Liputan6.com, Doha - Diplomat China Wang Kejian bertemu dengan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Qatar. Hal tersebut diumumkan Kementerian Luar Negeri China pada Selasa (19/3/2024), menandai pertemuan pertama antara seorang pejabat China dan Hamas yang diakui secara terbuka oleh Beijing sejak pecahnya perang di Jalur Gaza.
Pertemuan tersebut menyusul kunjungan Wang ke Israel dan Tepi Barat yang diduduki – menjadikannya utusan pertama yang dikirim China ke kedua lokasi tersebut sejak serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober 2023 ke Israel selatan disusul pengeboman Jalur Gaza oleh Israel pada hari yang sama.
Baca Juga
Pernyataan Kementerian Luar Negeri China pada Selasa seperti dilansir CNN, Kamis (21/3), menyebutkan, Wang dan Haniyeh bertukar pandangan mengenai konflik di Jalur Gaza dan sejumlah isu lainnya selama pertemuan yang berlangsung pada hari Minggu, (17/3).
Advertisement
Kantor media Hamas mengungkapkan bahwa dalam pertemuan tersebut Haniyeh menekankan perlunya untuk segera menghentikan agresi dan pembantaian; agar militer Israel menarik diri dari Jalur Gaza; dan mencapai tujuan politik dan aspirasi untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka.
Duta Besar (Dubes) China untuk Qatar Cao Xiaolin juga hadir dalam tatap muka tersebut.
"Haniyeh memuji peran yang dimainkan China di Dewan Keamanan, PBB, dan Mahkamah Internasional," ungkap pernyataan Hamas, merujuk pada diplomasi Beijing baru-baru ini terkait perang Hamas Vs Israel.
Kelompok militan menyampaikan pula bahwa mereka telah bertemu dengan Dubes Cao akhir bulan lalu di Qatar. Kementerian Luar Negeri China dan Kedutaan Besar China di Qatar tidak merilis informasi apa pun mengenai pertemuan itu.
Dukung Solusi 2 Negara
Kunjungan Wang terjadi ketika China dinilai berupaya meningkatkan profilnya sebagai perantara perdamaian dan semakin vokal dalam menentang perang di Jalur Gaza.
Wang, yang merupakan mantan duta besar untuk Lebanon, telah berada di kawasan tersebut setidaknya sejak 10 Maret ketika dia bertemu dengan rekan-rekannya di Mesir, sebelum melakukan perjalanan ke Tepi Barat, Israel, dan Qatar sebagai bagian dari perjalanan yang sebelumnya tidak diumumkan. Perang di Jalur Gaza disebut menjadi agenda utamanya.
China sendiri tidak menyinggung atau mengecam Hamas pasca serangan 7 Oktober, namun mengutuk perang dan menjadi pendukung vokal gencatan senjata segera dan penerapan solusi dua negara.
Selama kunjungannya ke Tepi Barat, Wang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Otoritas Palestina Riyad al-Maliki, di mana utusan China tersebut mengatakan pihaknya sangat prihatin terhadap konflik di Jalur Gaza.
Wang berjanji untuk bekerja sama dengan komunitas internasional untuk secepatnya memadamkan api perang dan mencapai penyelesaian masalah Palestina yang komprehensif, adil, dan langgeng berdasarkan solusi dua negara.
Advertisement
Kebijakan China Konsisten
Dalam kunjungannya ke Israel pada Kamis, (14/3), Wang bertemu dengan pejabat luar negeri Israel dan menyatakan bahwa prioritas utama adalah gencatan senjata yang komprehensif, penghentian perang, jaminan bantuan kemanusiaan, dan perlindungan warga sipil.
China mengirimkan utusan khusus untuk Timur Tengah Zhai Jun ke wilayah tersebut beberapa pekan setelah serangan 7 Oktober dan Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi mengadakan pertemuan di Mesir pada awal tahun ini, namun keduanya tidak dikonfirmasi pernah mengunjungi wilayah Palestina atau Israel.
Para pejabat China telah melakukan kontak lain dengan para pejabat Israel dan Palestina sejak dimulainya perang, termasuk ketika Beijing menjadi tuan rumah bagi delegasi dari Arab Saudi, Yordania, Mesir, Otoritas Nasional Palestina, dan Indonesia pada November.
Beijing disebut menggunakan perang di Jalur Gaza sebagai platform untuk menunjukkan solidaritasnya terhadap dunia Arab dan Dunia Selatan, sambil memosisikan pandangannya yang bertentangan dengan pandangan Amerika Serikat (AS).
Berbicara kepada wartawan di Beijing awal bulan ini, Menlu Wang mengatakan kegagalan untuk mengakhiri bencana kemanusiaan di Jalur Gaza adalah aib bagi peradaban dan dia mendesak masyarakat internasional untuk bertindak segera mendorong gencatan senjata segera sebagai prioritas utama.
"China mendukung keanggotaan penuh Palestina di PBB dan mendesak anggota tertentu Dewan Keamanan PBB untuk tidak menghalangi tujuan tersebut," kata Wang dalam kecaman terselubung terhadap AS, yang mendukung hak Israel untuk membalas serangan teror Hamas.
Tidak hanya itu, China juga menyerukan diadakannya konferensi perdamaian internasional dan menetapkan jadwal khusus untuk menerapkan solusi dua negara.
Meskipun tidak jelas seberapa besar pengaruh China di kawasan untuk memainkan peran kuat dalam mendukung upaya tersebut, negara Palestina yang merdeka dan hidup berdampingan dengan Israel konsisten dengan kebijakan luar negeri China yang sudah lama ada. China adalah salah satu negara pertama yang mengakui Palestina sebagai negara berdaulat pada akhir tahun 1980-an dan telah lama mendorong solusi dua negara.