Wali Kota di Meksiko Menikah dengan Buaya Betina Agar Panen Melimpah

Masyarakat kota San Pedro Huamelula meyakini bahwa buaya merupakan putri yang membawakan air, panen dan hujan sehingga Tuhan mengirimi mereka makanan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 04 Jul 2023, 19:10 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2023, 19:10 WIB
Wali Kota Meksiko Nikahi Buaya
Wali Kota San Pedro Huamelula, Victor Hugo Sosa mencium buaya bernama "La Niña Princesa" (Gadis Putri) sebelum menikahinya di San Pedro Huamelula, Negara Bagian Oaxaca, Meksiko, Jumat (30/6/2023). (RUSVEL RASGADO/AFP)

Liputan6.com, Mexico City - Wali Kota San Pedro Huamelula, Victor Sosa, menikah dengan seekor buaya pada Jumat (30/6/2023). Pernikahan itu yang diyakini bisa membawa kemujuran bagi rakyatnya. 

Pernikahan tersebut melambangkan penyatuan antara manusia dengan yang ilahi. Buaya betina itu dianggap sebagai putri dan dipakaikan gaun putih.

San Pedro Huamelula merupakan sebuah kota kecil di Meksiko. Dengan menggabungkan tradisi pernikahan Katolik, buaya yang menjadi "pengantin wanita" tersebut mengenakan gaun putih. 

Dilansir ABC, Selasa (4/7), dalam upacara tersebut juga, musik tradisional mengiringi para tamu yang hadir dan menari sambil berseru agar sang mempelai pria mencium buaya tersebut. 

Sosa pun kemudian melakukannya lebih dari sekali. Ia membungkuk dan mengecup si penganting yang moncongnya telah diikat dengan rapat.

"Ini melambangkan persatuan antara sang putri dan seorang pelayan," katanya.

 

Tradisi tersebut diduga sudah ada sejak berabad-abad lalu, yakni pada masa pra-Hispanik dan dilakukan oleh komunitas Chontal dan Huave di negara bagian Oaxaca. 

Diarak Keliling Desa

Wali Kota Meksiko Nikahi Buaya
Musik tradisional pun dikumandangkan sepanjang prosesi pernikahan. Para tamu yang datang terlihat bersuka ria sembari meminta kepada pemimpin adat untuk mencium pengantin barunya tersebut. (RUSVEL RASGADO/AFP)

Penanggung jawab acara tersebut, Olivia Perez, menyebut bahwa buaya memiliki makna penting bagi masyarakat setempat. 

"Buaya itu penting bagi kami karena dia adalah putri yang datang membawakan kami air, panen yang baik, hujan, sehingga Tuhan Yang Maha Esa mengirimi kami makanan, ikan, jagung, hasil panen," katanya.

Setelah upacara pernikahan selesai, "pengantin buaya" tersebut kemudian dibawa berkeliling desa oleh masyarakat setempat. Dalam perjalanan, para pria yang membawanya juga terlihat mengipasinya dengan topi mereka. 

Sementara itu, sekelompok orang lain melemparkan jaring ikan ke udara dan berlutut untuk meminta buaya tersebut menangkap ikan yang melimpah.

"Kami ingin berdoa bagi para nelayan agar bangsa ini bisa sejahtera, sehingga kita bisa hidup damai dan seimbang," kata salah satu nelayan, Joel Rojas.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya