Liputan6.com, Belgrade - Sejarah mencatat hari ini tepatnya 18 Agustus 1992, sebagai momen kecaman atas dua kondisi kamp penahanan di Serbia.
Kondisi di dua kamp penahanan Serbia itu dianggap sebagai "neraka di bumi" oleh pria yang memimpin delegasi saat inspeksi.
Baca Juga
Menteri Urusan Kemanusiaan Prancis Dr. Bernard Kouchner mengatakan pemerintah-pemerintah Eropa harus bertindak untuk memastikan kamp-kamp tersebut, yang berada di Trnopolje dan Manjaca di Bosnia timur laut, agar ditutup.
Advertisement
Melansir dari BBConThisDay, delegasi ini melakukan kunjungan setelah kemarahan global yang disusul gambar-gambar siaran televisi pertama dari kamp di Trnopolje pada pekan sebelumnya.
Gambar-gambar tahanan yang sangat kurus di belakang pagar kawat berduri tersebar ke seluruh dunia, memicu perbandingan kamp konsentrasi Nazi.
Namun, pihak Serbia yang menjaga para pria di kamp-kamp tersebut membantah bahwa para tahanan kelaparan, mereka mengatakan para pria itu "hanya sakit".
Pihak Serbia telah membela keberadaan kamp-kamp tersebut dengan menyebutnya "pusat-pusat investigasi untuk Muslim yang dicurigai sebagai militan".
Diperkirakan ada sekitar 57 kamp serupa di Bosnia.
Upaya pun dilakukan untuk mencegah anggota media yang ikut dalam delegasi untuk mengambil foto atau merekam.
Hanya sedikit dari tahanan yang berani ambil risiko dimarahi para penjaga Serbia karena berbicara kepada delegasi.
"Saya pikir sekitar 80-100 orang telah meninggal di kamp ini," kata seorang pria.
Pekerja Palang Merah, yang telah berusaha membuat daftar orang-orang yang ditahan di kamp tersebut, juga dicegah berbicara kepada media.
Sejak Palang Merah tiba pekan sebelumnya, makanan rutin telah disajikan kepada para tahanan. Namun, dikhawatirkan banyak dari mereka terlalu lemah untuk pulih.