Liputan6.com, Pyongyang - Peluncuran satelit mata-mata pertama Korea Utara berakhir dengan kegagalan setelah proyektil itu jatuh ke laut. Hal tersebut dikabarkan media pemerintah Korea Utara, KCNA.
Meski demikian, rezim Kim Jong Un berjanji untuk melakukan peluncuran lain segera mungkin.
Baca Juga
"Roket peluncuran satelit Chollima-1 yang baru gagal karena ketidakstabilan pada mesin dan sistem bahan bakar," lapor KCNA seperti dilansir The Guardian, Rabu (31/5/2023), menambahkan bahwa para pejabat sedang bekerja untuk memverifikasi cacat yang menyebabkan kegagalan fungsi roket.
Advertisement
Itu adalah upaya peluncuran satelit keenam Korea Utara dan yang pertama sejak tahun 2016. Peluncuran itu seharusnya meluncurkan satelit mata-mata pertama Korea Utara ke orbit.
Peluncuran satelit tersebut awalnya memicu kebingungan di ibu kota Korea Selatan, setelah otoritas Kota Seoul mengeluarkan peringatan evakuasi akibat peluncuran rudal, yang belakangan diakui sebagai kesalahan.
Militer Korea Selatan mendeteksi peluncuran satelit pengintaian militer Korea Utara dari daerah Tongchang di Provinsi Pyongan Utara sekitar pukul 06.29 waktu setempat menuju ke arah selatan.
Kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan bahwa militer Korea Selatan tengah menganalisis apakah satelit itu pecah di udara atau jatuh setelah menghilang dari radar lebih awal.
Korea Utara mengonfirmasi rencananya untuk meluncurkan apa yang disebutnya satelit pengintaian militer nomor 1 sebelum 11 Juni. Pyongyang juga sudah memberi tahu Jepang tentang rencananya.
Satelit mata-mata baru, ujar Korea Utara, akan sangat diperlukan untuk melacak, memantau, hingga merespons secara real time tindakan militer berbahaya Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Mengkritik latihan militer gabungan AS-Korea Selatan, termasuk latihan tembak-menembak berskala besar yang sedang berlangsung, seorang pejabat tinggi militer Korea Utara seperti dilansir KCNA mengatakan bahwa Pyongyang merasa perlu memperluas sarana pengintaian dan informasi serta meningkatkan berbagai senjata pertahanan dan ofensif.
Melanggar Resolusi DK PBB
Jepang dan Korea Selatan mengkritik keras peluncuran satelit mata-mata Korea Utara. Mereka menegaskan tindakan itu melanggar sanksi PBB yang melarang Pyongyang melakukan uji coba menggunakan teknologi rudal balistik.
"Jika Korea Utara akhirnya melanjutkan peluncuran, mereka harus menanggung harga dan rasa sakit yang layak diterimanya," ungkap Kementerian Luar Negeri Korea Selatan.
Karena roket jarak jauh dan peluncur luar angkasa memiliki teknologi yang sama, para analis mengatakan mengembangkan kemampuan untuk menempatkan satelit di orbit akan memberi Pyongyang perlindungan untuk menguji rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dilarang.
Menyusul peluncuran satelit mata-mata Korea Utara, Jepang mengaktifkan sistem peringatan rudalnya untuk wilayah Okinawa pada Rabu pagi dan mencabutnya setelah sekitar 30 menit.
"Kim Jong Un menepati janjinya dan meluncurkan satelit mata-mata hari ini," kata mantan analis CIA Soo Kim kepada AFP. "Yang memprihatinkan di sini adalah peluncuran satelit melibatkan penggunaan teknologi rudal balistik, yang berarti melanggar resolusi DK PBB."
Menurut ahli, Korea Utara tidak memiliki satelit yang berfungsi di angkasa luar.
Sejak tahun 1998, Pyongyang telah meluncurkan lima satelit, tiga di antaranya gagal dan dua di antaranya tampaknya telah dimasukkan ke orbit – tetapi sinyal dari satelit tersebut tidak pernah terdeteksi secara independen, yang menunjukkan bahwa satelit tersebut mungkin tidak berfungsi.
Advertisement