Mengenal Fenomena Solstis, Buat Kemunculan Matahari Lebih Lama

Fenomena solstis didefinisikan sebagai peristiwa saat matahari berada di bagian paling Utara maupun Selatan, ketika mengalami gerak semu tahunannya.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 22 Des 2023, 12:03 WIB
Diterbitkan 22 Des 2023, 12:02 WIB
Ilustrasi Matahari Terbit, Sunrise
Ilustrasi Matahari Terbit, Sunrise (Photo by Federico Respini on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena solstis didefinisikan sebagai peristiwa saat matahari berada di bagian paling Utara maupun Selatan, ketika mengalami gerak semu tahunannya.

Solstis merupakan fenomena astronomis biasa. Istilah ini datang dari bahasa latin, yakni solstitium. Terdiri dari dua kata, Sol yang berarti Matahari dan Stitium yang diartikan tempat berhenti.

Uniknya, fenomena solstis ini hanya terjadi dua kali dalam setahun, yaitu di bulan Juni dan Desember.

Solstis disebabkan oleh sumbu rotasi bumi dengan kemiringan 23,44 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika.

Ketika bumi berotasi dan mengorbit pada matahari, sementara Kutub Selatan dan belahan bumi bagian selatan juga menjauhi matahari. Inilah kondisi Solstis yang terjadi di bulan Juni. Sedangkan, fenomena solstis 22 Desember 2022, Kutub Utara dan belahan bumi utara berposisi menjauhi matahari.

Saat fenomena ini ramai diperbincangkan, muncul pertanyaan apakah Solstis akan kehadiran matahari lebih lama?

Dikutip dari laman almanac.com, Jumat (22//12/2022) fenomena ini bisa membuat kemunculan matahari lebih panjang.

Sebab akan Matahari terbit paling awal sebelum titik balik matahari musim panas dan matahari terbenam paling akhir setelah titik balik matahari musim panas. Lihat sendiri di mana pun Anda tinggal.

Sebab di momen ini, Matahari terbit paling kiri di cakrawala, dan terbenam di tempat paling kanan yang memungkinkan.

Sinar matahari akan menerpa tempat-tempat di rumah Anda yang tidak pernah diterangi pada waktu lain.

Dampak Fenomena Solstis Bulan Desember

Ilustrasi senja, sunset, matahari terbenam
Ilustrasi senja, sunset, matahari terbenam. (Image by wirestock on Freepik)

Intensitas radiasi matahari akan mengalami titik maksimum di Lintang Sedang pada bumi bagian Selatan (> 23,44 derajat LS). Sedangkan, Lintang Sedang bagian Utara (>23,44 derajat LU) mengalami intensitas radiasi minimum.

Terjadi fenomena “Matahari Tengah Malam” di wilayah Kutub Selatan (> 66,56 derajat LS). Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan posisi Kutub Selatan lebih condong ke arah matahari.

Wilayah Kutub Utara (>66,56 derajat LU) akan mengalami fenomena “Malam Kutub” (Polar Night).

Hal ini terjadi dikarenakan Kutub Utara menjauhi bagian matahari, sehingga tak mendapatkan cahaya sinar matahari.

Terjadi puncak musim panas di Lintang Sedang bumi bagian Selatan (>23,44 derajat LS). Sedangkan, Lintang Sedang di bagian Utara (>23,44 derajat LU) akan mengalami musim dingin.

Dampak Fenomena Solstis Bulan Juni

Ilustrasi senja, sunset, matahari terbenam
Ilustrasi senja, sunset, matahari terbenam. (Photo by Nelson Santos Jr on Unsplash)

Matahari akan berada di puncak tertinggi di bagian paling Utara saat tengah hari. Ini dapat terjadi di seluruh wilayah, kecuali di daerah yang terletak di Garis Balik Utara. Kondisi ini akan menyebabkan matahari berada di puncak tertinggi tepat di Zenit.

Intensitas radiasi matahari akan mencapai titik maksimum di bagian Lintang Sedang belahan bumi bagian utara (> 23,44 derajat LU). Sedangkan, Lintang Sedang belahan bumi bagian Selatan (> 23, 44 derajat LS) akan mengalami intensitas radiasi matahari minimum.

Durasi siang akan terasa lebih panjang dibanding dengan waktu malam, khusus untuk bumi bagian Utara. Sedangkan, bumi bagian Selatan akan mengalami waktu siang lebih pendek.

Terjadi fenonema “Matahari Tengah Malam” di wilayah Kutub Utara. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan Kutub Utara condong mengarah lebih dekat ke matahari, sehingga seluruh bagian kutub akan disinari oleh cahaya matahari.

Puncak musim panas di Lintang Sedang belahan bumi bagian Utara. Sedangkan, di Lintang Sedang belahan bumi Selatan akan mengalami musim dingin.

Infografis Gerhana Matahari Total, Tidak Buta karena Gerhana
Infografis Gerhana Matahari Total, Tidak Buta karena Gerhana (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya