Liputan6.com, Tokyo - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo kembali menyalurkan bantuan logistik kepada Warga Negara Indonesia (WNI) yang terdampak gempa Ishikawa, Jepang, meskipun terhambat oleh infrastruktur yang rusak.
Bantuan yang diberikan berupa air mineral, makanan siap saji, tisu dan kebutuhan pokok lainnya.
Baca Juga
Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Jepang Heri Akhmadi mengatakan bahwa kondisi infrastruktur jalan di beberapa ruas wilayah yang rusak tidak menyurutkan semangat tim KBRI Tokyo dalam menjangkau lokasi tempat tinggal WNI terdampak gempa.
Advertisement
"Pada Sabtu 6 Januari 2024, tim KBRI Tokyo telah memberikan bantuan untuk 68 WNI di Kanazawa, Ogi, dan Suzu," bunyi pernyataan KBRI Tokyo yang diterima Liputan6.com, Minggu (7/1/2024).
Sebelumnya, KBRI Tokyo juga telah menyampaikan bantuan makanan dan minuman kepada WNI pada Rabu (3/1) untuk WNI di Sakai (27 orang) dan pada Kamis (4/1) untuk WNI di wilayah Suzu, Ogi, Wajima dan Anamizu (76 orang).
Selain menyerahkan bantuan logistik, Dubes Heri mengatakan bahwa KBRI Tokyo juga melakukan pendataan WNI terdampak gempa untuk mengetahui keberadaan dan kondisi tempat tinggal mereka.
Hingga Sabtu (6/1), KBRI Tokyo mencatat bahwa terdapat 183 WNI terdampak gempa, yang tersebar di sembilan titik lokasi di Prefektur Ishikawa. Sementara itu, WNI yang telah kembali ke rumah masing-masing sebanyak 170 orang, dan WNI yang masih berada di lokasi penampungan sebanyak 13 orang di dua lokasi.
Lebih lanjut, WNI yang kehilangan tempat tinggal sebanyak 95 orang yang tersebar di Ogi (38 orang), Suzu (25 orang), Saikai (27 orang) dan Wajima (5 orang).
Hingga saat ini, Dubes Heri juga mengimbau seluruh WNI di Jepang untuk menginformasikan kerabat atau teman yang belum dapat dihubungi dan berada di wilayah Ishikawa dan sekitarnya agar segera lapor diri ke KBRI Tokyo dan KJRI Osaka.
Korban Tewas Melampaui 100 Jiwa
Dilansir AP News, jumlah korban tewas akibat gempa bumi besar di Jepang bagian barat mencapai 100 orang pada Sabtu (6/1), ketika para tim penyelamat berjuang melawan gempa susulan untuk sambil melakukan pencarian korban di bawah reruntuhan.Â
Jumlah korban jiwa mencapai 98 orang pada hari sebelumnya, namun dua kematian lagi dilaporkan di Anamizu, sementara para pejabat di prefektur Ishikawa, wilayah yang paling terkena dampak, mengadakan pertemuan harian untuk membahas strategi dan kerusakan yang ditimbulkan.
Beberapa korban selamat yang bertahan hidup selama berhari-hari berhasil dibebaskan dari reruntuhan.Â
Â
Advertisement
Pesan Istimewa dari Kim Jong Un
Jepang merupakan salah satu negara dengan tingkat penuaan tercepat di dunia. Populasi di Ishikawa dan daerah sekitarnya telah menyusut selama bertahun-tahun. Perekonomian rapuh yang berpusat pada kerajinan dan pariwisata kini lebih terancam dibandingkan sebelumnya.
Dalam sikap yang tidak biasa, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengirimkan pesan belasungkawa kepada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Hal ini dilaporkan kantor berita resmi Korea Selatan pada Sabtu.
Jepang sebelumnya menerima pesan yang menyatakan simpati dan janji bantuan dari Presiden Joe Biden dan sekutu lainnya.
Juru bicara pemerintah Jepang Yoshimasa Hayashi mengatakan kepada wartawan bahwa Jepang berterima kasih atas semua pesan tersebut, termasuk dari Korea Utara. Hayashi mengungkapkan, terakhir kali Jepang menerima pesan belasungkawa dari Korea Utara atas bencana yang terjadi adalah pada tahun 1995.Â
Semoga Segera Pulih
Di sepanjang garis pantai Jepang, aliran listrik berangsur-angsur pulih, namun pasokan air masih terbatas. Sistem air darurat juga rusak.
Ribuan tentara terbang dan mengangkut air, makanan dan obat-obatan kepada lebih dari 30.000 orang yang telah dievakuasi ke auditorium, sekolah, dan fasilitas lainnya.
Surat kabar Yomiuri melaporkan bahwa penelitian udara telah menemukan lebih dari 100 tanah longsor dan beberapa di antaranya menghalangi jalan-jalan utama. Di lain sisi, urgensi operasi penyelamatan semakin meningkat seiring berjalannya waktu.
"Saya berharap kota (Wajima) ini pulih dan saya berharap orang-orang tidak pergi dan tetap tinggal di sini untuk bekerja keras menuju pemulihan," kata Seizo Shinbo, seorang pedagang seafood.
"Tidak ada makanan. Tidak ada air dan yang terburuk adalah gas. Masyarakat masih berada dalam antrean sepanjang satu kilometer."
Advertisement