Liputan6.com, Washington - Seorang wanita dicegat oleh petugas Bea Cukai dan Patroli Perbatasan (CBP) di Bandara Minneapolis-Saint Paul, Amerika Serikat (AS). Gara-garanya ia kedapatan membawa kotoran jerapah di dalam sebuah kotak.
Dilansir NY Post, Minggu (8/10/2023), kotoran hewan yang disita oleh petugas bandara pada 29 September 2023 itu ternyata rencananya akan dijadikan kalung oleh wanita tersebut. Ia diketahui mendapatkannya sepulang dari Kenya, Afrika Selatan.
Temuan ini pun kemudian mendorong pemeriksaan oleh spesialis pertanian di bandara.
Advertisement
Wanita tersebut juga mengatakan kepada petugas CBP bahwa dia sebelumnya menggunakan kotoran rusa untuk membuat perhiasan di rumahnya di Iowa.
Petugas bandara kemudian mengatakan bahwa kotoran jerapah tersebut disita dan dihancurkan dengan sterilisasi uap sesuai protokol United States Department of Agriculture (USDA) atau badan pertanian AS.
"Ada bahaya nyata jika membawa kotoran ke AS," kata LaFonda D. Sutton-Burke, Direktur CBP, Operasi Lapangan-Kantor Lapangan Chicago.
"Jika orang ini memasuki AS dan tidak mengumumkan barang-barang tersebut, ada kemungkinan besar orang tersebut tertular penyakit dari perhiasan (kotoran) ini dan mengalami masalah kesehatan yang serius," sambung LaFonda D. Sutton-Burke.
CBP menyebut bahwa kotoran hewan dari Kenya kemungkinan mengandung sejumlah penyakit seperti Demam Babi Afrika, Demam Babi Klasik, Penyakit Newcastle, Penyakit Mulut dan Kuku, dan Penyakit Vesikular Babi.
Kotoran Hewan yang Bisa Dikonsumsi
Bicara soal kotoran hewan, sejumlah di antaranya ternyata ada yang bisa dimanfaatkan untuk dikonsumsi.
Berikut adalah sejumlah minuman yang dibuat dari kotoran hewan:
- Kopi Luwak
Bagi pecinta kopi, nama kopi luwak sudah tak asing lagi. Kopi luwak terbuat dari biji kopi yang keluar dari saluran ekskresi luwak. Saat ini tak sedikit orang yang menyukai kopi luwak.
Dilansir dari merdeka.com, 5 April 2019, luwak hanya memakan buah kopi yang sudah matang. Selain itu, biji kopi yang tidak dicerna sempurna diyakini mengalami proses fermentasi oleh enzim pencernaan di dalam usus luwak dan menjadi lebih enak lagi jika diolah menjadi kopi.
- Black Ivory
Berbeda dengan Indonesia, Thailand punya kopi Black Ivory. Serbuk kopi ini juga diolah dari biji kopi yang dikeluarkan saluran ekskresi gajah Thailand. Black Ivory memiliki rasa yang tak terlalu pahit, karena protein di dalam kopi sudah dicerna oleh enzim di dalam usus gajah.
- Ttongsul
Minuman unik lain adalah Ttongsu. Minuman tersebut merupakan arak tradisional dari Korea Selatan yang dibuat dari kotoran manusia. Saat ini, minuman tersebut telah langka karena jarang diproduksi, meski diyakini memiliki khasiat untuk kesehatan tulang.
- Teh Hijau
Teh buatan An Yashi, dosen Universitas Sinchuan, China ini terbuat dari campuran teh hijau dan kotoran panda. Hasilnya adalah teh dengan kandungan antioksidan yang sangat tinggi.
Kotoran panda sarat akan berbagai vitamin dan mineral yang berasal dari bambu, makanan kesukaannya. Sama seperti teh hijau, bambu mengandung unsur yang dapat mencegah kanker dan meningkatkan khasiat anti-kanker yang ada pada teh hijau.
Advertisement
Seniman Ini Bikin Lukisan dari Kotoran Sapi, Karyanya Bau?
Bicara soal kotoran hewan, seniman asal Jerman benar-benar mengungkapkannya lewat kreatifitas di seninya.
Berbeda dengan yang lain, Werner Härtl tidak menggunakan cat atau bahan semacamnya dalam berkreasi, namun ia memakai kotoran sapi encer untuk membuat lukisan bergaya sepia.
Meski sebelumnya sudah ada banyak seniman yang juga menggunakan media seni aneh untuk melukis, mulai dari darah seniman itu sendiri sebagai cat, hingga kecoa mati sebagai kanvas untuk lukisan kecil, tetapi dalam hal keanehan, hanya sedikit yang mendekati kenehan media seperti pilihan Werner Härtl.
Melansir dari Oddity Central, Rabu (28/6/2023), seniman Werner Härtl telah mengukir nama yang benar-benar unik untuk dirinya sendiri – saat ini dia adalah satu-satunya seniman terkenal yang menggunakan kotoran sapi encer untuk membuat lukisan bergaya sepia.
Dia mulai bereksperimen dengan kotoran sapi pada tahun 2012, selama bertugas sebagai pekerja pertanian.
Dia mengemas beberapa kotoran ke dalam tabung dan menggunakan air untuk mengencerkannya. Itu dilakukan agar bisa mendapatkan warna sepia yang berbeda.
Belakangan ini, dia lebih suka mendapatkan 'cat' langsung dari sumbernya, menempatkan tabung tepat di bawah rektum sapi saat buang air besar.
Dia mengklaim bahwa memanen hanya dari dua gerakan usus sapi memberinya cukup bahan untuk setidaknya setengah tahun.
Tinggal di Reichersbeuern, sebuah desa wilayah Bavaria Jerman, Werner Härtl menggunakan latar belakang pedesaan dan pertanian negara bagian tersebut sebagai sumber inspirasi utama untuk lukisannya.
Sapi adalah subjek favoritnya, tetapi lukisannya juga menggambarkan traktor dan mesin pertanian lainnya seperti ladang subur, rumah desa, dan bahkan potret diri.
Unik, Hewan Asal Australia Ini Memiliki Kotoran Berbentuk Kubus
Sementara itu, bicara soal kotoran hewan, para ilmuwan menemukan alasan mengapa wombat menghasilkan kotoran berbentuk kubus yang menjadikannya sebagai satu-satunya hewan yang diketahui melakukan hal itu.
Hewan berkantung asal Australia ini dapat melakukan hingga 100 endapan kotoran dalam semalam. Meski memiliki anus bulat seperti mamalia lain, wombat tidak menghasilkan pelet bundar, gulungan tubular atau tumpukan yang berantakan.
Para peneliti mengungkapkan bahwa elastisitas usus yang bervariasi membantu membentuk kotoran menjadi kubus. Dan inilah yang menjadi alasan utamanya, demikian dikutip dari laman BBC, Selasa (25/8/2020).
"Hal pertama yang mendorong saya untuk melakukan ini adalah bahwa saya belum pernah melihat sesuatu yang seaneh ini dalam biologi. Itu adalah misteri," kata Patricia Yang dari Institut Teknologi Georgia.
Setelah mempelajari saluran pencernaan wombat, tim yang dipimpin oleh Dr Yang mempresentasikan temuannya pada pertemuan tahunan American Physical Society Division of Fluid Dynamics di Atlanta.
Mereka bisa meneliti hewan tersebut setelah menemukan bangkai wombat yang ditemukan mati di Tasmania.
"Kami membuka usus hewan itu," kata rekan penulis David Hu, yang juga dari Georgia Tech.
Tim tersebut membandingkan usus wombat dengan usus babi dengan memasukkan balon ke dalam saluran pencernaan hewan untuk melihat bagaimana balon itu meregang.
Di wombat, feses berubah dari bentuk seperti cairan menjadi padat di 25 persen terakhir usus. Tetapi kemudian pada 8 persen terakhir, variasi elastisitas dinding usus membuat kotoran akan berbentuk kubus yang terpisah-pisah.
Lewat penelitian ini, para ilmuwan menjelaskan mengapa kotoran hewan ini bisa berbentuk kubus sepanjang 2 cm (0,8 inci).
Advertisement