Liputan6.com, Gaza - Direktur Rumah Sakit al-Shifa Muhammad Abu Salmiya, rumah sakit utama di Jalur Gaza yang digerebek oleh Israel, mengatakan bahwa fasilitas tersbeut kini kehabisan oksigen dan air sehingga membuat para pasien kehausan.
Dilansir BBC, Jumat (17/11/2023), Abu Salmiya mengatakan, kondisi rumah sakit saat ini tragis, dengan lebih dari 650 pasien, 500 staf medis dan 5.000 pengungsi ada di dalamnya.
Baca Juga
Abu Salmiya juga mengatakan, pasukan Israel telah meledakkan saluran air utama RS al-Shifa.
Advertisement
"Operasi penembak jitu terus berlanjut, tidak ada seorang pun yang bisa berpindah dari satu gedung ke gedung lainnya, dan kami kehilangan komunikasi dengan rekan-rekan kami," katanya.
Di sisi lain, Abu Salmiya mengatakan bahwa tank-tank Israel masih mengepung rumah sakit di Gaza, dengan drone yang terus beroperasi di atasnya dan tentara yang bergerak di dalamnya.
Tentara Israel mengatakan bahwa operasinya melawan Hamas dilakukan dengan "cara yang bijaksana, metodis, dan menyeluruh". Namun seorang jurnalis yang terjebak di dalam rumah sakit, Khader, mengatakan kepada wartawan BBC Rushdi Abu Alouf melalui telepon bahwa pasukan Israel "melakukan penembakan ke segala arah".
Sejak Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melancarkan serangan terhadap al-Shifa pada Rabu (15/11) pagi, mereka telah merilis beberapa foto dan video yang mereka sebut senjata dan peralatan Hamas.
Pada Kamis (16/11) mereka mengaku menemukan "lubang terowongan operasional dan kendaraan yang berisi senjata dalam jumlah besar".
Internet dan Telepon Juga Terputus
Selain kehabisan oksigen dan air, layanan internet dan telepon terputus di seluruh Jalur Gaza sejak Kamis (16/11/2023), menyusul kehabisan bahan bakar. Hal tersebut dikonfirmasi oleh perusahaan telekomunikasi Palestina, Paltel.
"Dengan menyesal kami mengumumkan bahwa semua layanan telekomunikasi di Gaza Strip terputus karena semua sumber energi yang menopang jaringan telah habis, dan bahan bakar tidak diizinkan masuk. #KeepGazaConnected," ungkap Paltel via X alias Twitter.
Peristiwa terputusnya komunikasi ini terjadi di tengah isyarat Israel akan menargetkan wilayah selatan Gaza, tempat sebagian besar warga Gaza mengungsi.
Laporan mengenai terputusnya akses komunikasi di Gaza juga disuarakan oleh Bisan Owda, yang merupakan filmmaker dan koresponden sejumlah media, termasuk Al Araby TV.
"Hari ini hari ke-41 perang di Gaza dan koneksi internet permanen terputus di Gaza, tidak ada koneksi internet koneksi akibat pengeboman dan kehabisan bahan bakar," ungkap Bisan yang telah mengungsi ke selatan Gaza dalam laporannya.
Fotografer Motaz Azaiza juga mengungkapkan hal serupa.
"Kami kehilangan koneksi karena kekurangan bahan bakar. Tidak ada sambungan telepon, tidak ada sinyal, tidak ada internet," tulisnya via story di Instagram @motaz_azaiza.
Baik Bisan maupun Motaz merupakan dua dari sedikit sumber informasi langsung yang kerap melaporkan perkembangan situasi di Jalur Gaza.
Pasukan Israel pada hari yang sama mengaku menggeledah Rumah Sakit al-Shifa untuk mencari jejak Hamas. Mereka mempertontonkan apa yang klaim sebai pintu masuk terowongan dan senjata yang ditemukan di dalam truk di kompleks al-Shifa.
Militer Israel hingga kini belum merilis bukti adanya pusat komando Hamas yang menurut mereka tersembunyi di bawah kompleks itu. Hamas dan staf al-Shifa, yang merupakan rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, telah membantah keras tuduhan Israel.
Advertisement
Temuan Mayat Sanderaan Hamas
Selain itu, militer Israel mengatakan pula bahwa mereka menemukan mayat salah satu sandera yang diculik Hamas, Yehudit Weiss (65), di sebuah gedung yang berdekatan dengan al-Shifa. Mereka tidak merinci penyebab kematian sandera. Demikian seperti dilansir AP, Jumat (17/11).
Perang Hamas Vs Israel babak baru diawali oleh serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober, yang menurut Israel menewaskan setidaknya 1.200 orang dan menyandera lebih dari 200 orang.
Israel pun bersumpah akan memusnahkan Hamas, melancarkan serangan udara hingga darat ke Gaza yang menurut update Kementerian Kesehatan Palestina telah menewaskan 11.470 orang termasuk 4.707 orang. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak.
Warga Gaza Kelaparan
Program Pangan Dunia PBB (WFP) memperingatkan bahwa Jalur Gaza kini menghadapi kesenjangan pangan yang sangat besar dan kelaparan yang meluas. Hampir seluruh penduduk di sana sangat membutuhkan bantuan pangan.
Dalam pernyataan pada Kamis, Direktur Eksekutif WFP Cindy McCain mengatakan pasokan makanan dan air praktis tidak ada di Gaza dan hanya sebagian kecil bantuan yang dibutuhkan mencapai wilayah tersebut melalui perbatasan.
"Dengan semakin dekatnya musim dingin, tempat penampungan yang tidak aman dan penuh sesak, serta kurangnya air bersih, warga sipil menghadapi kemungkinan kelaparan.
Tidak ada cara untuk memenuhi kebutuhan kelaparan saat ini hanya dengan satu operasional penyeberangan perbatasan. Satu-satunya harapan adalah membuka jalur lain yang aman bagi akses kemanusiaan untuk membawa makanan penyelamat jiwa ke Gaza," ujar McCain, seperti dikutip The Guardian.
Awal pekan ini, WFP mengonfirmasi penutupan toko roti terakhir yang beroperasi dalam kemitraan dengannya karena kekurangan bahan bakar. Menurut WFP, roti yang merupakan makanan pokok masyarakat Gaza langka atau bahkan tidak ada sama sekali.
Kekurangan bahan bakar, ungkap WFP, juga melumpuhkan distribusi dan operasi kemanusiaan, termasuk pengiriman bantuan makanan. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan tidak akan ada pengiriman bantuan ke Gaza dari penyeberangan Rafah mulai besok karena alasan tersebut.
Advertisement