Perbaiki Sektor Pariwisata dari Efek Pandemi COVID-19, Thailand dan China Sepakat Hapus Persyaratan Visa

Thailand dan Tiongkok sepakat menghapuskan persyaratan visa bagi warga negara masing-masing guna memfasilitasi perjalanan dan pariwisata antara kedua negara, yang terdampak oleh COVID-19.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 28 Jan 2024, 16:04 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2024, 16:04 WIB
Thailand Berlakukan Bebas Visa untuk Turis China
Turis China disambut oleh penari di gerbang kedatangan Bandara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand, Senin (25/9/2023). Turis China yang mendarat di Bangkok disambut bak tamu VIP. (Lillian SUWANRUMPHA/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Thailand dan Tiongkok pada Minggu (28 Januari) sepakat untuk menghapuskan persyaratan visa bagi warga negara masing-masing guna memfasilitasi perjalanan dan pariwisata antara kedua negara, yang terdampak oleh COVID-19.

Menteri Luar Negeri Thailand Parnpree Bahiddha-nukara dan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi menandatangani pembebasan visa bersama, yang mulai berlaku pada 1 Maret, dalam sebuah upacara setelah pertemuan di Bangkok.

“Era bebas visa ini akan membawa pertukaran antar masyarakat ke tingkat yang baru,” kata Wang dalam konferensi pers bersama, dikutip dari Channel News Asia, Minggu (28/1/2024).

Tiongkok adalah sumber utama industri pariwisata Thailand, pendorong utama perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara sebelum COVID-19, namun kembalinya wisatawan China ke Thailand berjalan lambat.

“Akan ada peningkatan besar dalam jumlah wisatawan Tiongkok yang mengunjungi Thailand,” kata Wang.

Jumlah wisatawan Tiongkok ke Thailand anjlok menjadi 3,5 juta pada tahun lalu dari 11 juta pada tahun 2019 sebelum pandemi.

Beijing dan Bangkok juga berjanji untuk mempercepat pembangunan jalur kereta api Tiongkok-Thailand dan bekerja sama dalam memerangi kejahatan transnasional, kata Wang.

Dia dan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengadakan pembicaraan di Bangkok pada hari Jumat dan Sabtu tentang berbagai masalah termasuk hubungan bilateral, Taiwan dan Iran.

Warga China Kini Bebas Masuk Thailand

Thailand Berlakukan Bebas Visa untuk Turis China
Mengutip Chanel News Asia, sejumlah penari dalam kostum tradisional dan pemain wayang tampil di panggung untuk menghibur para turis. Mereka datang menumpang pesawat dari Shanghai. Banyak dari turis itu berswafoto dengan PM Thailand. (Lillian SUWANRUMPHA/AFP)

Pemerintah Kerajaan Thailand dan Republik Rakyat China mencapai kesepakatan untuk membolehkan warga mereka untuk bebas saling berkunjung. Ini merupakan realisasi dari program bebas visa masuk yang akan efektif pada 1 Maret 2023. 

Dilaporkan VOA Indonesia, PM Thailand Srettha Thavisin, Selasa (2/1), mengatakan keputusan untuk membuat kebijakan itu permanen muncul setelah perundingan dengan Beijing untuk memberi hak yang sama kepada warga negara Thailand yang mengunjungi China.

Thailand telah mengizinkan pengunjung China untuk masuk dengan bebas visa sejak September lalu, tetapi kebijakan ini akan berakhir pada 29 Februari.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin tidak mau mengonfirmasi pengumuman Srettha. Namun, ia memberitahu para wartawan di Beijing bahwa “otoritas terkait” di kedua pihak “berkomunikasi erat” mengenai masalah tersebut.

Kedua pihak akan mengizinkan turis dari masing-masing negara untuk tinggal hingga 30 hari per kunjungan.

Keputusan Thailand untuk memberi status bebas visa kepada para pengunjung China dimaksudkan untuk memulihkan sektor pariwisata yang penting bagi negara itu. Thailand menerima 40 juta pengunjung pada tahun 2019 – 11 juta di antaranya dari China – tetapi sektor pariwisata hancur karena pandemi COVID-19 pada tahun berikutnya.

Pariwisata perlahan-lahan telah pulih, dengan 28 juta pengunjung asing memasuki Thailand tahun lalu, termasuk di antaranya 3,5 juta dari China – jumlah terbesar kedua setelah Malaysia yang mengirim sedikitnya 4,4 juta turis.

China Longgarkan Persyaratan Visa bagi Pelancong AS Demi Dongkrak Pariwisata

Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)
Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)

RRC juga melonggarkan sejumlah pembatasan bagi warga Amerika Serikat (AS) yang mengunjungi negara itu. Langkat tersebut adalah upaya terbaru untuk menarik para pelancong asing sejak China membuka perbatasannya awal tahun 2023.

Mulai 1 Januari 2024, turis Amerika tidak perlu lagi menyerahkan bukti tiket pesawat pulang-pergi, bukti pemesanan hotel, rencana perjalanan atau undangan untuk ke China, menurut pengumuman yang dipasang daring di situs web Kedutaan Besar China di Washington.

Proses permohonan yang sudah disederhanakan itu bertujuan untuk "memfasilitasi pertukaran masyarakat antara China dan Amerika Serikat," kata pernyataan tersebut, dikutip dari laman VOA Indonesia.

Kebijakan itu diambil saat China sudah berjuang untuk meremajakan sektor pariwisatanya setelah tiga tahun menerapkan langkah-langkah pencegahan pandemi yang ketat, termasuk karantina wajib bagi semua pendatang. Meskipun pembatasan tersebut dicabut awal tahun ini, kedatangan wisatawan internasional masih lambat untuk kembali.

Pada paruh pertama 2023, China mencatat 8,4 juta orang asing masuk dan keluar, anjlok dari 977 juta orang sepanjang 2019, yang merupakan tahun terakhir sebelum pandemi, menurut statistik imigrasi.

Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya