Sah, Rusia Akan Simpan Senjata Nuklir Taktis di Belarus

Presiden Vladimir Putin mengumumkan rencana pengerahan senjata jarak pendek ke Belarus pada awal tahun ini.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 26 Mei 2023, 09:08 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2023, 09:07 WIB
Menhan Belarus Viktor Khrenin dan Menhan Rusia Sergei Shoigu di Minsk saat penandatanganan kesepakatan yang meresmikan pengerahan senjata nuklir taktis Rusia di Belarus, Kamis (25/5/2023). (Dok. Vadim Savitsky/Layanan Pers Kemenhan Rusia via AP)
Menteri Pertahanan Belarus Viktor Khrenin dan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu di Minsk saat penandatanganan kesepakatan yang meresmikan pengerahan senjata nuklir taktis Rusia di Belarus, Kamis (25/5/2023). (Dok. Vadim Savitsky/Layanan Pers Kemenhan Rusia via AP)

Liputan6.com, Minsk - Rusia dan Belarus pada Kamis (25/5/2023), menandatangani kesepakatan yang meresmikan pengerahan senjata nuklir taktis Rusia di wilayah sekutunya tersebut. Kontrol senjata sendiri tetap berada di Kremlin.

Presiden Vladimir Putin mengumumkan rencana pengerahan senjata jarak pendek ke Belarus pada awal tahun ini. Keputusannya tersebut dipandang sebagai peringatan bagi Barat yang terus meningkatkan dukungan militernya ke Ukraina.

Kapan senjata itu akan dikerahkan tidak diumumkan, namun Putin mengatakan bahwa pembangunan fasilitas penyimpanan di Belarus yang diperuntukkan bagi senjata tersebut akan selesai pada 1 Juli. Juga tidak jelas berapa banyak senjata nuklir Rusia yang akan ditempatkan di Belarus.

Pemerintah AS yakin Rusia memiliki sekitar 2.000 senjata nuklir taktis, yang meliputi bom yang dapat dibawa oleh pesawat terbang, hulu ledak rudal jarak pendek, dan peluru artileri.

Senjata nuklir taktis memiliki jangkauan yang relatif pendek dan kerusakan yang jauh lebih rendah dibanding hulu ledak nuklir yang dipasang pada rudal strategis jarak jauh yang mampu melenyapkan seluruh kota.

Penandatanganan kesepakatan terjadi saat Rusia bersiap menghadapi serangan balasan Ukraina. Baik pejabat Rusia maupun Belarus membingkai keputusan penempatan senjata nuklir taktis tersebut sebagai reaksi atas dorongan permusuhan oleh Barat.

"Penyebaran senjata nuklir nonstrategis merupakan respons efektif terhadap kebijakan agresif negara-negara yang tidak bersahabat dengan kami," kata Menteri Pertahanan (Menhan) Belarus Viktor Khrenin di Minsk dalam pertemuannya dengan Menhan Rusia Sergei Shoigu seperti dilansir AP, Jumat (26/5/2023).

Khrenin juga mengumumkan rencana untuk membangun potensi tempur kelompok regional pasukan Rusia dan Belarusia, termasuk transfer sistem rudal Iskander-M dan sistem rudal anti-pesawat S-400.

Menhan Shoigu menambahkan, "Dalam konteks eskalasi ancaman yang sangat tajam di perbatasan barat Rusia dan Belarus, sebuah keputusan dibuat untuk mengambil tindakan balasan di bidang militer-nuklir."

Putin berpendapat bahwa dengan mengerahkan senjata nuklir taktisnya di Belarus, Rusia mengikuti jejak Amerika Serikat (AS). Dia mencatat bahwa AS memiliki senjata nuklir yang berbasis di Belgia, Jerman, Italia, Belanda, dan Turki.

Berbicara di Moskow saat menghadiri pertemuan Dewan Ekonomi Tertinggi Eurasia bersama dengan Putin dan para pemimpin Armenia, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan, Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengatakan bahwa pergerakan senjata nuklir Rusia telah dimulai. Namun, tidak jelas apakah ada yang benar-benar telah tiba di negaranya.

Rusia dan Belarus memiliki perjanjian aliansi di mana Kremlin menyubsidi ekonomi Belarus, melalui pinjaman dan potongan harga minyak dan gas Rusia. Sementara itu, Rusia dapat menggunakan wilayah Belarus sebagai tempat persiapan untuk menyerang Ukraina dan mempertahankan kontingen pasukan dan senjata di sana.

Analis: Kesepakatan Rusia dan Belarus Rusak Mood Barat

Menhan Belarus Viktor Khrenin dan Menhan Rusia Sergei Shoigu di Minsk saat penandatanganan kesepakatan yang meresmikan pengerahan senjata nuklir taktis Rusia di Belarus, Kamis (25/5/2023). (Dok. Vadim Savitsky/Layanan Pers Kemenhan Rusia via AP)
Menhan Belarus Viktor Khrenin dan Menhan Rusia Sergei Shoigu di Minsk saat penandatanganan kesepakatan yang meresmikan pengerahan senjata nuklir taktis Rusia di Belarus, Kamis (25/5/2023). (Dok. Vadim Savitsky/Layanan Pers Kemenhan Rusia via AP)

Pemimpin oposisi Belarus yang diasingkan Sviatlana Tsikhanouskaya mengutuk langkah Rusia menempatkan senjata nuklirnya di negaranya.

"Kita harus melakukan segalanya untuk mencegah rencana Putin menyebarkan senjata nuklir di Belarus karena ini akan memastikan kendali Rusia atas Belarus pada tahun-tahun mendatang," kata Tsikhanouskaya kepada AP. "Ini akan semakin membahayakan keamanan Ukraina dan seluruh Eropa."

Analis militer independen Belarus Aliaksandr Alesin menjelaskan bahwa sekitar dua per tiga dari persenjataan rudal berujung nuklir jarak menengah Rusia disimpan di Belarus selama Perang Dingin. Dia menambahkan bahwa ada lusinan fasilitas penyimpanan era Uni Soviet yang masih dapat digunakan.

Senjata nuklir Uni Soviet yang ditempatkan di Belarus, Ukraina, dan Kazakhstan dipindahkan ke Rusia dalam kesepakatan yang ditengahi AS setelah pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991.

"Dokumen di Minsk tentang pengembalian senjata nuklir ditandatangani tepat pada saat Ukraina menyatakan serangan balasan dan negara-negara Barat menyerahkan senjata ke Kyiv," kata Alesin kepada AP.

"Balkon nuklir Belarus ini seharusnya merusak mood para politikus di Barat karena rudal nuklir mampu menjangkau Ukraina, seluruh Polandia, negara-negara Baltik, dan sebagian Jerman."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya