Liputan6.com, Qingdao - Diplomat China Wang Yi memberikan sindiran kepada negara-negara tetangganya yang dianggap tampil seperti orang Eropa atau Amerika. Upaya operasi plastik (oplas) dianggap tidak akan mengubah orang tersebut menjadi orang Barat.
Wang Yi merupakan mantan menteri luar negeri China, kini ia menjabat sebagai direktur Komisi Pusat Urusan Luar Negeri di Partai Komunis China.
Advertisement
Baca Juga
Dilaporkan AP News, Kamis (6/7/2023), Wang Yi berkata orang-orang Amerika dan Eropa menganggap semua pengunjung dari China, Korea Selatan, dan Asia sebagai "orang Asia".
Advertisement
"Tak penting seberapa kuning kamu mewarnai rambutmu, atau bagaimana kamu menajamkan hidungmu, kamu tidak akan berubah menjadi orang Eropa atau Amerika Kamu tidak akan berubah menjadi orang Barat," ujarnya dalam forum trilateral di kota Qingdao.
"Orang harus tahu akar dirinya," ucap Wang Yi.
Operasi untuk "menajamkan" hidung disebut rhinoplasty.
Forum trilateral di Qingdao itu melibatkan Jepang dan Korea Selatan. Pandangan itu diucapkan Wang Yi meski Korea Selatan terkenal dengan operasi plastiknya. Mewarnai rambut menjadi pirang juga hal umum bagi artis-artis K-pop.
Warga biasa di Korea Selatan juga melakukan operasi plastik. Menurut situs Harvard Medical Student Review (2022), mayoritas orang yang melakukan oplas di Korea Selatan berusia 20 hingga 40 tahun, dan 46 persen mahasiswi di Korsel pernah oplas.
Wang Yi berucap demikian dalam rangka meningkatkan kerja sama dengan Jepang dan Korea Selatan. Ia berkata ada "pihak luar" yang mengganggu hubungan China, Jepang, Korea Selatan.
Namun ucapannya itu menuai kontroversi di dunia maya. Pihak Kemlu China lantas bereaksi dengan berkata "sama sekali tidak setuju" dengan kritikan dari netizen.
Salah satu pakar yang tidak setuju dengan ucapan Wang Yi adalah Jeff M. Smith, direktur Asian Studies Center di The Heritage Foundation. Smith berkata Jepang dan Korea terus menjadi seperti orang Amerika, dan mereka tidak akan menjadi seperti China.
Tren Operasi Plastik di Kalangan Gen Z dan Milenial di Indonesia
Laporan sebelumnya, pperasi plastik hadir sebagai opsi untuk seorang pasien meraih harapan tertentu pada salah satu anggota tubuhnya yang juga banyak dilirik Gen Z hingga kaum milenial. Dokter Spesialis Bedah Plastik, Rekonstruksi, dan Estetika dari D'Elegance Surgery Clinic, Jakarta, dr. Arif Rahmat Muharram menyebut operasi plastik itu adalah suatu tindakan yang ada risiko dan komplikasi tertentu.
"Pada dasarnya, tidak ada namanya tren karena (operasi plastik) benar-benar personalize, disesuaikan saja ke kebutuhan pasien dengan harapan yang realitis," kata dr. Arif saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 30 Juni 2023.
Meski begitu, dr. Arif menyebut saat ini ada beberapa operasi plastik yang paling banyak diminati Gen Z hingga milenial, seperti prosedur pada hidung, kelopak mata, hingga breast implant. Ada pula liposuction sampai tindakan yang mengisi wajah atau filler yang menggunakan hyaluronic acid ataupun lemak sendiri.
"Biasanya liposuction lengan atas atau perut, bisa menyesuaikan saja ke pasiennya," tambahnya.
Ia menjelaskan untuk segala bentuk tindakan operasi tentu ada tahapan pre-operasi. "Sebelum operasi biasanya kita minta cek lab, mulai dari fungsi ginjal hati, cek darah, pembekuan darah, dan lainnya," katanya.
"Kemudian bila pasien usia di atas 35 tahun, biasanya saya konsulkan kardiologi untuk periksa EKG karena takutnya ada penyakit bawaan lain, cek juga gula darah," lanjut dr. Arif.
Dikatakan dr. Arif, dua minggu sebelum operasi, ia juga menyarankan pasien untuk tidak menggunakan obat-obat pengencer darah, terutama dengan pasien-pasien dengan gangguan jantung untuk mencegah perdarahan yang banyak ketika operasi. Lalu, ada beberapa vitamin yang ia tak perbolehkan untuk dikonsumsi karena efek sampingnya dapat mengencerkan darah.
"Sebelum operasi hidung dan mata, jangan pakai bulu mata atau makeup karena kita akan bersihkan semua, melepas kuteks karena kita akan pasang oksimetri," katanya.
Advertisement