lain mengalami nasib yang sama.
Baca Juga
Ng Chuan Sing bersama istrinya Lim Siew Guan, keduanya berusia awal 80-an, tanpa sadar membeli setidaknya dua ikan buntal dari penjual daring pada 25 Maret 2023, kata pihak berwenang di negara bagian selatan Johor.
Advertisement
Pada hari yang sama, Lim menggoreng ikan untuk makan siang dan mulai mengalami "kesulitan bernapas dan menggigil", kata pihak berwenang. Satu jam setelah makan, suaminya Ng juga mulai menunjukkan gejala yang sama.
Pasangan itu segera dilarikan ke rumah sakit dan dirawat di unit perawatan intensif, dan Lim dinyatakan meninggal pada pukul tujuh malam waktu setempat, dikutip dari CNN, Selasa (18/4/2023).
Sementara sang suami, Ng koma selama delapan hari, tetapi kondisinya memburuk dan ia meninggal pada Sabtu 8 April 2023, kata Ng Ai Lee, putri pasangan itu, yang memberikan konferensi pers di rumah pasangan itu pada Minggu 9 April sebelum pemakaman pasangan lansia tersebut.
Ai Lee menuntut pertanggungjawaban atas kematian orang tuanya dan hukum yang lebih kuat di Malaysia, di mana setidaknya 30 spesies ikan buntal umumnya ditemukan di perairan sekitarnya.
"Mereka yang bertanggung jawab atas kematian pasangan lansia itu harus dimintai pertanggungjawaban berdasarkan hukum dan saya berharap pihak berwenang akan mempercepat penyelidikan," katanya.
"Saya juga berharap pemerintah Malaysia akan meningkatkan penegakan hukum dan membantu meningkatkan kesadaran masyarakat, tentang keracunan ikan buntal untuk mencegah kejadian seperti itu terjadi lagi."
Undang-undang Malaysia melarang penjualan makanan beracun dan berbahaya seperti daging ikan buntal dan pelanggaran tersebut dapat dikenakan denda sebesar RM10.000 (sekitar Rp33 juta) atau hukuman penjara hingga dua tahun.
Meski berbahaya, ikan buntal beracun banyak dijual di pasar basah Malaysia, kata para ahli. "Ini dianggap eksotis dan cenderung menarik konsumen," kata Aileen Tan, seorang ahli biologi kelautan dan direktur di Pusat Studi Kelautan dan Pesisir Universiti Sains Malaysia.
"Setelah ikan buntal dibersihkan dan dijual dalam bentuk irisan, hampir tidak mungkin masyarakat mengetahui jenis ikan yang mereka beli," imbuhnya.
"Perlu lebih banyak kesadaran tentang risiko mengkonsumsi ikan buntal, mungkin pihak berwenang perlu melihat sertifikasi khusus untuk vendor dan pemasok."
Harganya Mahal Tetapi Rasanya Mematikan
Biasanya disebut sebagai fugu yakni istilah Jepang untuk ikan buntal, daging ikan buntal dinikmati sebagai makanan lezat dengan harga tinggi meskipun mengandung racun yang mematikan.
Organ ikan, serta kulit, darah, dan tulangnya mengandung racun mematikan dalam konsentrasi tinggi yang dikenal sebagai tetrodotoxin. Menelan itu, dapat dengan cepat menyebabkan kesemutan di sekitar mulut dan pusing, yang dapat diikuti dengan kejang, kelumpuhan pernafasan dan kematian, kata para ahli medis.
Ikan buntal paling sering disajikan di restoran Tokyo kelas atas sebagai bahan sashimi dan hot pot, tetapi juga menjadi populer di negara-negara seperti Korea Selatan dan Singapura, di mana restoran khusus fugu beroperasi.
Di bawah hukum Jepang, koki fugu harus menjalani magang ekstensif hingga tiga tahun sebelum mereka diberi lisensi dan diizinkan untuk menangani dan menyiapkan ikan jenis itu untuk dimakan. Fugu yang disiapkan dengan tidak benar telah ditemukan sebagai salah satu penyebab paling sering keracunan makanan di Jepang, menurut kementerian kesehatannya.
Hingga saat ini, belum ada penawar racun yang diketahui untuk mengatasi keracunan akibat ikan buntal.
Advertisement
Makan Ikan Buntal Berisiko Tetapi Populer
Terlepas dari bahaya dan risikonya, ikan buntal semakin populer terutama di kalangan pencinta kuliner dan pencari sensasi dan sekarang juga dimakan di negara-negara di luar Jepang.
Pada 2020, keracunan makanan menewaskan tiga orang di Filipina setelah mereka memakan ikan buntal dari kedai barbekyu setempat.
Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan 58 insiden keracunan yang melibatkan konsumsi ikan buntal, termasuk 18 kematian, dilaporkan di negara itu antara tahun 1985 dan 2023.
Foto-foto yang dibagikan oleh Ng di Facebook menunjukkan dua ikan buntal yang dimasak oleh pasangan tersebut, digoreng, tanpa kepala, dan disajikan di atas piring.
Kematian mereka memicu protes publik dan curahan simpati, pihak berwenang sedang menyelidiki siapa yang menjual ikan itu kepada mereka.
"Kantor kesehatan distrik negara bagian telah membuka penyelidikan berdasarkan Food Act 1983, dan melakukan penyelidikan di lapangan untuk mengidentifikasi pemasok, grosir dan penjual ikan buntal," kata Kepala Komite Kesehatan dan Persatuan Johor Ling Tian Soon dalam sebuah pernyataan.
Ia menambahkan bahwa departemen kesehatannya akan mengadakan diskusi dengan Otoritas Pengembangan Perikanan Malaysia, sebuah badan pemerintah yang mengawasi pasokan makanan laut di negara tersebut serta universitas lokal dengan keahlian perikanan.
"Informasi tentang ikan buntal juga telah diunggah di halaman Facebook Keamanan dan Kualitas Pangan Kementerian Kesehatan," katanya.
"Kami mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dalam memilih makanan, apalagi jika sudah diketahui risikonya."
Beberapa Makanan Ini Paling Mungkin Menyebabkan Keracunan Makanan
Makanan memang menyatukan banyak orang, baik itu pesta makan malam, makan biasa seadanya, atau barbekyu di halaman belakang. Ada sesuatu tentang berkumpul di sekitar jamuan makan yang terasa meriah dan menyenangkan.
Namun, yang tidak menyenangkan adalah terbangun di tengah malam dengan kram dan perut melilit karena Anda makan sesuatu yang tidak Anda sukai.
Kita mungkin pernah mengalaminya, tetapi jika kita berhati-hati, kita tidak perlu membiarkan hal itu terjadi lagi. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), ada tujuh makanan yang paling mungkin menyebabkan keracunan makanan. Mereka mengatakan itu menghadirkan risiko kesehatan yang paling dekat bagi mereka yang memakannya.
Salah satunya adalah telur. Telur bisa membahayakan kesehatan Anda jika tidak berhati-hati. Telur mungkin terkontaminasi Salmonella, yang dapat menyebabkan keracunan makanan dan dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius atau bahkan kematian, kata CDC.
Untuk melindungi diri Anda sendiri, direkomendasikan untuk menyimpan telur dalam lemari es, menggunakan telur yang dipasteurisasi dalam resep yang membutuhkan telur mentah atau dimasak ringan, memasak hidangan telur dengan suhu 70 derajat Celsius atau lebih tinggi, dan mendinginkan telur atau makanan apa pun yang mengandung telur dalam waktu dua jam setelah menyiapkannya.
CDC mencatat bahwa membeli telur yang dipasteurisasi secara eksklusif juga dapat membantu mengurangi risiko penyakit Anda.
Advertisement